Lapan Gelar Konferensi Multi GNSS Asia

alt

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Di era teknologi maju sekarang ini sistem satelit navigasi atau GNSS (Global Navigation Satellite System) sudah digunakan di berbagai bidang. Navigasi berbasis satelit digunakan secara luas untuk keperluan pemetaan dan survei pemantauan lingkungan, manajemen sumber daya alam dan pertanian, tanggap darurat, peringatan dini, penerbangan, maritim, serta transportasi. 
 
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan Indonesia memulai teknologi antariksa mulai 1976 ketika memutuskan menggunakan satelit Palapa untuk komunikasi. Saat itu, Indonesia menjadi negara ketiga setelah Amerika dan Kanada. Teknologi satelit untuk penginderaan jauh dimulai oleh Lapan sekitar 1970an dan 1980an. 
 
“Sesudah itu penggunaan satelit bukan hanya untuk komunikasi dan broadcasting serta penginderaan jauh, tetapi merambah ke navigasi dan penentuan posisi,” kata  Thomas di sela acara The 9th Multi-GNSS Asia (MGA) Conference di Jakarta, Senin (9/10/2017).
 
Konferensi dengan tema “Next Generation Multi-GNSS Resilient Solutions for Sustainable Development” ini diselenggarakan oleh Lapan bekerjasama dengan BELS (Building European Links towards South East Asia), GNSS Asia, JAXA (Japan Space Exploration Agency), dan QZSS (Quasi Zenith Satellite System) Services. 
 
“Konferensi ini dimaksudkan untuk mengkolaborasikan antara aspek riset dari kalangan akademia, lembaga-lembaga riset, kalangan bisnis dan industri yang terkait dengan penggunaan GNSS,” lanjutnya.
 
Untuk negara-negara berkembang aplikasi GNSS ini menawarkan cara yang lebih murah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Yang paling menjanjikan adalah aplikasinya untuk penentuan posisi berbasis satelit, navigasi, penentuan waktu, dan banyak aplikasi yang potensial di masa datang. 
 
Sementara dalam bidang riset, GNSS ini terkait erat dengan penelitian perubahan iklim dan cuaca antariksa, khususnya lapisan ionosfer. 
 
Menurut Thomas, wilayah Asia dan Oceania merupakan wilayah dengan pertumbuhan penggunaan navigasi dengan satelit yang sangat cepat. Sehingga pemahaman penggunaan satelit untuk penentuan posisi, navigasi perlu ditingkatkan. Multi GNSS Asia (MGA) merupakan organisasi yang bertujuan meningkatkan penggunaan aplikasi teknologi GNSS di wilayah Asia dan Oceania. 
 
Kegiatan yang dilakukan antara lain mempromosikan penggunaan multi GNSS dan aplikasinya, mendorong penggunaan satellite positioning, layanan navigasi dan waktu dengan mengintegrasikan layanan GNSS dengan infrastuktur yang digunakan. MGA juga mendorong penyedia layanan GNSS dan komunitas pengguna untuk mengembangkan aplikasi baru melalui kerja sama internasional. 
 
Thomas menjelaskan, GNSS merupakan sebuah sistem dari berbagai sistem satelit navigasi. Di Indonesia yang umum dipakai baru GPS, satelit buatan Amerika Serikat. Sedangkan sistem GNSS dilayani oleh GPS (Amerika Serikat), Glonas (Rusia), Galileo (Eropa), Beidou (Republik Rakyat Tiongkok), QZSS (Jepang), dan IRNSS (India).
 
“Posisi Lapan terkait bagaimana pemanfaatan satelit untuk aspek umum termasuk juga aspek mempelajari media di antara satelit dan bumi. Serta kemungkinan pengembangan dari satelit ini untuk penentuan posisi yang lebih luas,” terang Thomas.
 
Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Hasanuddin Z. Abidin mengatakan secara ilmiah GPS hanya satu sistem dari GNSS.  Keuntungan menggunakan lebih banyak sistem antara lain lebih akurat dan lebih realibel. Pemanfaatan GNSS di BIG terfokus untuk untuk pembuatan peta dan one map policy.
 
Menurut Hasanuddin, penggunaan GPS di telepon genggam sudah cukup untuk kehidupan sehari-hari. “Tetapi untuk penelitian dan mitigasi bencana dan lain-lain tidak cukup. Kalau kita menggunakan sekaligus banyak satelit ketelitiannya semakin teliti,” terangnya.
 
Konferensi yang berlangsung pada 9-11 Oktober 2017 ini diikuti oleh para pakar, praktisi, dan industri GNSS di Indonesia, serta negara-negara di wilayah Asia dan Eropa. Kegiatan ini memberi peluang bagi generasi muda yang menekuni dan mempunyai minat untuk meningkatkan pengetahuan tentang aplikasi GNSS serta memahami pengaruh cuaca antariksa pada GNSS. 
 
Konferensi MGA diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dasar para pengguna multi GNSS pada aspek-aspek cuaca antariksa dan aplikasi GNSS pada sektor industri strategis. Hal tersebut untuk mendukung program pemerintah guna mengoptimalkan performanya. Sehingga memberikan kontribusi positif terhadap institusi dan masyarakat pada umumnya. 
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author