Jakarta, Technology-Indonesia.com – Dalam kunjungan kerja ke Kudus, Jawa Tengah, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berkesempatan mengunjungi PT. Pura Barutama (Pura Group) dan beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bawah binaan Djarum Foundation.
Pura Group merupakan perusahaan yang terdiri dari beberapa kelompok industri yang menggunakan teknologi tinggi (hi-tech) dalam menghasilkan produk. Pendiri Pura Group, Jacobus Busono pernah meraih Gelar Perekayasa Utama Kehormatan 2015 Bidang Teknologi Mineral dari BPPT.
Menristekdikti melihat berbagai produk yang dihasilkan oleh Pura Group dalam berbagai bidang seperti smart technology, total security system, pabrik kertas, offset, packaging, tinta cetak, plastic converting, dan sebagainya.
“Pengembangan teknologi yang dilakukan Pura Group sangat luar biasa. Saya harap masyarakat Indonesia sendiri bisa menikmati teknologi yang dikembangkan oleh anak negeri. Kalau anak Indonesia ada yang mampu, kenapa harus impor?” ujar Nasir usai kunjungannya di Kantor Pusat Pura Group, Kudus, Sabtu (2/5/2018).
Salah satu produk Pura yang mencuri perhatian Menristekdikti adalah hologram. Produk tersebut menempatkan Pura sebagai salah satu holografer terbaik di dunia dan menerima Holography Awards dari IHMA (International Hologram Manufactures Association).
Nasir berharap kunjungannya ini bisa menjembatani industri dengan institusi pemerintah lain agar bisa memanfaatkan produk mereka. Terkait produk hologram, Menristekdikti berkeinginan untuk mengusulkan kepada LKPP tentang cara pengadaan barang dan jasa oleh Peruri sebagai pengguna utama produk inovasi dari Pura.
“Jika ini bisa dilakukan melalui e-katalog maka tidak perlu lagi membeli dari luar negeri melalui bidding atau tender,” pungkasnya.
Kolaborasi Politeknik dan SMK
Dalam lawatannya ke Kudus, Menristekdikti juga mengunjungi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bawah binaan Djarum Foundation. Diantaranya SMK Raden Umar Said untuk bidang fokus animasi dan game development, SMK Nahdatul Ulama Banat untuk bidang fokus fashion design serta SMK PGRI 1 Kudus untuk bidang fokus beauty and spa.
Menristekdikti mengatakan bahwa pembinaan SMK oleh Djarum Foundation sama halnya dengan revitalisasi pendidikan vokasi (politeknik) yang dilakukan oleh Kemenristekdikti. Diantaranya meliputi pembenahan kurikulum dan dosen. Hal ini dilakukan agar link and match antara lulusan pendidikan vokasi dan kebutuhan industri dapat berjalan dengan baik. Nasir berharap politeknik juga bisa men-supply guru-guru SMK.
“Dari D3 saya naikkan ke D4. Dosennya harus mempunyai sertifikat, lulusannya juga harus mendapat sertifikat. Sehingga lulusan politeknik juga bisa mengajar di SMK,” terangnya.
Menristekdikti juga mengungkapkan upaya pemenuhan guru dan kurikulum harus dibenahi agar sesuai dengan perkembangan zaman atau era Revolusi Industri 4.0. “Untuk itu mindset para dosen ataupun guru harus diubah. Cara mengajar harus berubah agar mahasiswa atau siswa SMK bisa berinovasi,” tutur Nasir.
Selanjutnya harus dibuat pola-pola agar target lulusan ke depan dapat tercapai ke dunia industri. “Nantinya perguruan tinggi-perguruan tinggi akademik akan saya minta untuk mengubah kurikulumnya. Desain kurikulum harus sesuai dengan bidang profesionalnya,” pungkas Nasir.
Dalam kesempatan yang sama, Program Director Djarum Foundation Primadi H. Serad mengharapkan adanya kolaborasi antara SMK dengan perguruan tinggi.
“Kami membutuhkan perguruan tinggi agar dapat menghasilkan guru SMK yang mumpuni, memiliki High Order Thinking Skills yang baik, memiliki kompetensi bahasa inggris, serta menyelaraskan kurikulum dengan industri,” ucap Primadi.