Peneliti BRIN Kembangkan Metode Skrining Kanker Serviks Berbasis AI

TechnologyIndonesia.id – Peneliti Pusat Riset Biomedis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Monica D. Hartanti mengembangkan inovasi skrining untuk meningkatkan deteksi dini kanker serviks.

Inovasi yang dikembangkan diantaranya adalah analisis VOC urine (Volatile Organic Compounds) karena urin mengandung senyawa volatil yang dapat menjadi penanda kanker serviks.

Dengan dukungan kecerdasan buatan (AI), Monica berharap metode ini dapat meningkatkan akurasi deteksi dini kanker serviks.

Selain itu, dikembangkan metode mRPA-NALFIA yang bekerja mirip tes kehamilan. Metode ini menggunakan Recombinase Polymerase Amplification (RPA) untuk memperbanyak DNA dalam satu siklus pada suhu konstan tanpa mesin PCR. Sehingga, hasil dapat diperoleh dalam waktu kurang dari lima menit melalui visualisasi strip test.

Meskipun inovasi seperti mRPA-NALFIA dan analisis VOC urine menunjukkan potensi besar, Monica mengakui tantangan tetap ada, termasuk peningkatan sensitivitas dan spesifisitas serta faktor eksternal yang memengaruhi hasil VOC.

“Dataset besar diperlukan untuk melatih AI agar lebih akurat dalam mendeteksi penanda kanker,” ungkap Monica dalam webinar bertema “Cervical Cancer Awareness Month 2025: Towards Cervical Cancer Elimination“, Selasa (21/1/2025).

Hasil awal klasifikasi machine learning dari 20 persen data menunjukkan akurasi 61 persen, dengan target peningkatan hingga 80 persen. Penelitian terus dilakukan untuk mengoptimalkan analisis dan membedakan antara subjek non-kanker dan kanker.

Langkah selanjutnya mencakup studi validasi dengan lebih banyak sampel, optimasi algoritma AI untuk analisis multi-biomarker, serta pengembangan perangkat lunak yang ramah pengguna.

“Selain itu, kolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan lokal dilakukan agar teknologi ini lebih terjangkau dan dapat diadopsi secara luas oleh masyarakat,” ujar Monica.

Setelah optimasi, sambung Monica, inovasi mRPA-NALFIA dan urine VOC analysis dengan akurasi hingga 80 persen berpotensi menjadi metode skrining yang lebih murah, cepat, dan nyaman bagi pasien.

“Meski tetap memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis pasti, teknologi ini diharapkan menjadi alternatif skrining awal yang lebih efektif serta berkontribusi pada upaya pencegahan dan deteksi dini kanker serviks di Indonesia,” harapnya.

Lebih lanjut Monica menjelaskan, kanker serviks umumnya disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18. Namun, penelitian menunjukkan bahwa HPV tipe 52 juga berperan dalam perkembangannya.

Fokus penelitian pada tiga tipe utama HPV (16, 18, dan 52) menemukan bahwa tipe 52 sering muncul, sehingga diperlukan metode deteksi yang lebih cepat dan hemat biaya dibandingkan teknik konvensional.

Menurut Monica, infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker serviks sering tidak terdeteksi sejak awal. Padahal, biaya pengobatannya sangat besar, mencapai Rp3-4 triliun pada 2019-2020.

Karena itu, skrining sebelum kanker berkembang menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan. “Sayangnya, metode skrining saat ini masih memiliki kendala seperti sensitivitas rendah, biaya tinggi, kemungkinan hasil negatif palsu, serta hambatan psikologis bagi pasien,” tutup Monica. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author