Pengembangan Vaksin Merah Putih Percepat Penanganan Pandemi Covid-19

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pengembangan Vaksin Merah Putih tidak hanya untuk pemenuhan jangka pendek yaitu pengadaan dan penyediaan vaksin Covid-19. Namun saat ini perlu diciptakan fundamental kebijakan jangka panjang, terutama mendorong kesehatan yang berorientasi pada preventif daripada kuratif di Indonesia.

Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/ Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara kunci pada webinar bertajuk ‘Tantangan & Kebijakan Pengembangan Vaksin Merah Putih untuk Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19’ yang digelar Direktorat Inovasi dan Science Techno Park Universitas Indonesia (DISTP UI) pada Jumat (22/01).

“Kita ingin membangun momentum pengembangan vaksin di Indonesia kedepannya, dengan fokus pada pengadaan vaksin Covid-19. Pemerintah memang melakukan double track dalam hal penyediaan vaksin Covid-19 ini. Satu sisi melakukan impor atau kerja sama dengan pihak luar seperti yang sudah dilakukan dengan Sinovac dan kemudian disusul oleh lainnya. Tetapi di sisi lain juga mendorong kemandirian vaksin melalui Vaksin Merah Putih,” jelas Menristek.

Menteri Bambang menambahkan vaksin Covid-19 yang ada sekarang tidak akan menimbulkan daya tahan tubuh seumur hidup. Ada waktu dimana daya tahan tubuh yang dimunculkan dari vaksin tersebut akan berkurang atau habis. Oleh karenanya diperlukan vaksinasi kembali di kemudian hari, sehingga keberadaan Vaksin Merah Putih tidak bisa ditawar-tawar lagi.

“Artinya ini adalah suatu kebutuhan dan bukan pelengkap, bahwa sekarang kita belum terlibat pada vaksinasi tahap awal, ini lebih karena sudah ada vaksin yang telah jauh dikembangkan lebih cepat. Inilah saat yang terbaik juga untuk kita mempelajari dan update kemampuan teknologi dalam pengembangan vaksin di Indonesia. Terutama dalam platform pengembangan vaksin Covid-19, makanya saya mendorong institusi yang terlibat mengembangkan dengan platform yang berbeda,” tambahnya.

Menurut Menristek dalam jangka pendek memang lebih cepat hanya fokus pada satu platform. Namun pemerintah tidak hanya fokus pada vaksin Covid-19 saja mengingat di Indonesia sendiri masih banyak penyakit seperti malaria, demam berdarah, Hepatitis B yang juga terus membutuhkan vaksin.

“Kita juga harus berpikir ke depan, kita tidak pernah tahu pandemi jenis apa lagi yang akan datang mengganggu kehidupan manusia. Sudah saatnya kita lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan pandemi di masa depan yang belum bisa dibayangkan seperti apa, momentum kemandirian vaksin harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,” terangnya.

Ketua Tim Pengembang Vaksin Merah Putih UI Budiman Bela memaparkan bahwa saat ini UI mengembangkan penelitian terkait empat platform vaksin, yaitu Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), Ribonukleat Acid (RNA), Sub unit Rekombinan, dan Viral Like Particles (VLP).

Masing-masing jenis platform ini mempunyai kelebihan dan kekurangan serta banyak faktor yang harus dipertimbangkan ketika memilih suatu platform vaksin, yaitu tingkat perlindungan, tingkat efektifitas, keamanan, serta tingka kemudahan proses produksi (manufaktur) dan distribusinya.

“Sampai saat ini, vaksin DNA yang UI kembangkan sudah pada tahap uji coba pada hewan, dan sebentar lagi akan masuk tahap stabilitas dan efisiensi produksi. Diharapkan setelah itu, vaksin DNA ini bisa segera memasuki tahap uji pre-klinik, sedangkan platform vaksin yang lain masih pada tahap perancangan dan konstruksi,” ungkap Budiman Bela.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author