Dukung Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Menular, BRIN Punya Laboratorium BSL3 dan ABSL3

TechnologyIndonesia.id – Fasilitas Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL2), Biosafety Level 3 (BSL3) dan Animal Biosafety Level 3 (ABSL3) yang dimiliki Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan fasilitas penting dalam manajemen biosafety dan biorisiko. Tiga fasilitas ini telah mematuhi standar dalam peralatan maupun protokol kerja untuk mencegah penyebaran penyakit berbahaya.

Khususnya BSL3 dan ABSL3, sangat penting dalam mengidentifikasi dan mengembangkan pencegahan dan pengobatan penyakit menular. Fasilitas ini berada di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong.

Melalui Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi (DIRI), BRIN bekerja sama dengan EU CBRN yang memiliki program capacity building, memfasilitasi penyelenggaraan Workshop Training ABSL 3: Train the Trainer in Working Safely with High Consequence Pathogen in Animal Biosafety Level 3 Laboratory, di KST Soekarno, Senin (26/2/2024).

Silva Abraham dari Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Kawasan Sains dan Teknologi BRIN menjelaskan, workshop ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para personal yang terlibat dalam fasilitas laboratorium tentang pentingnya manajemen biosafety dan biorisiko.

Salah satu agenda dari EU CBRN adalah melakukan capacity building untuk meningkatkan pemahaman negara-negara ASEAN akan pentingnya manajemen biosafety dan biorisiko, terutama mengantisipasi outbreak seperti saat pandemi lalu.

“Karena BRIN telah memiliki fasilitas BSL3 dan ABSL3 yang merupakan fasilitas penting dalam manajemen biosafety dan biorisiko, maka mereka memfasilitasi kita dalam hal meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para personil yang terlibat dalam fasilitas tersebut,” ungkap Silva.

International Training Manager – Lab.  Capacity Building (UKHSA) Key Expert on Project U8, Prof. Christopher H. Logue menyampaikan, workshop terdiri dari dua bagian. Pertama, pihaknya bertemu dan berdiskusi dengan para ahli atau periset BRIN.

“Salah satu anggota tim kami terkesan dengan fasilitas BSL3 yang dimiliki BRIN,” tuturnya.

“Diskusi mengenai dukungan yang akan diberikan dan perkembangan terbaru perlu dikerjasamakan. Di samping itu, fasilitas baru ini tentu ada persyaratan dan pengetahuan baru agar dapat bekerja dengan baik dan selamat,” jelasnya.

Sedangkan bagian kedua yakni training untuk para trainer widyaiswara. Yakni, bagaimana mereka memberikan pelatihan kepada peserta didik mengenai materi tentang biosecurity. Bukan saja mendatangkan ahli/ pakar dari satu lembaga saja, tapi juga dari negara lainnya yang akan menjadi fasilitator/pembicara.

Workshop untuk trainee for trainer diharapkan akan membuat personil ABSL3 menjadi trainer yang akan mengajarkan manajemen biosafety dan biorisiko kepada calon-calon trainee nantinya, baik yang berasal dari internal maupun eksternal BRIN.

Sebagai informasi, Training ABSL 3 akan berlangsung hingga Jumat (29/2/2024). Diikuti oleh 18 peserta dari BRIN yang berasal dari peneliti Pusat Riset Veteriner, Pusat Riset Rekayasa Genetika, dan Direktorat Pengelolaan Laboratorium, dan Fasilitas Riset KST.

BRIN adalah mitra utama kerja sama project EU CBRN di Indonesia. Project ini sudah cukup lama. Namun sejak pandemi Covid-19 pada 2019, jeda terlebih dahulu. Kemudian diteruskan lagi dan rencananya berakhir pada Februari 2025. (Sumber: brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author