Beasiswa Bidikmisi Bisa Memutus Rantai Kemiskinan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong pemuda dan pemudi Indonesia dari keluarga kurang mampu, untuk berkuliah melalui program beasiswa Bidikmisi. Menristekdikti menyatakan program beasiswa ini dipastikan dapat memutus rantai kemiskinan di keluarga mereka serta mengurangi angka pengangguran di masa depan.

Menurut Menristekdikti, jika seseorang semakin pintar, pasti dia akan mampu menggerakkan ekonomi. Economic capacity and analysis-nya akan lebih baik. Sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pendidikan lebih baik akan menerima tantangan global dan beradaptasi dengan lebih mudah.

“Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang semakin tinggi, akan dipastikan mampu berinovasi lebih baik,” ungkap Menristekdikti dihadapan media setelah memberikan kuliah umum “Peningkatan Softskill Mahasiswa Program Bidikmisi dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0″ di Universitas Jember (UNEJ) pada Minggu (7/4/2019).

Saat ini, terangnya, pemerintah sudah meningkatkan jumlah beasiswa Bidikmisi untuk mahasiswa dan mahasiswi baru dari 90 ribu pada 2018, menjadi 130 ribu mahasiswa dan mahasiswi baru pada 2019. Menteri Nasir menyatakan pemerintah puas dengan kinerja akademik dari para mahasiswa dan mahasiswi Bidikmisi dan juga pencapaian profesional para lulusan Bidikmisi yang banyak menjadi orang sukses.

“Yang gagal (lulus) hanya 1 persen dari program Bidikmisi. Sembilan puluh sembilan persennya berhasil lulus. Sebagai contoh di Universitas Jember ada anak Bidikmisi yang IPK-nya 3,95. Anak Teknik Sipil yang IPK-nya 3,98. Hal ini tidak mudah, untuk mendapatkan IPK di atas 3.0. Di rumpun sosial ada IPK 4.0,” ungkap Menristekdikti.

Kunci keberhasilan mahasiswa dan mahasiswi Bidikmisi, tutur Menristekdikti, terletak pada daya tahan mereka dalam menghadapi tantangan di perguruan tinggi dan dunia kerja.

“Mahasiswa mahasiswi Bidikmisi itu memang berasal dari keluarga kurang mampu, tapi negara selalu hadir untuk mereka, sehingga mereka seperti mendapatkan angin segar dan percaya diri, melalui program beasiswa Bidikmisi. Dengan adanya program beasiswa ini, daya tahan mereka sangat tinggi. Walaupun mereka biasa hidup kurang mampu, tetapi hal ini memberikan nilai positif karena otomatis membangun karakter daya juang yang tangguh dan keras. Sehingga jika mendapatkan umpan sedikit, mereka bisa berlari dengan cepat,” ungkapnya.

Menristekdikti menyatakan, pemerintah telah mengalokasikan program beasiswa Bidikmisi bagi mahasiswa dan mahasiswi yang kurang mampu, untuk menekan angka kemiskinan dan angka pengangguran di Indonesia, terutama dalam empat tahun terakhir.

“Jangan sampai pada saat Indonesia mendapat bonus demografi, sumber daya manusia (SDM)-nya tidak berkualitas, karena jika hal itu terjadi malah akan menjadi malapetaka di Indonesia. Bukan kemiskinan semakin mengecil, tapi akan melebar. Karena itu negara selalu hadir, melalui pemberian program beasiswa,” ungkapnya

Dalam kuliah umum tersebut, Menristekdikti memberikan saran kepada sekitar 500 mahasiswa dan mahasiswi Bidikmisi dari Universitas Jember dan Politeknik Negeri Jember.

“Kalau Anda ingin sukses, ada kunci yang Anda perlu pahami, yaitu pintar, kendel, dan benar. Anak Bidikmisi biasanya sudah pintar, tapi kendel-nya harus ditambah. Kendel itu bahasa Indonesianya berani. Pintar tapi tidak kendel, bisa jadi pengangguran. Kendel tapi tidak pintar, jadi ngawur. Jangan sampai seperti itu ya. Kita juga harus selalu benar,” kata Menteri Nasir.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author