Balitkabi Kenalkan Budi Daya Kedelai Denasa 1 dan Denasa 2 pada Masyarakat Desa Hutan Jati Selopuro

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menanam kedelai merupakan hal awam bagi petani pesanggem hutan jati di Dusun Trenceng, Desa Popoh, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar. Selama ini para petani yang tergabung pada LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Jati Lestari tersebut selalu menanam jagung secara monokultur.

Pesanggem mendapatkan hak tanam dari KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Blitar, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur pada lahan di bawah tegakan jati dengan sistem sewa lahan, sehingga petani diberikan kebebasan memilih jenis komoditas sepanjang tidak merusak tanaman utama, yaitu jati.

Setiap petani rata-rata mendapat hak sewa lahan seluas 1 patok atau sekitar 600 m2. Dalam setahun, mereka biasa membudidayakan jagung sebanyak tiga kali, dua musim untuk panen jagung pipil dan 1 musim untuk dibabat menjadi pakan ternak.

Sesekali ada beberapa petani melakukan tumpangsari dengan kacang tanah atau kacang tunggak. Kalaupun ada yang menanam kedelai, hanya sebatas di pematang untuk dipanen muda dan dijual sebagai kedelai rebus.

Pertengahan Januari 2021, peneliti Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) menawarkan kerja sama untuk melaksanakan kegiatan penelitian Perakitan Teknologi Budidaya Kedelai Adaptif Naungan. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan paket teknologi yang terdiri dari jarak tanam dan kombinasi pemupukan untuk meningkatkan potensi hasil varietas unggul baru (VUB) kedelai adaptif naungan yang baru dilepas, yaitu varietas Denasa 1 dan Denasa 2.

Kedua varietas ini dilepas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) pada Oktober 2020. Varietas Denasa 1 dan Denasa 2 merupakan varietas yang diperoleh dari serangkaian proses pemuliaan yang cukup panjang. Harapannya, dapat melahirkan varietas berbiji besar, produktivitas tinggi dan toleran naungan.

Kedelai tersebut memiliki kelebihan dari varietas yang telah dirilis sebelumnya yaitu varietas Dena 1 dan Dena 2. Selain sama-sama memiliki tahan terhadap naungan, potensi hasilnya lebih tinggi dari varietas Dena 1 dan Dena 2 karena bijinya lebih besar.

Denasa 1 dan Denasa 2 mempunyai potensi hasil rata-rata 3,42 ton/hektare (ha) dan 3,43 ton/ha, rata-rata hasil masing-masing 2,25 dan 2,31 ton/ha. Karakter bobot biji tergolong berukuran besar dan lebih besar dari pada varietas Dena 1 dan Dena 2. Klasifikasi ukuran biji berdasarkan bobot 100 biji dapat dikategorikan: kecil (< 10 g), sedang (10-14 g) dan besar (>14 g).

Awalnya banyak petani yang menolak karena tidak berpengalaman menanam kedelai, hingga akhirnya didapatkan tiga orang petani kooperator, yaitu Sukamto, Darmaji, dan Siswanto. Luasan lahan yang digunakan untuk kegiatan tersebut sekitar 0,25 ha atau 4 patok.

Animo petani mulai berubah ketika melihat tanaman kedelai tumbuh subur dan telah berpolong. Ada ketertarikan mereka terhadap komoditas kedelai. Banyak petani yang memuji pertanaman kedelai tersebut, kata Bapak Sukamto, salah satu petani kooperator sekaligus pengurus LMDH Jati Lestari.

Panen kedelai diperkirakan pada awal Mei 2021. Harapannya, hasil panen bisa sesuai dengan penampilannya saat ini, bahkan bisa mencapai target penelitian, yaitu di atas 2,5 ton/ha. Koordinasi dan observasi lapang dilakukan secara intens untuk mengantisipasi terjadinya berbagai cekaman biotik maupun abiotik, seperti curah hujan yang tinggi, serangan hama, dan penyakit, terlebih mereka masih perdana dalam budidaya kedelai. (Sumber Balitkabi)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author