Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menyambut tahun 2018, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) aktif menyuarakan kebijakan dan program menghadapi Globalisasi Pendidikan dan Revolusi Industri 4.0. Keduanya tidak terelakkan dan harus dihadapi oleh generasi muda Indonesia.
Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan tujuan utama Kemenristekdikti saat ini adalah mempersiapkan generasi emas Indonesia yang berkualitas, sehingga mereka menjadi SDM yang kompeten, mampu untuk berfikir inovatif, serta optimum menguasai bidang ilmunya, dan menerapkannya dalam dunia pekerjaannya, memperbaiki kualitas hidup manusia Indonesia, maupun dalam rangka berkontribusi terhadap pembangunan nasional.
“Lingkungan baru era Globalisasi Pendidikan dan Revolusi Industri 4.0 memerlukan kebijakan perguruan tinggi yang berbeda dibandingkan masa lalu,” kata Menristekdikti dalam Konferensi Pers Kebijakan Kemenristekdikti Menghadapi Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0, di Jakarta, Senin (29/1/2018).
Untuk itu, strategi yang disiapkan Kemenristekdikti harus memperhatikan bisnis model ke depan untuk pendidikan tinggi, serta cara mengembangkan teknologi, dan membuka beberapa inovasi yang ada di pendidikan tinggi. Menristekdikti berharap, kelembagaan atau struktur organisasi di pendidikan tinggi sifatnya adalah kreativitas, multidisplin, dan entrepreneur.
Menristekdikti memaparkan, globalisasi membawa dampak positif antara lain mendorong perusahaan multinasional berinvestasi ke negara berkembang yang akan mendorong dan menyediakan lapangan kerja serta keahlian baru bagi penduduk negara negara berkembang. Dampak positif lainnya, adanya pertukaran ide, informasi, pengalaman, dan gaya hidup,serta meningkatkan efisiensi kerja akibat penyerapan teknologi. Globalisasi juga membuat kesadaran terhadap kualitas lingkungan menjadi lebih tinggi seperti global warming dan deforestation (penebangan hutan).
Namun, globalisasi juga membawa dampak negatif diantaranya melemahkan kedaulatan nasional dan mengakibatkan hilangnya identitas budaya nasional. Jika kurang daya saing, suatu negara dapat tergerus oleh kekuatan superpower dan menimbulkan eksploitasi terhadap negara kurang berkembang
Perubahan global dalam tenaga kerja, lanjut Nasir, juga mengakibatkan 75-375 juta pekerja di dunia berubah profesi pekerjaannya.Untuk itu, Indonesia harus memperbaiki kualitas tenaga kerjanya dengan teknologi digital dan berinovasi. Era technology disruption, juga memerlukan penguasaan kombinasi teknologi, seperti fisika, digital dan biologi.
Beberapa disiplin ilmu/ketrampilan yang berkembang dan perlu dikuasai oleh generasi muda Indonesia antara lain Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), New Materials, Big Data, Robotics, Augmented Reality, Cloud Computing, Additive Manufacturing 3-D Printing, Nanotechnology, Biotechnology, Genetic Editing, dan e-Learning.
Adopsi teknologi baru kedalam Revolusi Industri-4, juga ditandai dengan kemampuan SDM untuk melakukan berbagai terobosan inovasi, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan informasi dari internet dengan optimum, memperluas akses dan meningkat proteksi Cyber Security.
Berdasarkan evaluasi awal kesiapan negara dalam Revolusi Industri 4.0, Indonesia diperkirakan sebagai negara dengan potensi tinggi. Laporan awal dari the preliminary 4IR Country Readiness Evaluation menyebutkan Indonesia merupakan kandidat yang potensial dan siap untuk menyambut Revolusi Industri 4.0. Indonesia yang mendapatkan keuntungan dari foreign direct investment (FDI), terus menerus membangun infrastruktur dalam bidang pendidikan tinggi, untuk mempersiapkan Revolusi Industri 4.0.
Indonesia juga telah meratifikasi WTO Agreement melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. General Agreement on Trade in Services (GATS) merupakan bagian dari kesepakatan WTO (World Trade Organization). “GATS dipandang sebagai instrumen untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan,” ungkap Menristekdikti.
Dua belas bidang/sektor layanan dalam GATS adalah layanan bisnis, keuangan, konstruksi, pendidikan, travel/pariwisata,transportasi, komunikasi, distribusi, lingkungan, kesehatan, rekreasi dan budaya, dan layanan lainnya.
Dalam konferensi pers tersebut Menristekdikti didampingi Sekretaris Jenderal Ainun Naím, Dirjen Kelembagaan Iptekdikti Patdono Soewignyo, Dirjen Pembelajaran dan Mahasiswa Intan Ahmad, Direjen Riset dan Pengembangan Iptekdikti Muhammad Dimyati, Staf Ahli Menteri bidang Infrastruktur Iptekdikti Hari Purwanto, serta Staf Ahli Menteri bidang Akademik Paulina Pannen.