Jakarta, Technology-Indonesia.com – Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti menginisiasi Klaster Inovasi (Klasinov) Nilam Aceh di Kabupaten Aceh Jaya pada 2017 untuk mendorong peningkatan ekonomi sebuah kawasan tersebut. Kaster Inovasi akan mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan kerjasama dalam berbagai aspek industri dan kewilayahan.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengatakan klaster inovasi merupakan upaya mendorong potensi-potensi unggulan daerah menjadi suatu sumber unggulan ekonomi dengan meningkatkan nilai tambah melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi.
“Klaster Inovasi Nilam Aceh merupakan sebuah model pendekatan untuk peningkatan ekonomi rakyat, mendorong kolaborasi dan sinergi pelaku inovasi khususnya untuk industri nilam di Aceh,” ungkap Jumain di sela-sela Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Klaster Inovasi Nilam Aceh di Jakarta, Senin (10/9/2018).
Untuk itu, Kemenristekdikti mendukung perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk bersinergi membangun kembali kejayaan Nilam Aceh. Perguruan Tinggi dapat berperan sebagai pusat keunggulan (center of excellent) dalam menghasilkan teknologi yang diperlukan oleh masyarakat.

“Dunia usaha yaitu industri-industri yang selama ini sudah bergerak di sektor itu, tetapi belum mampu mengangkat nilai tambah dari produk Nilam Aceh, kita ajak bekerja sama dengan perguruan tinggi melalui penelitian dan pengembangan untuk memanfaatkan hasil-hasil teknologi agar meningkatkan nilai tambah dari produk unggulan tersebut,” tambahnya.
Karena nilam merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, Jumain berharap, pemerintah daerah memberi perhatian yang besar melalui berbagai fasilitas dan insentif-insentif yang diperlukan industri untuk mengembangkan produk nilam ini.
“Karena ini berbasis masyarakat, kita juga perlu mendorong agar masyarakat ikut serta untuk melaksanakan kegiatan ini. Ke depan diharapkan nilam menjadi sumber pendapatan utama di masyarakat di Aceh Jaya, sebab 70% masyarakat di sana bertani nilam,” ungkapnya.
Klasinov Nilam, selain telah menghasilkan Masterplan Pengembangan Nilam Aceh untuk lima tahun mendatang, beberapa kesepakatan antar pemangku kepentingan (stake holders) telah dihasilkan. Pengembangan Klasinov Nilam Aceh melibatkan Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Bappeda Aceh, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Jaya dan Bank Indonesia. Kalsinov Nilam juga didukung dunia usaha seperti PT. Haldin Pasifik Sementa, PT. General Aromatik dan Koperasi Industri Nilam Aceh (KINA) serta Forum Nilam Aceh dan Dewan Atsiri Aceh mewakili komunitas masyarakat.
Kepala ARC Unsyiah, Syaifullah Muhammad mengatakan, sejauh ini telah banyak program awal yang dilaksanakan terkait Klasinov Nilam Aceh. Misalnya, Pemkab Aceh Jaya telah menetapkan 2 hektar lahan di Desa Seuneubok Padang, Kecamatan Teunom Aceh Jaya melalui Surat Keputusan Bupati sebagai pusat Klasinov Nilam Aceh. Dinas Perindustrian Aceh sedang menyusun Masterplan, DED (Detail Engingeering Design) dan dokumen studi lingkungan melalui anggaran 2018. Selanjutnya Bappeda Aceh telah menghasilkan dokumen Rencana Aksi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Industri Nilam dan Roadmap Atsiri Aceh 2017-2027.
ARC Unsyiah dengan dukungan Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti telah membantu pengembangan Ketel Inovasi penyulingan nilam, pengembangan produk turunan dan pembuatan Demplot (lahan percontohan) untuk nilam di Aceh Jaya.
“Berbagai program Kalster Inovasi Nilam dari hulu ke hilir untuk mengangkat perekonomian rakyat harus terus ditingkatkan. Semua pihak harus bekerja sama dan berkontribusi, karena nilam merupakan produk ekspor strategis untuk Indonesia“ ujar Syaifullah.
Sementara itu Bupati Aceh Jaya, Teuku Irfan TB berharap agar petani dapat dibantu melalui teknologi penanaman, penyulingan dan kepastian pasar untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas minyak nilam rakyat.
“Penyakit pada tanaman nilam dan teknik penyulingan dengan kualitas rendah merupakan hambatan serius bagi masyarakat. Selain itu masyarakat juga perlu kepastian dan kestabilan harga” pungkasnya.