Balittri Kembangkan Reaktor Biodiesel Multifungsi, Mampu Hasilkan B-100

Sukabumi, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) telah mengembangkan alat reaktor biodiesel multifungsi yang bisa menghasilkan Biodiesel B-100. Mesin prosesing biodiesel mampu menghasilkan kualitas biodiesel yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Mesin prosesing biodiesel ini menarik perhatian delegasi sejumlah negara G20 (Group of Twenty) mengunjungi Taman Sains Pertanian (TSP) Balittri di Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada Jumat (5/8/2022).

Plt Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menjelaskan kebutuhan akan energi primer di Indonesia terus meningkat seiring semakin tumbuhnya industri, serta meningkatnya populasi dan perekonomian dalam negeri. Di sisi lain, cadangan minyak bumi terus menipis dan dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil terhadap lingkungan semakin mengkhawatirkan.

“Bagaimanapun suatu saat energi fosil akan hilang. Ke depan kita harus menyiapkan komoditi-komoditi yang bisa diolah menjadi bioenergi. Ini salah satu reaktor multi komoditi yang sesuai arahan Bapak Presiden dan Bapak Menteri Menteri Pertanian untuk swasembada kemandirian energi,” terang Fadjry.

Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki potensi besar untuk pengembangan energi baru dan terbarukan. Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan terus melakukan riset dan inovasi dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN).

Balittri merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Pusat Penelitian dan Perkembangan Perkebunan, Balitbangtan. Salah satu mandatnya adalah melakukan penelitian biodiesel.

Reaktor biodiesel multifungsi yang dikembangkan Balittri ini dapat menghasilkan kualitas biodiesel yang memenuhi SNI. Mesin berkapasitas produksi 3000 liter/6 jam ini mampu menurunkan bahan baku dengan Asam Lemak BebasBaku (ALB) tinggi menjadi rendah (dibawah 3).

Reaktor dapat mengolah berbagai jenis minyak nabati, yang sudah dilengkapi methanol recovery dan monitor display untuk melihat pemisahan biodiesel dari gliserol dari tabung pemisah bawah reaktor.

“Hasil olahan reaktor ini untuk menghasilkan biodiesel 100 yang layak digunakan untuk alat mesin pertanian termasuk kendaraan roda empat,” terangnya.

Menurut Fadjry alat ini bisa digunakan di seluruh wilayah Indonesia terutama di daerah remote atau daerah terpencil. Bahan baku biodiesel bisa disiapkan dari komoditi yang ada di daerah tersebut seperti kelapa, kelapa sawit, kemiri sunan, dan komoditi lainnya. “Ada puluhan komoditi yang berpotensi menjadi biodiesel,” imbuhnya.

Kelapa sawit, misalnya, merupakan sumber yang paling siap dan potensial. Indonesia merupakan penghasil CPO terbesar dan memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Balittri telah berhasil mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN) berbahan dasar kelapa sawit, yaitu B-100.

Pengujian B-100 ini dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama, pengujian kualitas mutu B-100. Tahap kedua, pengujian melalui road test dengan jarak tempuh 50.000 kilometer. Tahap ketiga, Pengujian kendaraan di BP2MPBPTP.

Pada road test B-100, Balittri melakukan perbandingan ujicoba dengan pertadex. Hasilnya menunjukkan bahwa emisi yang dihasilkan lebih baik dari pertadex, dan hasil efisiensi serta tenaga yang dihasilkan setara dengan pertadex.

Selain itu, 1 liter B-100 mampu menempu jarak 13,1 kilometer atau setara dengan 26,7 %, lebih efisien dibandingkan penggunaan bahan bakar berbasis fosil dalam jumlah yang sama.

Selain kelapa sawit, Ballittri juga melakukan pengembangan pemanfaatan kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw). Di samping produktivitasnya yang tinggi, rendemen minyak kasar kernel kemiri sunan dapat mencapai lebih dari 50% dengan rata-rata angka Asam Lemak Bebasnya (ALB) cukup rendah.

“Kemiri sunan memiliki perakaran yang dalam dengan tajuk yang lebar, dan dapat tumbuh di lahan marjinal dan beriklim kering seperti Nusa Tenggara Timur, sehingga bisa difungsikan sebagai tanaman rehabilitasi dan konservasi, serta mampu menyerap karbon dalam jumlah yang cukup tinggi,” terangnya.

Selain itu, kemiri sunan pun mampu mereklamasi lahan-lahan bekas tambang. Produk turunan dari pengolahan minyak nabati kemiri sunan akan menghasilkan gliserol, asam lemak bebas, terpentin, dan bahan oleokimia lainnya yang bernilai ekonomi tinggi.

Kemiri sunan juga termasuk non-edible dan mengandung racun yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati. Sebagai contoh, Biotris, merupakan pestisida nabati berbahan dasar kemiri sunan hasil temuan peneliti Balittri yang dapat digunakan sebagai pengendali hama penggerek buah kakao (PBK).

Fadjry mengatakan reaktor biodiesel multifungsi ini masih prototipe, pengembangan selanjutnya memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti industri, Kementerian ESDM maupun kementerian lainnya.

Inovasi B-100 dari Balittri ini merupakan harapan energi baru dunia. Presidensi Indonesia dalam Pertemuan G-20 tahun 2022 merupakan momentum untuk menggaungkan pengembangan energi ramah lingkungan dan mempercepat transisi energi hijau.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author