Rekomendasi WNPG XI untuk Grand Design Nasional Penelitian Pencegahan Stunting

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI yang merupakan forum lintas pemangku kepentingan telah sukses diselenggarakan pada 3-4 Juli 2018. WNPG XI berhasil mengumpulkan rekomendasi pencegahan stunting (kekerdilan) dari 1.085 peserta dan 130 lembaga.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Tri Nuke Pudjiastuti mengungkapkan WNPG XI yang mengangkat tema “Percepatan Penurunan Stunting Melalui Revitalisasi Ketahanan Pangan dan Gizi untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” memberikan rekomendasi empat aspek pencegahan stunting. Empat aspek tersebut yaitu regulasi dan kebijakan, program monitoring dan evaluasi, kelembagaan dan koordinasi, dan pemberdayaan masyarakat.

“Selain empat aspek pokok, aspek riset juga sangat diperlukan untuk memperkuat kebijakan, program serta strategi pencegahan stunting sehingga rumusan WNPG dapat diterapkan oleh banyak pihak,” ungkap Tri Nuke dalam Workshop “Grand Design Nasional Penelitian untuk Pencegahan Stunting” pada Selasa (30/10/2018) di Jakarta.

Ketua Tim Ilmiah WNPG IX ini menjelaskan, salah satu rekomendasi penting adalah upaya pencegahan stunting harus menjadi Key Performance Indicator dari kementerian dan lembaga. Saat ini pencegahan stunting hanya menjadi indikator utama kinerja Kementerian Kesehatan.

“Ketika itu tidak menjadi Key Performance Indicator atau indikator utama kinerja, penurunan stunting maka tidak akan diutamakan,” lanjutnya.

Karena itu, untuk menciptakan sinergi pencegahan stunting, grand design ini diselaraskan dengan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045 yang disusun Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). “Hal ini menjadi kekuatan nasional dalam upaya mendorong kebijakan yang telah digariskan dalam penurunan prevalensi dan pencegahan stunting di Indonesia,” ungkapnya.

Nuke mengatakan, RIRN 2017-2045 berupaya menyelaraskan kebutuhan riset jangka panjang dengan arah pembangunan nasional terkait ilmu pengetahuan dan teknologi. “RIRN dirancang melalui pendekatan holistik yang mensinergikan kegiatan riset secara lintas institusi, lintas ranah dan berdasarkan fokus riset,” jelasnya.

Menurut Nuke, pendekatan fokus riset dilakukan melalui pendekatan top down dan bottom up. “Pendekatan top down dilakukan dengan cara menetapkan prioritas berdasarkan kebutuhan makro dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan. Sementara pendekatan bottom up dilakukan dengan melihat potensi kekuatan sumber daya yang ada,” ungkapnya.

Dalam upaya pencegahan stunting, perlu dilakukan pemetaan stunting di Indonesia terkait dengan lokalitas, kontaminan, mutu pangan, perilaku, lingkungan dan lain-lain. Penanganan masalah stunting, menurut Nuke tidak bisa digeneralisasi. Penyebab stunting di setiap daerah berbeda-beda sehingga memerlukan solusi penanganan yang berbeda pula.

“Sebagai contoh, di Klaten persoalannya bagaimana asupan gizi, maka bidan dan ibu-ibu di posyandu berupaya untuk menyediakan asupan gizi yang baik. Sementara di Kepulauan Seribu karena persoalan air bersih dan ketersediaan makanan,” ucapnya.

Sementara untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat diperlukan penelitian formatif yang disesuaikan dengan konteks lokal sebagai bahan data dasar dalam penyusunan strategi komunikasi perubahan perilaku. Penelitian formatif ini disesuaikan dengan perilaku hidup sehat menurut usia (terutama generasi milenial) termasuk dalam penggunan gawai dan media sosial.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author