TechnologyIndonesia.id – Majelis Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengukuhkan lima profesor riset baru. Pengukuhan dan orasi ilmiah ini merupakan upaya BRIN dalam menciptakan Sumber Daya Unggul (SDM) unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Mereka merupakan peneliti ahli utama dengan berbagai bidang kepakaran, mulai dari nanoteknologi, bioteknologi pakan ternak, aplikasi material magnetik, teknologi dan aplikasi akselerator, sampai metalurgi.
Lima periset bakal memberikan orasi ilmiah dalam sidang terbuka pengukuhan profesor riset dengan bidang disiplin ilmu masing-masing. Prosesi Sidang Terbuka Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Profesor Riset dilaksanakan di Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie, Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Kelima periset tersebut ialah Siti Nurul Aisyiyah (Pusat Riset Kimia), Roni Ridwan (Pusat Riset Zoologi Terapan), Novrita Idayanti (Pusat Riset Elektronika), Imam Kambali (Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia), Gadang Prioyotomo (Pusat Riset Metalurgi).
Dalam orasi berjudul “Nanoteknologi dan Modifikasi Kimia Silika sebagai Solusi untuk Material Biosensor yang Berkelanjutan”, Siti Nurul Aisyiyah menegaskan potensi besar nanomaterial berbasis silika untuk menciptakan platform biosensor yang lebih sensitif, selektif, dan ramah lingkungan.
Ia memanfaatkan endapan geothermal sebagai sumber nanosilika—sebuah pendekatan inovatif yang tidak hanya menekan limbah industri panas bumi, tetapi juga menghasilkan material baru yang fungsional dan murah.
Material ini bahkan telah diaplikasikan pada biosensor optik, bioimaging, hingga deteksi sidik jari laten. “Nanoteknologi silika geothermal memberi nilai tambah pada limbah industri sekaligus mendukung prinsip ekonomi sirkular,” ungkap Aisyiyah.
Profesor riset kedua, Roni Ridwan, mengusung orasi ilmiah berjudul “Mitigasi Metan Enterik pada Ruminansia untuk Mewujudkan Peternakan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan”. Ia menyoroti tingginya emisi gas metan dari ternak ruminansia yang bukan hanya menurunkan efisiensi pakan, tetapi juga berkontribusi terhadap pemanasan global.
Roni menawarkan strategi bioteknologi pakan, mulai dari pemanfaatan leguminosa kaya tanin hingga probiotik yang terbukti mampu menekan produksi gas metan di dalam rumen. “Pendekatan pakan presisi berbasis multi-omik bukan hanya meningkatkan produktivitas ternak, tetapi juga mengurangi emisi gas rumah kaca, sejalan dengan target SDGs,” jelasnya.
Sementara itu, Novrita Idayanti menyoroti pentingnya kemandirian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan komponen magnet dengan orasi berjudul “Inovasi Komponen Magnet Berbasis Bahan Lokal untuk Mendukung Kemandirian Industri Elektronika Nasional”.
Menurutnya, meskipun permintaan magnet di industri otomotif, elektronika, hingga energi terus meningkat, Indonesia masih bergantung penuh pada impor. Penelitian panjang sejak era LIPI hingga kini di BRIN telah menghasilkan berbagai inovasi magnet, dari barium/stronsium ferit hingga nanokomposit dan ferofluida.
“Dengan pemanfaatan bahan baku lokal seperti pasir besi dan limbah industri, kita bisa mengurangi ketergantungan impor dan memperkuat daya saing elektronika nasional,” ujar Novrita.
Di bidang teknologi nuklir, Imam Kambali memaparkan prospek pengembangan radionuklida medis berbasis siklotron dalam orasinya “Prospektif Teknologi Produksi Radionuklida Medis Berbasis Siklotron Menuju Visi Indonesia Emas 2045”.
Radionuklida medis berperan besar dalam diagnosis dan terapi kanker serta penyakit degeneratif. Menurut Imam, kemandirian produksi dalam negeri akan mengurangi ketergantungan pada impor, memperkuat industri farmasi nuklir, dan memperluas akses layanan kesehatan hingga daerah terpencil.
“Dengan kolaborasi lintas sektor, radionuklida medis akan menjadi metode primer deteksi penyakit, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi tinggi,” katanya.
Profesor riset terakhir, Gadang Priyotomo, menegaskan urgensi teknologi ramah lingkungan untuk mitigasi korosi dengan orasi “Teknologi Mitigasi Korosi Ramah Lingkungan untuk Konservasi Struktur Rawan Korosi”.
Ia mengembangkan cat antifouling berbasis nanoteknologi cerium oksida sebagai pengganti biosida tembaga yang berbahaya bagi lingkungan, serta inhibitor korosi berbahan hayati dari tanaman lokal.
“Eksplorasi sumber daya alam tanah air sangat menjanjikan untuk menciptakan teknologi hijau yang memperpanjang umur infrastruktur sekaligus mengurangi dampak lingkungan,” jelas Gadang.
Pengukuhan kelima profesor riset ini menegaskan peran BRIN dalam memperkuat kemandirian teknologi, untuk menjawab tantangan global mulai dari kesehatan, pangan, energi, hingga lingkungan. Dengan orasi-orasi ilmiah yang disampaikan, para profesor riset baru ini diharapkan dapat menjadi lokomotif bagi terobosan ilmu pengetahuan Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.
Ciptakan SDM Unggul, BRIN Kukuhkan Lima Profesor Riset Baru
