Menristekdikti Mohamad Nasir saat menghadiri Wow Brand Festive Day 2017 (Foto Biro KSKP Kemenristekdikti/ Fatimah Harahap)
Jakarta, technology-indonesia.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus berupaya membawa produk inovasi menjadi lebih dekat dengan industri. Salah satunya dengan menggandeng Mark Plus Inc. untuk mempromosikan produk inovasi dan menghasilkan bisnis/komersialisasi yang cocok bagi industri dan inventor.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengungkapkan partisipasi industri perlu menjadi perhatian lebih dalam. Saat ini, daya serap industri terhadap inovasi yang ada masih rendah dan belum optimal. Padahal, banyak riset-riset di perpustakaan dapat menjadi produk yang dibutuhkan.
“Daya saing suatu bangsa dapat dicapai salah satunya dengan inovasi. Tidak bisa inovasi tanpa riset. Riset akan bisa lebih baik dan akan menghasilkan inovasi yang baik, tenaga kerja yang baik, harus didorong dari sumberdaya manusia yang kompeten, yakni salah satunya para peneliti dan dosen,” ujar Menristekdikti dalam Wow Brand Festive Day 2017 yang digelar Mark Plus Inc. pada Kamis (9/3/2017) di Jakarta.
Kemenristekdikti melakukan banyak inisiatif untuk memperkuat inovasi nasional antara lain dengan memberikan reward kepada peneliti, memfasilitasi pendanaan inovasi, dan pengembangan inovasi konsorsium.
Riset yang dikembangkan Kemenristekdikti selama ini dikelompokkan dalam tujuh bidang fokus. Bidang tersebut diantaranya pangan dan pertanian, kesehatan dan obat-obatan, serta teknologi informasi.
Dalam perkembangan teknologi informasi yang pesat, Menristekdikti mengandaikan suatu saat nanti Indonesia tidak perlu menggunakan e-KTP lagi tapi mampu membuat chip yang ditanamkan sebagai identitas penduduk. Nasir juga menyebutkan bukan tidak mungkin mahasiswa dapat berkuliah dari rumah dengan menggunakan teknologi informasi
Bidang fokus riset lainnya yakni teknologi transportasi, material maju, pertahanan, dan energi. Di bidang energi, sumber-sumber energi baru terbarukan seperti solar cell akan terus dikembangkan, dan tidak menutup kemungkinan tenaga nuklir yang saat ini digunakan oleh berbagai negara.
Menristekdikti menyebutkan, berbagai inovasi yang telah dihasilkan tidak akan sampai kepada pengguna apabila tidak ada investor. Investor akan melihat inovasi dari biaya yang harus dikeluarkan serta laba ruginya. Kalau inovasi bagus tapi cost mahal tidak akan dilirik. Oleh karena itu, Menristekdikti menginisiasi Innovator- Investor Forum yang akan menjadi tempat kolaborasi keduanya.
“Sehingga keduanya tidak berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada nilai tambah yang bisa dimanfaatkan. Indonesia akan bisa berdaya saing dengan baik dan Global Competitiveness Index bisa meningkat,” pungkasnya.