Jakarta, Technology-Indonesia.com – Lebah dikenal sebagai penghasil madu yang memiliki beragam khasiat bagi kesehatan. Namun, tahukah Anda kalau sengat lebah juga mempunyai manfaat yang tak kalah pentingnya bagi dunia kesehatan. Bee venom atau racun yang dikeluarkan lebah saat menyengat ternyata bisa dijadikan sebagai obat.
Swastiana Eka Yunita mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM menyebutkan bahwa sengat lebah mengandung berbagai macam protein dan terbanyak adalah melittin yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan mempercepat regenerasi sel.
“Pengobatan alternatif menggunakan sengat lebah dalam terapinya saat ini marak dilakukan. Hanya saja, terapi dilakukan dengan menyengatkan langsung lebah ke tubuh dan cara ini menyebabkan lebah mati,” kata Swasti pada Kamis (19/7/2018) di UGM.
Metode tersebut, lanjutnya, menjadikan kadar racun lebah yang masuk ke tubuh tidak bisa dikontrol dengan pasti. Hal itu mendorong Swasti bersama dengan Urfa Tabtila (FKG) dan Muhammad Abil Pratama (Fakultas Peternakan) mengembangkan sengat lebah menjadi gel yang lebih ramah bagi tubuh dan tidak menyebabkan kematian lebah.
Di bawah bimbingan Juni Handajani, ketiganya mulai menciptakan formula gel sengat lebah ini. Gel ini lebih lanjut mereka gunakan sebagai obat yang dioleskan pada luka di mukosa mulut pasca operasi gusi.
Seperti diketahui, operasi gusi merupakan perawatan yang banyak dilakukan untuk mengembalikan gusi yang sudah terkena penyakit parah. Prevalensi penyakit gusi ini cukup tinggi di Indonesia, yaitu mencapai 96,58%.
“Gel ini diharapkan dapat mempercepat penyembuhan luka pasca operasi gusi,” lanjut Swasti.
Gel bee venom ini dibuat dari serbuk bee venom yang didatangkan langsung dari Swedia. Serbuk ini didapatkan dari spesies lebah Apis mellifera yang merupakan lebah paling jinak dan juga produktif sehingga cocok untuk digunakan pada penelitian.
Bee venom dikumpulkan menggunakan alat otomatis yang bekerja dengan cara menyetrum lebah selama beberapa detik. Melalui cara tersebut bisa mendapatkan bee tanpa membunuh lebah.
“Metode ini lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan langsung menyengatkan lebah pada tubuh sehingga lebah akan mati apabila sengatnya lepas,”imbuh Abil.
Sementara itu, Urfa menambahkan, penelitian yang dilakukan masih dalam tahapan uji secara in vivo pada tikus. Kedepan masih dibutuhkan serangkaian penelitian hingga menjalani uji klinis sehingga dapat menjadi obat paten yang dapat dimanfaatkan masyarakat.