Jakarta, Technology-Indonesia.com – Palopo beserta kawasan sekitarnya seperti Luwu Utara dan Luwu Timur merupakan sentra produksi pertanaman sagu di Sulawesi Selatan (Sulsel). Tidak heran jika banyak pangan lokal masyarakat Bugis Palopo berbasis sagu seperti kapurung, dange, sinole, dan lain-lain.
Namun seiring berjalannya waktu, keberadaan pangan lokal tersebut semakin tersingkirkan oleh pangan berbasis beras dan terigu seperti nasi, mie instan dan roti. Banyak faktor penyebab beralihnya sumber pangan pokok sebagian masyarakat Palopo diantaranya semakin sulitnya mendapatkan sagu, aroma sagu yang kurang menyenangkan atau berbau asam, warna tepung sagu yang butek, serta kurang praktis dalam memasak atau menyajikannya.
Terkait hal tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menggandeng Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo untuk bersama-sama membangun Model Agroindustri Sagu. Model ini diharapkan menjadi percontohan kepada masyarakat bagaimana mengolah sagu yang baik dan benar sehingga produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang terjamin. Model agroindustri sagu tersebut nantinya akan menjadi bagian dari Technopark Sagu yang akan dibangun Pemerintah Kota Palopo.
Pengembangan model agroindustri sagu bantuan dari Balitbangtan meliputi line process pengolahan pati sagu premium dan mi sagu kapasitas 150 kg input/proses. Alat yang digunakan meliputi pengayak pati basah, bak pengendapan, pengepress, milling unit (diskmill), pengering (rotary dryer), pengayak pati sagu kering, dan mesin pengemas.
Selain itu, untuk mengenalkan produk turunan lain dari sagu, diserahkan mesin ekstruder yang mampu menghasilkan mie, berasan atau produk pasta lainnya. Saat ini peralatan ditempatkan di sentra industri pangan, Dinas perindustrian Kota Palopo di Jl. Dr. Ratulangi km.11 Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo sambil menunggu beroperasinya Technopark Sagu.
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan model agroindustri sagu perlu didukung oleh sumber daya manusia yang handal khususnya calon pengelola bisnis tersebut. Karena itu, pada 6 Desember 2018 dilakukan peresmian model pengembangan agroindustri sagu oleh Walikota Palopo, Judas Amir. Acara didahului bimbingan teknologi pengolahan sagu.
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari penandatanganan MoU kerjasama pengembangan sagu pada 7 November 2018 pada acara Local food fiesta di Bogor. Dalam Bimtek materi yang disampaikan antara lain mengenai potensi sagu sebagai pangan masa depan , teknologi ekstraksi sagu, teknologi pengeringan sagu serta teknologi pembuatan mi sagu. Bimtek ini sendiri dihadiri 70 peserta baik dari UKM, Penyuluh, petani sagu dan perguruan tinggi.
Dalam sambutan peresmian, Walikota Palopo mengharapkan agar sagu bisa berkembang dengan baik di Palopo. Saat ini ada 27 jenis olahan sagu. Dengan adanya perlatan baru ini maka akan lebih banyak varian olahan sagu yang dihasilkan dan bisa menjadi cindera mata khas di kota Palopo.
Sementara itu, Evi Savitri mewakili Kepala BB Pascapanen menyampaikan bahwa model pengembangan agroindustri sagu ini merupakan upaya Kementan untuk berkontribusi dalam menyiapkan pangan nasional dan dunia dari sumber karbohidrat selain beras.
Diharapkan peralatan dan teknologi yang telah diberikan dapat dipergunakan untuk menghasilkan produk mie sagu kapurung yang bisa menjadi kuliner khas kota Palopo.