Indonesia Usulkan Tiga Cagar Biosfer Baru di Sidang ke-30 UNESCO

Jakarta-Technology-Indonesia.com – Indonesia mengusulkan tiga cagar biosfer baru dalam Sidang 30th Session of the International Co-ordinating Council (ICC) of the Man and the Biosphere Programme (MAB)-UNESCO di Palembang, Sumatera Selatan pada 23-28 Juli 2018. Ketiga cagar biosfer itu adalah Berbak Sembilang (Sumatera Selatan-Jambi), Betung Kerihun Danau Sentarum, Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), dan Rinjani Lombok (Nusa Tenggara Barat).

Pertemuan 30th Session of the ICC of the MAB-UNESCO merupakan pertemuan kategori 2 antar negara anggota UNESCO dalam program MAB, yang setiap tahunnya dilaksanakan di Markas Besar UNESCO di Paris. Sidang tahunan Program MAB-UNESCO ini akan membahas pengelolaan cagar biosfer sebagai wahana pembangunan berkelanjutan.

Untuk persiapan sidang tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan Launching 30th Session of the ICC of the MAB-UNESCO di LIPI Pusat, Jakarta (14/5/2018). LIPI merupakan lembaga yang ditunjuk sebagai national focal point untuk memberikan masukan ilmiah terkait terlaksananya keseimbangan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam.

Enny Sudarmonowati, Ketua Komite Nasional MAB UNESCO yang juga Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, menuturkan Indonesia menjadi negara kelima di luar Paris, Perancis yang menjadi tuan rumah sidang ICC MAB UNESCO. Sebelumnya, penyelenggaraan pertemuan di negara di luar Perancis pernah dilakukan di Jeju (Korea Selatan), Dresden (Jerman), Jönköping (Swedia), dan Lima (Peru).

Sebagai tuan rumah, Indonesia perlu mengambil peran dengan mengusulkan Palembang Recommendation untuk disetujui di sidang dan diacu dunia. Rekomendasi tersebut terkait dengan salah satu nominasi cagar biosfer baru Indonesia, yakni Berbak Sembilang. Untuk itu, pemerintah memilih Palembang tuan rumah penyelenggaraan, selain juga karena komitmen pemerintah daerah setempat yang baik dalam cagar biosfer.

Enny menjelaskan, fokus utama Pertemuan ke-30 ICC MAB UNESCO ini untuk membahas dan mengembangkan sistem pengelolaan cagar biosfer yang efektif dan efisien dalam kerangka program MAB sebagai wahana implementasi dan terwujudnya pembangunan berkelanjutan.

Jumlah cagar biosfer dunia saat ini sebanyak 669 yang tersebar di 120 negara. Indonesia saat ini memiliki 11 cagar biosfer dan sedang mengusulkan nominasi tiga cagar biosfer baru. Enny berharap ketiganya dapat disetujui dan ditetapkan UNESCO saat sidang ke-30 di Indonesia.

Enny menyebutkan, sidang ICC MAB UNESCO juga memberi kesempatan bagi Indonesia untuk membuktikan adanya pengakuan dan peran Indonesia sebagai negara kaya sumber daya alam hayati di dunia. Utamanya dalam mengembangkan cagar biosfer sebagai wahana penerapan pembangunan berkelanjutan dengan tetap melestarikan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan iptek.

“Momen ini juga menjadi ajang promosi keunggulan Indonesia dalam pengembangan cagar biosfer untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan kelestarian sumber daya hayati dan ekosistemnya, yang berbasis multipihak dan lintas sektoral,” tutup Enny.

Dalam kesempatan tersebut Arief Rachman, Ketua Harian Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) mengatakan sidang ini sangat penting karena keadaan alam dan sikap manusia perlu ada pengendalian dan manajemen untuk menyelamatkan planet ini.

“Untuk itu kita harus bekerja sama antara ilmuwan dan ilmunya, program, serta lembaga-lembaga yang menjalankan program tersebut. Akan dilihat kemampuan manusia secara ilmiah apakah dia bertanggung jawab atau tidak memanfaatkan alam dari kehidupan yang juga bertanggung jawab untuk masa depan,” tuturnya.

Menurut Arief Rachman, dalam kehidupan sekarang ini ada beberapa hal yang sangat mendesak yaitu perubahan iklim serta kebudayaan yang berhubungan dengan alam namun tidak memperhatikan agar alam dipelihara untuk generasi yang akan datang.

“Bagaimana caranya kita membatasi industrialisasi, menghadapi urbanisasi dan semua kegiatan yang akan merusak alam sehingga nanti kita jangan sampai tergolong orang-orang yang tidak menyediakan alam ini untuk generasi yang akan datang,” pungkasnya.

Dalam peluncuran kali ini diisi talkshow dengan narasumber Enny Sudarmonowati; Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK); dan Direktur UNESCO Kantor Jakarta. Talkshow dimoderatori oleh Michelle Victoria Alriani, Miss Earth Indonesia 2017.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author