Jakarta, Technology-Indonesia.com – Peranan susu untuk meningkatkan asupan protein sebagian besar masyarakat Indonesia perlu mendapat perhatian serius. Saat ini, masyarakat Indonesia makin banyak yang mengkonsumsi susu, baik dalam bentuk segar maupun olahan. Permintaan konsumen terhadap produk olahan susu semakin meningkat hingga 80%.
Produk olahan susu sangat banyak ragamnya. Susu dapat dijual dalam bentuk segar, susu pasteurisasi, susu UHT (Ultra High Temperature) dan lain-lain. Susu olahan biasanya dijual dalam bentuk susu bubuk, susu fermentasi seperti yoghurt, keju, dadih, kefir, dan dangke. Bentuk olahan susu lainnya dikenal adanya permen susu/dodol susu, kerupuk susu, dan bentuk olahan lainnya.
Olahan susu fermentasi biasanya memerlukan adanya starter yang membantu proses fermentasi. Untuk produksi susu fermentasi (yoghurt), ketersediaan starter masih banyak tergantung produk impor.
Banyak juga UKM olahan susu masih menggunakan starter cair dalam pembuatan susu fermentasi. Produksi susu fermentasi sangat dipengaruhi oleh kultur starter yang digunakan, karena menentukan mutu produk yang dihasilkan. Starter dalam bentuk cair mempunyai keterbatasan penggunaannya, dan membutuhkan penanganan khusus untuk menjaga kualitas starternya.
Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengembangkan dan menyediakan starter alternatif dalam bentuk kering. Ketersediaan starter kering cukup banyak tersedia di luar negeri, misalnya dari Kanada dan New Zealand dengan harga cukup mahal.
Permasalahan tersebut sering dihadapi oleh UKM dan industri yang bergerak olahan yoghurt. Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan untuk mengatasi permasalahan ketersedian starter pembuatan yoghurt, Balitbangtan telah menghasilkan starter kering yoghurt probiotik yang siap pakai dan mampu menghasilkan yoghurt dengan kualitas tidak kalah dengan starter yoghurt impor.
Tim Peneliti Balitbangtan berhasil melakukan inovasi pengembangan starter kering yoghurt probiotik bi-Proyo dengan beberapa keunggulan. Antara lain, mampu menghasilkan yoghurt dengan rasa yang lebih enak, harga starter lebih murah dibandingkan dengan starter impor, mengurangi ketergantungan terhadap impor starter kering, dan masa simpan yang relatif panjang dengan tingkat viabilitasnya sel yang tetap tinggi.
Starter kering yoghurt probiotik ini mengandung starter bakteri untuk pembuatan yoghurt yaitu Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaribus, serta tambahan bakteri probiotik Lactobacillus casei dan Bifidobacterium longum. Kandungan bakteri probiotik pada starter kering yoghurt probiotik tersebut mampu menghasilkan yoghurt yang kaya probiotik sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi organ pencernaan.
Proses pembuatan starter ini relatif sederhana, namun melibatkan proses pengeringan menggunakan Spraydrier. Starter kering yoghurt probiotik ini telah memperoleh sertifikat paten pada tahun 2019 dengan nomor paten IDP000056159B.
Pengguna bi-Proyo ini sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pasca Panen) Prayudi Syamsuri mengatakan starter kering yoghurt sudah mulai banyak dikenal masyarakat luas. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya permintaan terhadap starter ini tiap tahunnya melalui koperasi BB Pascapanen.
BB Pasca Panen terus melahirkan binaan UKM olahan susu baru, yaitu Yosuka Dairy (Ciawi) selain UKM binaan kita terdahulu Liseli (Sukabumi) dan Srikandi Barokah (Boyolali) yang telah memproduksi yoghurt menggunakan starter kering yoghurt probiotik. Selain itu pihaknya bekerjasama dengan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Padang Panjang membuat line processing olahan susu di Kota Padang Panjang mulai dari yoghurt, keju, mozzarella dan lain-lain menggunakan starter dari BB Pascapanen.
Meluasnya penggunaan starter bi-Proyo menunjukkan bahwa inovasi Balitbangtan semakin dikenal dan dicari pengolah yoghurt baik yang komersial maupun yang ingin membuat yoghurt untuk dikonsumsi sendiri. (Sumber Balitbangtan)
Balitbangtan Kembangkan Starter Kering Yoghurt Probiotik bi-Proyo
