Balitbangtan Kembangkan Sistem Informasi Standing Crop Berbasis Sentinel-2

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Salah satu dukungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) adalah sistem informasi standing crop tanaman padi. Informasi ini menyajikan gambaran real time fase pertumbuhan di lapangan yang diterjemahkan melalui data satelit.

Saat ini terdapat data satelit Sentinel-2 dengan resolusi 10m X 10m frekwensi 5-harian. Data citra tersebut sangat potensial diterjemahkan menjadi informasi standing crop dengan resolusi lebih tinggi, hingga level desa di seluruh Indonesia. 

Informasi standing crop tanaman padi ini bisa diakses dalam sistem informasi Kalender Tanam Terpadi (SI KATAM Terpadu).

Peneliti Balitbangtan, Fadhlullah Ramadhani sebagai salah satu pencipta Aplikasi Web Standing Crop Berbasis Sentinel-2 (WebSC Sentinel-2) Versi 1.0 dan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu Versi 2.0, menjelaskan fase Standing Crop dengan Sentinel-2, klasifikasi fase tegakan padi di lahan sawah meliputi empat fase (berdasarkan klasifikasi IRRI). Keempat fase tersebut yaitu Fase Penggenangan/Vegetatif (0-45 hari setelah tanam); Fase Generatif (45-90 hari setelah tanam); Fase Pematangan (91-110 hari setelah tanam); dan Fase Bera.

Verifikasi yang telah dilakukan mencakup delapan provinsi, yaitu provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimatan Selatan dan Sulawesi Selatan dengan persentase rata-rata sebesar 83,715%.

Fadhlullah menjelaskan SI KATAM Standing Crop Sentinel 2 terdiri dari dua jenis. Pertama, prototipe SI berbasis web. Standing Crop yang berbasis web terintegrasi dengan web utama KATAM Terpadu yang bisa di akses melalui halaman http://KATAM.litbang.pertanian.go.id/main.aspx. Informasi standing crop yang ditampilkan pada web adalah luas masing-masing fase standing crop, yaitu fase bera, fase air, fase vegetatif, fase generatif dan fase pemasakan serta luas tutupan awan dalam satuan hektare dan persentase.

Selain itu terdapat juga informasi luas prediksi panen padi tiga bulan ke depan. Informasi-informasi tersebut sudah sampai level desa untuk seluruh provinsi di Indonesia dalam bentuk spasial dan tabular.

Kedua adalah prototipe berbasis aplikasi Android yang bisa diunduh di Play Store: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.litbang.googlemapsretrofit.

Menurut Yayan Apriyana, informasi standing crop yang ditampilkan di aplikasi android juga sama dengan yang ditampilkan di web. Informasinya sudah mencapai level kecamatan yang bisa dicari dengan langsung mengetik nama kecamatan untuk level kecamatan, ketik nama kabupaten untuk level kabupaten dan ketik provinsi untuk level provinsi.

Sistem Informasi KATAM standing crop menampilkan luasan dari masing-masing fase pertumbuhan tanaman padi di lahan seluruh Indonesia. Menurut Yayan, luasan tersebut memiliki ruang lingkup (cakupan) dengan Luas Baku Sawah (LBS) yang sudah ditetapkan bersama oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Informasi Geospasial (BIG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Kementan. Luasnya 7,4 juta hektare yang akan terbagi ke dalam masing-masing level provinsi, kabupaten, kecamatan hingga tingkat desa dengan mengacu pada peta administrasi terbaru.

Selain itu, informasi standing crops ini dapat digunakan untuk prediksi potensi luasan padi dalam tiga bulan ke depan dan menprediksi produksi beras yang akan dihasilkan untuk suatu wilayah. Sinkronisasi data luas baku sawah dengan luas cakupan sawah dalam SI KATAM Standing Crops ini harus selalu dilakukan agar akurasi pengukuran luasan tegakan padi di lahan seluruh Indonesia menjadi lebih presisi dan akurat.

Ke depan, beberapa pengembangan akan dilakukan oleh Balitbangtan terkait hasil-hasil penelitian SI KATAM Standing Crop antara lain memperkenalkan perbaruan Metode Verifikasi dengan Drone dengan cakupan luas hamparan padi yang lebih besar, sehingga menimalisir error yang mungkin terjadi. Hal tersebut juga penting untuk validasi hamparan sawah yang sudah dijangkau dengan kendaraan (remote area).

Selanjutnya, pemanfaatan lanjut dari aplikasi SI KATAM Standing Crop untuk menghitung potensi luas panen dan luas tanam tanaman padi, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan asumsi yang benar dalam perhitungan produksi padi.  Misalnya, akurasi dan mengidentifikasi kondisi bera maupun luas tanam padi yang sebenarnya di lapangan sehingga akan memberikan kepastian penyiapan sarana pertanian di suatu daerah dengan tepat.  

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Husnain menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian melalui Agriculture War Room (AWR) memprogramkan semua data dapat terkoneksi hingga tingkat Balai Penyuluh Pertanian (BPP).

“Namun demikian terkait data citra satelit, BBSDLP sebagai pengguna data LAPAN mengharapkan dapat kerjasama pemanfaatan Sentinel 2 dapat dilakukan secara cepat untuk menjawab kebutuhan informasi luas panen dan produksi padi sawah saat ini,” ujarnya. (Sumber Balitbangtan)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author