15 Varietas Pisang Indonesia Potensial Jadi Pangan Fungsional

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki beragam jenis pisang lokal bisa dikembangkan sebagai pangan fungsional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan ada sekitar 15 varietas pisang M. acuminata dan ratusan kultivar lokal pisang yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Yuyu Suryasari Poerba, Peneliti Pusat Penelitian Biologi menjelaskan LIPI telah memulai penelitian pisang sejak tahun 2008 hingga sekarang. Hasil eksplorasi dan koleksi sumber daya pisang Indonesia disimpan di Kebun Plasma Nutfah (KPN) Pisang di Cibinong Science Center-Botanic Garden (CSC-BG) dalam bentuk kultur jaringan. Koleksi plasma nutfah pisang juga dikonservasi dalam bentuk kultur in-vitro.

Pengembangan varietas unggul pisang terus-menerus dilakukan dan bertujuan untuk perbaikan ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium dan seleksi untuk mendapatkan aksesi yang memiliki keunggulan untuk pangan berkualitas.

“Pisang dapat dijadikan pangan fungsional karena mengandung energi, karbohidrat, kadar pati, kandungan serat pangan dan kandungan gula yang tinggi,” jelas Yuyu dalam Media Briefing “Pangan Fungsional: Jamur dan Pisang” pada Rabu (28/3/2018) di Media Center LIPI, Jakarta. Kegiatan ini bagian dari program Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI.

Terkait metode yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tanaman pisang, metode ini menggunakan pemuliaan konvensional dan dengan teknologi induksi poliploidi. Induksi poliploidi memungkinkan mendapatkan pisang tetraploid dengan efisien dan efektif untuk menghasilkan pisang hibrid triploid unggul.

“Pisang hibrid triploid menjadi target pemuliaan tanaman pisang karena dari segi agronomis dan hortikulturis merupakan pisang dengan keragaman ideal untuk berproduksi tinggi dibandingkan pisang diploid dan/atau pisang tetraploid,” jelas Yuyu.

Dari ratusan aksesi hasil penelitian LIPI, 11 jenis pisang diantaranya sudah didaftarkan sebagai varietas baru hasil pemuliaan di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian. Manfaat dari varietas yang sudah didaftarkan adalah sebagai tetua silangan (7 varietas pisang tetraploid) dan hibrid triploid tahan terhadap penyakit layu Fusarium (LIPI RJH3).

Varietas ini memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik seperti kandungan kalium tinggi (LIPI GRNK4, LIPI RJH3, LIPI MDMM3, LIPI MD4); memiliki kandungan energi tinggi (LIPI RJH3); karbohidrat (LIPI MDMM3); pati (LIPI RJH3, LIPI MD4); serta pangan (LIPI MD4) serta kandungan gula (LIPI MD4) yang relatif tinggi.

Jika petani ingin membudidayakan pisang, yuyu menyebutkan ada beberapa jenis pisang lokal yang permintaannya tinggi setiap waktu seperti Pisang Ambon, Barangan, Emas Kirana, Kepok, Tanduk dan Raja.

Untuk budidaya pisang, sebaiknya memperhatikan perawatan untuk mencegah serangan penyakit. Dalam satu lahan sebaiknya tidak satu jenis pisang yang ditanam (monokultur). Penanaman beragam jenis pisang dalam satu lahan menyebabkan mikroorganisme alami di dalam tanah bisa berperan sebagai musuh alami penyakit yang biasanya menyerang tanaman pisang.

“Tantangan selanjutnya adalah mendapatkan varietas pisang triploid yang ideal agar memenuhi keinginan konsumen dari segi produksi, penampilan, kualitas buah dan rasa, aroma buah, serta kandungan nutrisi buah,” tutupnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author