Jakarta, technology-Indonesia.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar dialog antara Menristekdikti bersama organisasi kemahasiswaan. Dialog ini diselenggarakan dalam rangka konsolidasi, sharing experience, dan sinergi program untuk menangkal paham radikalisme, terorisme, rendahnya nasionalisme dan penyalahgunaan narkoba di lingkup perguruan tinggi.
Dialog dihadiri Menristekdikti, pejabat eselon I Kemenristekdikti, tokoh nasional alumni aktivis organisasi kemahasiswaan, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam, Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia,Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Ketua Umum Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, dan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan saat ini ada potensi radikalisme di kalangan mahasiswa. Karena itu perlu upaya untuk menjaga agar radikalisme ini jangan sampai meledak dan jangan sampai terjadi konflik seperti di negara-negara Timur Tengah.
“Bagi saya ini bagian dari anak bangsa yang harus kita bina dan dampingi. Jangan sampai menjadi kelompok yang radikal. Mahasiswa harus kita rangkul bersama dari berbagai komponen. Nanti kita rangkul, kita pikirkan bersama,” ujar Menristekdikti di sela dialog bertema “Gerakan Anak Bangsa Mendukung Pembangunan Menuju Indonesia Emas” di Jakarta, Selasa (20/6/2017).
Menristekdikti mengatakan komunikasi ini merupakan pertama kali sejak tahun 1982. “Seingat saya sejak saya mahasiswa sampai sekarang belum pernah ada dialog seperti ini antara pemerintah dan organisasi kemahasiswaan,” lanjutnya.
Menurutnya, mahasiswa merupakan sparring partner bagi pemerintah. “Sejak tahun 1980 saat ikut pergerakan mahasiswa saat itu. Memang ada sumbatan-sumbatan dikira pemerintah sangat takut kalau ada mahasiswa yang kritis. Padahal menurut saya nggak,” terang Menristekdikti.
Dialog ini juga merupakan upaya mencari formula bagaimana mencegah masuknya paham radikalisme di perguruan tinggi. Menristekdikti berharap agar semua komponen bangsa menjaga pilar kebangsaan dan meningkatkan daya saing bangsa.
“Jangan sampai nasionalisme sangat kuat tapi daya saing lemah. Daya saing harus ditingkatkan terus tetapi nasionalisme harus kita miliki,” pungkasnya.