Banyuasin, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sumatera Selatan menggelar temu lapang uji adaptasi varietas unggul baru padi untuk mengenalkan inovasi teknologi pertanian kepada para petani lahan rawa pasang surut. Temu lapang yang dihadiri oleh peneliti dan penyuluh, Babinsa, serta anggota kelompok tani dan Gapoktan ini diselenggarakan pada Kamis (19/12/2019) di lahan demplot uji adaptasi benih padi, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin.
Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki potensi lahan rawa yang cukup besar, termasuk lahan rawa pasang surut. Sehingga untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa pasang surut, diperlukan inovasi teknologi pertanian, seperti penerapan Varietas Unggul Baru (VUB), pemupukan berimbang, serta mekanisasi pertanian.
Temu lapang ini merupakan kesempatan bagi petani mendapatkan informasi teknologi, serta bagi peneliti untuk mendapatkan umpan balik dari penelitian yang dilakukan secara lebih cepat. Di lokasi tersebut dilakukan uji adaptasi lima varietas unggul baru yaitu varietas Inpari 6, Inpari 20, Inpari 30, Inpari 38, dan Inpari 43.
Kelima varietas ini di uji pada lahan demplot seluas 5 hektare (ha) di Desa Telang Karya Jembatan 7, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin. Demplot ini melibatkan Kelompok Tani Timbul Lestari B dan Kelompok Tani Harapan Sejahtera yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Sejahtera.
Kepala BPTP Balibangtan Sumsel, Dr. Atekan dalam sambutannya mengatakan bahwa varietas yang diuji mempunyai potensi hasil tinggi antara 7,9 ton-12 ton/ha GKG (Gabah Kering Giling). Keunggulan lain dari masing-masing varietas adalah tahan terhadap wereng batang coklat dan hawar daun bakteri (Inpari 6), tahan rendaman fase vegetatif 15 hari (Inpari 30), tahan blast dan tahan rebah (Inpari 22), tahan kekeringan (Inpari 38) serta efisien dalam penggunaan input dan tahan blast (Inpari 43).
“Harapannya, inovasi teknologi mengenai varietas dapat menyebar ke dunia petani yang ada di lahan pasang surut,” sambung Dr. Atekan.
Selanjutnya, Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Hendri Sosiawan menyatakan bahwa pemerintah bertekad mengoptimalkan lahan rawa. “Seluas 7,5 juta hektare yang siap dioptimalkan dari satu kali tanam menjadi dua kali tanam,” ungkap Hendri.
Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan banyak VUB sebagai alternatif pilihan bagi petani di lahan rawa. “Untuk dapat meningkatkan produksi padi, diharapkan petani dapat mengikuti teknologi yang dianjurkan Badan Litbang Pertanian, salah satunya yang telah disosialisasikan oleh BPTP Balitbangtan Sumsel’, lanjutnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banyuasin yang diwakili Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Muara Telang, Edi Sarwono menyampaikan Desa Telang Karya memiliki luasan 2.964 hektare, dan merupakan wilayah terluas di Kecamatan Muara Telang dengan tipe luapan A. Edi Sarwono juga mengungkapkan bahwa Muara Telang merupakan wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan.
Para petani peserta temu lapang dipandu oleh Peneliti BPTP, Budi Raharjo diajak mengunjungi pertanaman padi. Saat pengamatan, petani diberi penjelasan bahwa padi varietas Inpari dirakit untuk lahan irigasi. Namun berdasarkan keragaan pertanaman yang telah berumur 2 bulan saat ini, kelima VUB tersebut adaptif di lahan rawa pasang surut, meskipun mengalami kekeringan pada umur 0-1,5 bulan.
Niluh Putu Sri Ratmini sebagai penanggungjawab kegiatan temu lapang menambahkan bahwa VUB memerlukan dukungan penerapan teknologi yang tepat untuk meningkatkan produktivitas. Selain teknologi varietas dan pengelolaan tata air, pemberian bahan ameliorant untuk peningkatan pH dan memperbaiki kondisi tanah, merupakan kunci keberhasilan peningkatan produktivitas lahan pasang surut.
Penerapan pupuk berimbang akan berpengaruh signifikan jika kendala pH rendah telah diatasi. Pemupukan berimbang dilakukan dengan memberikan pupuk sesuai dengan kesuburan lahan/ketersediaan hara dalam tanah dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Teknologi yang telah dihasilkan Balitbangtan dalam penerapan pupuk berimbang tersebut antara lain Perangkat Uji Tanah melalui penggunaan alat PUTR (Perangkat Uji Tanah Lahan Rawa).
Selain pemupukan berimbang, penerapan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang sesuai dan tepat juga diperlukan. Alsin yang dipergunakan pada kegiatan temu lapang ini adalah Atabela Amator (alat tanam benih langsung ditarik traktor). Amator telah teruji dapat mengefisienkan penggunaan benih dibandingkan tanam cara tabur (kondisi petani saat ini).
Selain itu dengan sistem tanam benih langsung menggunakan Amator menjadikan sistem pertanaman legowo 4:1, 3:1 atau 2:1 dapat diatur. “BPTP Balitbangtan Sumsel memberi peluang kepada calon pengguna dari berbagai Gapoktan/Poktan untuk merakit dan memodifikasi Amator,” ujar Niluh Putu Sri Ratmini.
Gunari, Ketua Kelompok Tani Timbul Lestari selaku petani kooperator mengungkapkan kegembiraannya melihat padi yang diujicobakan di lahan mereka tumbuh dengan baik. “Kedepan, kami mengharapkan adanya alat Amator di Telang Karya agar luasan tanam dengan sistem jajar legowo menggunakan Amator dapat bertambah,” pungkas Gunari.