Rejected Brine, Solusi Produksi Garam Tanpa Lahan

TechnologyIndonesia.id – Indonesia membutuhkan setidaknya 2,4 juta ton garam tiap tahunnya untuk mencukupi kebutuhan nasional. Untuk mencukupinya Indonesia hingga saat ini masih melakukan impor garam.

Periset Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ali Nurdin mengatakan bahwa setidaknya dibutuhkan lahan baru hingga 40 ribu hektare jika ingin mencukupi kebutuhan tersebut.

“Salah satu terobosan yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan rejected brine atau air buangan dari proses desalinasi air laut di pembangkit listrik tenaga uap yang memiliki kadar garam tinggi,” sebut Ali Nurdin saat mengisi acara bertajuk Teknologi Garam Industri Terintegrasi dalam rangkaian Inari Expo 2024.

Rejected brine dihasilkan melalui berbagai proses desalinasi yang menentukan karakteristik brine water yang dihasilkan melalui teknologi reverse osmosis (RO) dan multi-stage flash (MSF).

Rejected brine berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku industri garam karena memiliki kandungan garam dan mineral yang tinggi.

Ali menyoroti potensi besar rejected brine sebagai sumber garam tanpa lahan. “Dari PLTU di Pulau Jawa saja setidaknya kita bisa memperoleh 1,8 juta ton garam dari rejected brine yang ada,” pungkasnya.

Ali turut mencontohkan berbagai manfaat industri yang akan menerima manfaat dari pengolahan rejected brine ini. Di antaranya Indonesia Power yang dapat memperoleh bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan air, sehingga dapat menghasilkan air bersih sebagai produk sampingannya.

Sementara itu perusahaan terkait garam juga bisa memperoleh bahan baku garam industri Chlor Alkali Plant (CAP) yang selama ini impor sehingga bisa mengurangi biaya dan waktu pengiriman.

“Tidak hanya itu, bagi PDAM berpotensi sebagai usaha baru yaitu produksi garam dan sumber air bersih. Masyarakat juga akan diuntungkan dengan suplai air bersih terutama di daerah pesisir yang dekat dengan PLTU dan bahkan adanya potensi pembukaan lapangan pekerjaan baru sebagai turunan dari pabrik garam PLTU ini,” tutup Ali. (Sumber brin.go.id, ilustrasi pixabay.com/@mkupiec7)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author