Menristek/Kepala BRIN Serahkan 1.241 Sertifikat Akreditasi Jurnal

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek/BRIN) menyerahkan Sertifikat Akreditasi Jurnal kepada 1.241 jurnal yang diwakili oleh 500 peserta dari berbagai institusi dari Aceh sampai Papua. Penyerahan sertifikat akreditasi jurnal sebagai bentuk apresiasi terhadap pengelola jurnal yang telah berhasil meningkatkan kualitas pengelolaan jurnal sesuai standar akreditasi yang ditetapkan.

Jurnal yang telah terakreditasi meliputi: kelompok peringkat 1 sebanyak 57 jurnal; kelompok peringkat 2 sebanyak 724 jurnal; kelompok peringkat 3 sebanyak 758 jurnal; kelompok peringkat 4 sebanyak 1101 Jurnal; kelompak peringkat 5 sebanyak 710 Jurnal; dan kelompok peringkat 6 sebanyak 113 jurnal. Jurnal tersebut sudah masuk terindeks di Science and Technology Index (Sinta) berdasarkan hasil verifikasi, akreditasi dan evaluasi.

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan publikasi ilmiah saat ini memegang peranan sangat penting sebagai bukti pertanggungjawaban ilmiah dan media komunikasi hasil penelitian sehingga dapat dikenal luas secara global. Jurnal ilmiah juga merupakan wahana publikasi ilmiah agar karya ilmiah dapat diakui keberadaan dan dampaknya.

“Publikasi di jurnal ilmiah saat ini menjadi suatu kewajiban bagi pejabat fungsional dosen, peneliti, perekayasa, serta fungsional lainnya sebagai persyaratan kenaikan dan mempertahankan jenjang jabatan serta mahasiswa sebagai persyaratan kelulusan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan jurnal terakreditasi dan terindeks di pengindeks bereputasi internasional,” ujar Bambang dalam acara Koordinasi Nasional Pengelolaan dan Penyerahan Sertifikat Akreditasi Jurnal di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (25/11/2019).

Menristek/Kepala BRIN pun mengapresiasi capaian dari kinerja Kemenristekdikti sebelumnya yang sudah berhasil membawa publikasi dan paten Indonesia sehingga tertinggi di ASEAN. Hingga 18 November 2019, publikasi ilmiah Indonesia tahun 2018 berdasarkan data Scopus sebanyak 33.953, menduduki posisi pertama diikuti Malaysia dengan 33.253 publikasi. Namun pada 2019, Indonesia sementara di peringkat kedua dengan 28.374 publikasi di bawah Malaysia di angka 28.404 publikasi.

Saat ini, jurnal terakreditasi nasional yang dibutuhkan sebanyak 8.500 jurnal. Dalam kurun satu tahun, akreditasi jurnal telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari sisi kuantitas. Sampai 17 November 2019, jurnal yang telah terakreditasi sebanyak 3.463, dari sekitar 2.218 jurnal terakreditasi di akhir tahun 2018.

Bambang Brodjonegoro mengatakan salah satu permasalahan yang masih dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan jumlah dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan. Kurang dikenalnya penelitian anak negeri di tingkat global antara lain diakibatkan rendahnya publikasi global para peneliti tersebut.

Untuk meningkatkan peringkat akreditasi jurnal ilmiah, lanjutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengelola jurnal antara lain pengajuan baru ataupun yang sudah lama harus memenuhi persyaratan administrasi, terbitan harus bersifat ilmiah telah terdaftar dari DOI (Digital Object Identifier). Selain itu juga, harus diperhatikan dan diperbaiki kualitas mitra bestari yang ada, serta dewan penyunting jurnal harus memiliki kualifikasi bidang keilmuan yang mumpuni.

Dari substansi artikel di dalam jurnal harus mencakup kepioniran ilmiah dan orisinalitas karya, dampak ilmiah dari artikel, cakupan keilmuan, derajat kemutakhiran pustaka acuan, dan juga makna sumbangan bagi kemajuan ilmuwan. Selain itu perlu dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan jurnal melalui self assessment jurnal tersebut secara mandiri, sehingga mutu jurnal dari waktu ke waktu semakin baik.

Jurnal ilmiah dengan isi artikel sebaik apapun, terangnya, jika tidak disebarkan secara masif, maka tidak dapat disebut sebagai media komunikasi. Bambang juga menekankan agar artikel dalam jurnal ilmiah tidak boleh hasil plagiat.

“Kami berharap agar akreditasi jurnal dapat memotivasi para pengelola jurnal peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi berkualitas dan perlahan dapat menghilangkan ketergantungan penggunaan sistem pengindeks publikasi dari luar negeri. Publikasi ilmiah diharapkan sebagai titik awal dari inovasi hasil riset yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga dapat berdaya saing produk inovasi bisa bersaing secara global,” tuturnya..

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati menjelaskan bahwa secara kuantitas jurnal terakreditasi meningkat, namun secara kualitas masih banyak yang di posisi peringkat 3 sampai 6, oleh karena itu tahun 2020 selain kuantitas, kualitas akan terus tingkatkan.

Untuk itu, pada 2019 Ristek/BRIN mengalokasikan Rp 800 juta untuk 16 jurnal yang masuk peringkat 1 masing-masing diberikan insentif sebesar Rp. 50 juta. Serta alokasi Rp. 2,94 miliar untuk 196 jurnal yang masuk peringkat 2, masing-masing jurnal mendapatkan Rp. 15 juta.

Selain penyerahan sertifikat akreditasi jurnal, dilaksanakan juga peluncuran Sinta dan Arjuna Go Mobile, sebagai aplikasi yang terus memudahkan penggunaan Sinta dan pengajuan akreditasi jurnal. Serta, penandatanganan MoU antara Kemenristek/BRIN dan LPDP Kementerian Keuangan terkait dengan Program Pendanaan Penelitian dan Interoperabilitas Data. Dalam MoU tersebut Kemenristek dan LPDP sepakat mengintegrasikan data bersama dalam proses seleksi pendanaan riset sehingga dapat dilakukan multi sumber pendanaan untuk satu program riset agar tercapai tujuan yang diharapkan, serta bukan duplikasi pendanaan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author