TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggandeng PT Soho Industri Pharmasi (SIP) untuk meneliti dan mengembangkan tanaman kratom (Mitragyna Speciosa) menjadi obat modern. Kratom merupakan sejenis pohon tropis yang banyak ditemukan di Kalimantan dan telah digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat setempat.
Kolaborasi ini berfokus pada potensi kratom sebagai obat pereda nyeri, langkah yang didasari oleh hasil riset BRIN sejak 2022. Kegiatan penandatanganan kerja sama dan kunjungan fasilitas pabrik ekstrak dilaksanakan di kantor PT Soho Industri Pharmasi, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta, pada Selasa (7/10/2025).
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko dalam sambutannya menekankan pentingnya pemanfaatan hasil riset sehingga bisa berdampak secara konkret bagi kemaslahatan masyarakat. Mekanisme joint development dapat dilakukan BRIN untuk mendukung mitra industri dalam penelitian dan pengembangan produk.
“BRIN sangat terbuka untuk berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) produk dengan industri, sehingga tidak perlu investasi besar di bidang itu. Hal ini kita lakukan supaya pengembangan produk berbasis riset di industri lokal kita semakin kuat,” ujarnya.
Presiden Komisaris PT Soho Industri Pharmasi, Eng Liang Tan menyatakan bahwa kolaborasi antara lembaga riset dan industri ini sangat penting untuk dapat memanfaatkan secara optimal kekayaan biodiversitas luar biasa yang dimiliki Indonesia.
“Tidak hanya pada kratom saja, banyak hal yang bisa kita lakukan bersama. Ke depannya, kami berharap dapat juga berkolaborasi dengan BRIN untuk uji praklinis dan uji klinis karena kami belum memiliki fasilitasnya,” ungkap Tan.
Kepala Pusat Riset Vaksin dan Obat BRIN, Masteria Yunovilsa Putra menjelaskan bahwa kolaborasi BRIN – PT SIP ini merupakan tindak lanjut dari arahan pemerintah yang meminta BRIN, untuk mengkaji secara mendalam baik sisi negatif maupun positif dari tanaman kratom.
“Berdasarkan riset yang telah dilakukan, kratom ditemukan memiliki senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai anti-inflamasi, analgesik, anti-kanker, dan anti-diabetes,” terangnya.
BRIN telah memaparkan hasil penelitian kratom kepada Badan Perlindungan Obat dan Makanan (BPOM). Berdasarkan arahan BPOM, BRIN dapat melanjutkan hasil penelitian kratom ini ke uji praklinis dan uji klinis, sekaligus untuk hilirisasinya.
Masteria menjelaskan bahwa ruang lingkup kerja sama mencakup transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari BRIN ke PT SIP, khususnya terkait metode ekstraksi kratom yang sangat unik dan berbeda dari proses ekstraksi herbal pada umumnya.
BRIN akan berbagi pengetahuan mengenai proses ekstraksi yang sesuai dengan publikasi riset yang telah dilakukan. Setelah teknologi ekstraksi dikuasai, kolaborasi akan berlanjut ke tahap Co-Development, yaitu pengembangan formulasi obat secara bersama-sama.
“Awalnya, kami diminta oleh BPOM untuk fokus pada analgesik dulu. Untuk tahap awal, kami akan melakukan Co-Development formula untuk analgesik dengan PT SIP, berdasarkan data in vitro dan in vivo yang kami miliki,” pungkasnya.
Kerja sama ini menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kemajuan industri farmasi nasional. Sekaligus, membuka jalan baru bagi regulasi dan pemanfaatan kratom yang selama ini masih menjadi perdebatan. (Sumber: brin.go.id)
BRIN Gandeng SOHO Kembangkan Tanaman Kratom Sebagai Obat Pereda Nyeri
