Lembang, Technology-Indonesia.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengapresiasi produktivitas berbagai varietas unggul hortikultura dan teknologi pendukung yang digelar di Spekta Hortikultura 2018. Salah satunya, teknologi produksi lipat ganda (Proliga) cabai varietas Kastilo yang memiliki tiga batang dalam satu pohon. Produktivitas cabai Kastilo mencapai 20 ton/hektar dan telah dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia.
Seusai mengunjungi beberapa inovasi teknologi hortikultura yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), Amran mendorong agar setiap inovasi teknologi dan kelembagaan untuk mencapai target pembangunan hortikultura.
“Kita tidak bisa bersaing dengan negara lain tanpa teknologi dan inovasi,” kata Amran saat membuka rangkaian acara Spekta Hortikultura 2018 di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang, Bandung Barat pada Kamis (20/9/2018).
Peneliti utama bidang hama dan penyakit Balitsa, Wiwin Setiawati mengatakan hingga saat ini rata-rata produksi cabai nasional masih sangat rendah hanya 8-10 ton/hektar. Padahal, cabai merupakan salah satu komoditas sayuran strategis yang dapat mengakibatkan inflasi. Melalui penerapan teknologi proliga, produktivitas disiapkan mencapai 20 ton/hektar.
Program proliga ini, lanjutnya, disiapkan pada off-season atau di luar musim. Cabai Kastilo ditanam saat kemarau di bulan Juni agar bisa dipanen saat musim hujan. Tujuannya untuk mengisi pasokan cabai yang berkurang saat pada musim hujan.
“Dari hasil penelitian kita, selalu ada hubungan antara curah hujan, produksi, dan harga. Saat harga cabai tinggi, curah hujan juga tinggi. Dengan Proliga diharapkan pasokan cabai terus ada sepanjang tahun,” terangnya.
Wiwin mengungkapkan, ada lima kunci penerapan teknologi yang memungkinkan produksi berlipat ganda yaitu penggunaan varietas unggul, pola penanaman, persemaian sehat, pengelolaan hara air tanah, dan pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT). Untuk varietas unggul, teknologi Proliga menggunakan cabai varietas Kastilo yang memiliki produktivitas tinggi, mencapai 20 ton/hektar.
Selain varietas unggul, kepadatan populasi tanaman juga akan mempengaruhi produksi cabai. Biasanya dalam satu hektar, petani menanam 20 ribu tanaman cabai. Pada Proliga, populasi tanaman cabai ditingkatkan jadi 30 ribu tanaman/hektar.
“Agar tercapai jumlah 30 ribu tanaman/hektar kita lakukan penanaman dengan pola 2:1 zig-zag. Pada satu lubang ada ditanami 2 tanaman, kemudian lubang berikutnya 1 tanaman. Kita tanam zig-zag agar cahaya matahari tidak akan terhalang dan sirkulasi udara tidak terganggu,” terangnya.
Penyakit virus kuning yang menyerang cabai saat persemaian sangat menakutkan petani. Untuk memproteksinya, bibit cabai harus disiapkan di persemaian sehat yang tertutup screen, sehingga saat bibit dipindahkan ke lahan, hamanya sudah tidak ada. “Kalau di persemaian sudah diserang hama, maka 100 persen akan kehilangan hasilnya,” tutur Wiwin.
Di persemaian juga dilakukan pemangkasan pucuk atau pinching, sehingga tanaman cabai bisa memiliki tiga batang dalam satu pohon. Harapannya, saat ditanam di lahan, jumlah cabang akan bertambah banyak karena buah-buah cabai berada di cabang.
Sementara, pengelolaan hara air tanah dilakukan melalui pemupukan menggunakan berbagai jenis pupuk seperti NPK Mutiara 16-16-16, NPK Mutiara Gower 15-09-20, Karate Plus Boroni, Suburkali Butir dan lain-lain.
Terakhir, pengendalian hama dan penyakit menggunakan bio pestisida dan perangkap serangga. Selain itu, pada pinggiran lahan diberi tanaman penghadang (barrier) sehingga hama-hama tanaman tidak masuk dan menyerang tanaman cabai.
Tanaman penghalang dalam teknologi Proliga adalah jagung yang ditanam rapat empat baris. “Dalam Proliga ini kita hanya bisa mentolerir kehilangan akibat serangan hama dan penyakit hanya 10 persen,” terangnya.
Wiwin optimis melalui penerapan Proliga, target produksi 20 ton/hektar bisa terpenuhi. Bahkan hasil pengamatan dari jumlah buah, jumlah bunga dikalikan berat didapatkan produktivitas hingga 26,68 ton/hektar.