TechnologyIndonesia.id – Ide-Cabe merupakan aplikasi inovatif yang memanfaatkan teknologi deep learning untuk mengidentifikasi varietas cabai secara otomatis. Aplikasi ini memungkinkan pengenalan varietas cabai secara real-time melalui perangkat smartphone, bahkan tanpa koneksi internet.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Sains Data dan Informasi, Wiwin Suwarningsih menjelaskan bahwa Ide-Cabe telah mampu mengenali berbagai varietas cabai yang dibudidayakan di Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Sayuran Kementan, seperti Tanjung-1, Tanjung-2, Ciko, Branang, Lingga, Inata Agrihorti, Carvi, Hot Beauty, Carla Agrihorti, Mia, Pilar, dan Hot Vision.
“Teknologi ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Pusat Riset Sain Data dan Informasi BRIN dan BALITSA, kini dikenal sebagai BPSI Tanaman Sayuran Kementan,” tutur Wiwin dikutip dari laman brin.go.id pada Rabu (29/1/2024).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa aplikasi ini dirancang untuk smartphone dengan kemampuan operasional secara offline.
“Model deep learning yang tertanam dalam aplikasi memungkinkan pengenalan varietas cabai dengan akurasi tinggi. Namun, aplikasi ini memerlukan kapasitas memori yang cukup besar untuk menyimpan dataset varietas cabai yang terus berkembang,” jelasnya.
Sistem ini dirancang untuk mendukung sertifikasi benih cabai berkualitas tinggi, memberikan manfaat besar bagi penyelia, pengawas benih tanaman, penangkar cabai, petani, serta mahasiswa pertanian dan masyarakat umum yang tertarik pada budidaya cabai.
Selain itu, aplikasi ini dapat menjadi referensi penting bagi pemangku kepentingan dalam menetapkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi lapangan.
“Teknologi deep learning yang digunakan mampu mengenali gambar daun cabai melalui kamera smartphone tanpa memerlukan koneksi internet. Hal ini memungkinkan penggunaan aplikasi di area perkebunan yang sulit dijangkau jaringan komunikasi,” ucap Wiwin.
Ide-Cabe memiliki beberapa keunggulan, antara lain; kemampuan operasional secara offline, mengatasi kendala blank spot di banyak area perkebunan, akurasi tinggi meskipun dalam berbagai kondisi lingkungan dan pencahayaan, dan cakupan varietas yang terus diperluas, menambah nilai praktis bagi penggunanya.
Teknologi ini diharapkan memberikan dampak pada pendapatan petani. “Dengan kemampuan identifikasi varietas yang akurat, petani dapat memastikan kualitas benih yang mereka gunakan, meningkatkan hasil panen, dan pada akhirnya menjual produk dengan harga yang lebih baik,” jelasnya.
Wiwin menyampaikan ada beberapa tantangan dalam pengembangan Ide-Cabe, meliputi waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dataset, cepatnya persilangan varietas cabai, serta keragaman lingkungan dan pencahayaan yang dapat mempengaruhi akurasi identifikasi. Selain itu, keterbatasan memori perangkat menjadi kendala yang perlu diatasi.
“Di bidang pertanian, aplikasi ini berkontribusi dalam mendorong sertifikasi benih unggul, meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi cabai, serta memperkuat daya saing sektor agrikultur Indonesia di pasar global,” tuturnya.
Wiwin menyampaikan bahwa ke depan, pengembangan Ide-Cabe akan difokuskan pada perluasan cakupan varietas cabai dalam dataset, pengurangan kebutuhan memori dengan model yang lebih efisien, serta penambahan fitur analitik berbasis data untuk mendukung pengambilan keputusan petani.
Wiwin berharap Ide-Cabe diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam mendukung sertifikasi benih cabai berkualitas tinggi dan memajukan industri pertanian di Indonesia.