Barito Kuala, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menggelar temu lapang teknologi pertanian yang mempertemukan petani, penyuluh, peneliti, pemerintah daerah, para pengambil keputusan, dan masyarakat. Kegiatan yang diikuti 200 orang peserta itu dilaksanakan di Denfarm Jejangkit yang berlokasi di Desa Jejangkit Muara, Kec. Jejangkit, Kab. Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), Senin (14/10/ 2019).
Kepala Balitbangtan, Dr Fadjry Djufry mengatakan, temu lapang digelar untuk mengomunikasikan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian Balitbangtan, khususnya untuk mendukung Program SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani). Program pengelolaan lahan rawa pasang surut/lebak tersebut dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan rawa, peningkatan peran petani dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani, penumbuhan dan pengembangan Kelompok Tani untuk melaksanakan Usaha Tani, dan pengembangan kawasan.
Lebih lanjut Fadjry mengungkapkan, meski potensi pertanian di lahan rawa sangat luas, namun persoalannya tidak mudah mengajak petani agar mau terlibat mengelola lahan rawa menjadi lahan pertanian. Karena itu semua pihak perlu duduk bersama, bersinergi dan bekerja sama lintas instansi untuk mewujudkan lahan rawa menjadi lumbung pangan baru.
“Problem utama dalam pengembangan pertanian lahan rawa di Kalimantan Selatan adalah persoalan tenaga kerja dan kelembagaan mulai dari on farm hingga off farm termasuk aspek pemasaran. Penyuluh pertanian, peneliti, dan pemerintah daerah harus hadir dan juga memberikan dukungan infrastruktur,” beber pria yang pernah menjabat Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalsel itu.
Menurut Fadjry, Balitbangtan bertanggungjawab untuk menyukseskan Program SERASI yang mulai digagas sejak dua tahun lalu. Sasarannya adalah menaikan produktivitas dan Indeks Pertanaman, serta pengembangan usaha (korporasi petani). Tahun ini Program Serasi dilaksanakan di tiga provinsi yaitu di Sumatera Selatan (Sumsel), Kalsel, dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Dari target pembukaan lahan sekitar 500 ribu hektare (ha), tahun ini sudah 300 ribu ha yang sudah dibuka dengan pembukaan lahan terluas di Sumsel dan Kalsel.
“Ini merupakan program unggulan Kementan dan menjadi salah satu tumpuan dalam produksi pangan di masa depan. Pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan menyentuh semua aspek baik teknis, sosial ekonomi dan kelembagaan. Semuanya berbasis riset dengan kearifan lokal (local whisdom) sebagai salah satu sumber inovasi,” kata Fadjry.
Ia menyebutkan sejumlah dukungan dan kegiatan Balitbangtan di dalam Program SERASI antara lain berupa pengelolaan demfarm, superimposed untuk memperbaiki kondisi lahan, pendampingan petani/kelompok tani, dan bimbingan Teknis (Bimtek). Kegiatan-kegiatan tersebut bersifat partisipatif, yakni melibatkan pihak-pihak terkait (Petani/PPL/Dinas Kab/Kota/Provinsi).
Demfarm dalam program SERASI dilaksanakan oleh peneliti bersama petani dan penyuluh pada suatu hamparan atau kawasan yang menerapkan dan atau memperagakan berbagai teknologi (komponen/paket) usahatani (rekomendasi dan atau hasil penelitian) yang unggul dan telah teruji untuk dilihat, dicoba, dan dicontoh oleh petani sasaran (end user).
Fadjry mengatakan, Pemerintah Daerah diharapkan bisa menjadi integrator untuk menggerakkan petani dan penyuluh pertanian. Grand design yang disusun harus lintas stakeholder, melibatkan Balitbangtan, Ditjen teknis dan Pemda.
Acara ini juga dihadiri Bupati Barito Kuala, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Prov. Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Prov. Kalimantan Selasel, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Barito Kuala, pimpinan eselon 2 lingkup Badan Litbang Pertanian.