Balitbangtan Akan Gandeng FK UI untuk Uji Klinis Produk Berbasis Eucalyptus

Bogor, Technology-Indonesia.com – Kementerin Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) akan terus mengembangkan penelitian produk berbasis eucalyptus yang berpotensi sebagai antivirus corona. Produk eucalyptus ini sudah mendapat izin edar dengan kategori obat tradisional (jamu) dan siap diproduksi massal oleh mitra industri. Untuk mendapatkan klaim yang lebih tinggi, Balitbangtan akan menggandeng Universitas Indonesia (UI) untuk melakukan uji klinis terhadap produk eucalyptus.

Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengatakan bahwa penelitian produk eucalyptus masih memerlukan penelitian lanjutan yang lebih dalam. Produk tersebut telah melalui uji molecular docking dan uji in vitro di laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) Balitbangtan. Hasil pengujian tahap ini menunjukkan bahwa eucalyptus yang mengandung bahan aktif 1,8 cineole memiliki aktivitas anti virus, baik terhadap virus influenza maupun virus corona, yakni gamma dan beta corona.

Selanjutnya Baltibangtan akan melakukan pengujian lanjutan seperti uji praklinis dan uji klinis. “Kami akan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran UI untuk melukukan pengujian terkait dengan uji klinis untuk produk eucalyptus ini,” ujar Fadjry dalam konferensi pers di Kantor BB Litvet, Bogor, pada Senin (6/7/2020).

Balitbangtan telah memproduksi prototype produk eucalyptus dalam lima bentuk sediaan yang dikembangkan, yaitu roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi dan kalung aromaterapi. Dari lima sediaan tersebut, prototype kalung aromaterapi menyita perhatian dari masyarakat. Fadjry memastikan produk kalung berbasis eucalyptus merupakan kalung aromaterapi dan akan dipasarkan oleh mitra industri dengan izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai obat tradisional (jamu).

Seperti kandungan bentuk sedian lainnya, kalung eucalyptus mengandung bahan aktif 1,8 cineole yang akan merusak struktur Mpro (Main Protein) dari virus sehingga virus akan sulit bereplikasi dan akhirnya terus berkurang jumlahnya. Cara pemakaiannya dengan menghirup setiap 2-3 jam sekali selama 5-15 menit agar menginktivasi virus yang ada di sekitar rongga hidung.

Fadjry menyampaikan bahwa pihaknya terbuka untuk melibatkan semua komponen anak bangsa yang punya potensi untuk sama-sama menyelesaikan produk eucalyptus ini. Pihaknya juga siap menerima kritik dan saran untuk perbaikan dari produk tersebut.

Pada kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Ari Fahrial Syam mengapresiasi inisiatif Kementan melalui Balitbangtan untuk mengembangkan produk berbasis eucalyptus. Karena masih dalam pengujian in vitro maka perlu dikembangkan hingga pengujian klinis.

Ari menyampaikan, minyak eucalyptus atau biasa dikenal sebagai minyak kayu putih sudah digunakan turun temurun untuk mengatasi permasalahan kesehatan. Dalam perkembangannya penelitian produk berbasis eucalyptus telah dilakukan oleh peneliti-peneliti di Balitbangtan dan telah dilakukan uji in vitro yang ternyata cukup efektif bekerja untuk virus.

“Harapan masyarakat, pemerintah, dan media begitu besar ketika disampaikan ada suatu bahan alam yang berkerja efektif untuk mengatasi virus corona. Memang penelitiannya masih in vitro, di satu sisi ini sebagai bahan alam yang sering dipakai untuk kesehatan sehari-hari,” tutur Ari melalui video conference.

Ari menuturkan bahwa Balitbangtan memiliki fasilitas laboratorium biosafety level 2 (BSL 2) dan laboratorium biosafety level 3 (BSL 3) sehingga memungkinkan melakukan berbagai aktivitas riset di bidang virus. Formula produk eucalyptus juga dimodifikasi menggunakan nanoteknologi.

Pihaknya sebagai institusi pendidikan dan institusi riset merasa siap bekerjasama untuk melanjutkan riset tersebut. FK UI memiliki Indonesia Medical Education dan Research Institute (IMERI) yang saat ini bergiat melakukan berbagai macam kegiatan untuk membantu mengatasi permasalahan Covid 19. Riset-riset inovatif yang dilakukan antara lain untuk penemuan vaksin dan indentifikasi virus, termasuk stem cell, dan lain-lain.

Ari juga menyampaikan kesiapannya untuk bekerja sama melakukan riset-riset dengan eucalyptus. Pihaknya berharap melalui riset-riset tersebut, eucalyptus terbukti bermanfaat untuk mengatasi Covid-19.

“Kita mendukung penuh riset lanjutan dengan menggunakan bahan alam ini. Mudah-mudahan apa yang kita upayakan ini membawa manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author