Ayam Sensi-1 Agrinak

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia kaya akan sumberdaya genetik termasuk berbagai jenis ayam lokal asli maupun lokal pendatang, yang tersebar diseluruh kepulauan di Indonesia. Daging ayam lokal sangat disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Perkembangan kuliner di Indonesia yang begitu pesat menyebabkan meningkatnya kebutuhan pasokan ayam lokal.

Untuk memenuhi permintaan pasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melakukan upaya peningkatan produktivitas ayam lokal melalui seleksi dan persilangan terencana, serta sistem perbanyakannya yang baik dengan kualitas dan kuantitas yang berkesinambungan. Pembentukan galur unggul ayam lokal pedaging sangat diperlukan dalam rangka pengembangan ayam lokal secara nasional.

Pembentukan galur murni SenSi 1 Agrinak ini, merupakan rangkaian dalam membangun kakek (grand parent stock, GPs) dan tetua (parent stock, PS) untuk memproduksi DOC ayam lokal asli, sebagai bakalan ayam lokal potong niaga (final stock, FS) yang unggul dalam aspek pertumbuhan dan efissiensi disamping rasa dan textur daging khas ayam lokal asli (native).

Ayam SenSi 1 Agrinak dibentuk dari sumberdaya genetik atau dapat juga disebut sebagai diverse line rumpun ayam Sentul yang berasal dari wilayah Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Ayam Sensi-1 Agrinak merupakan singkatan dari Sentul terseleksi pertama karya Balai Penelitian Ternak, Balitbangtan. Metoda seleksi dilakukan terhadap individu ayam pada umur 70 hari.

Kriteria seleksinya adalah warna bulu abu untuk sub galur SenSi Abu dan warna bulu putih bercak hitam (Pucak) untuk sub galur SenSi Pucak. Bentuk jengger pea sebagai bentuk jengger dominan dan bobot hidup ayam-ayam jantan 25% tertinggi dalam populasi generasinya.

Galur ayam SenSi 1 Agrinak selain mempunyai keunikan warna bulu Abu dan Pucak serta postur yang seragam (88%), juga mempunyai keunggulan pertumbuhan dengan bobot hidup pada umur 70 hari mencapai 800 – 1000 g/ekor (unsexed), yang lebih tinggi dari bobot hidup diverse line atau populasi dasarnya (Sentul non seleksi) yang hanya mencapai rata-rata 627 g/ekor (unsexed). Produksi telur rata-rata SenSi 1 Agrinak sampai umur 65 minggu mencapai 39,92%. (Ivon)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author