BPPT Kembangkan Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Wabah demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama daerah tropis seperti Indonesia. Ancaman penyakit DBD di Indonesia masih tinggi hingga sekarang. Angka kematian akibat DBD dapat dikurangi dengan penerapan deteksi dini dan penanganan yang tepat.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan Badan Litbang Kementerian Kesehatan dan PT Hepatika Mataram berupaya mencari solusi permasalahan tersebut dengan mengembangkan kit diagnostik untuk deteksi dini dan deteksi non dini penyakit DBD.

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan kit diagnostik ini menggunakan teknik kromatoimunografi untuk mendeteksi keberadaan antigen NS one (NS1), suatu glikoprotein yang terakumulasi pada plasma sel yang terinfeksi virus dengue. Antigen ini muncul lebih awal dibandingkan antibodi.

“Penyakit demam berdarah bisa dideteksi lebih awal dengan menggunakan kit diagnostik ini. Kit diagnostik ini juga dirancang untuk mendeteksi antibodi dari virus nyamuk demam berdarah di dalam serum darah pasien terduga menderita DBD,” jelas Kepala BPPT pada Pameran Lab Indonesia, di Jakarta Convention Center, Jakarta pada Rabu (4/4/2018).

Unggul berharap prototipe sediaan kit diagnostik DBD ini, segera dapat difinalisasi menjadi sediaan kit diagnostik yang fungsional melalui rangkaian uji fungsi secara klinis, diproduksi dan digunakan untuk mempercepat deteksi dan tindakan penanganan demam berdarah di Indonesia.

Peneliti Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT, Sabar Pambudi mengatakan, saat ini deteksi penyakit DBD masih menggunakan diagnosa standar dengan menghitung jumlah trombosit. Penghitungan jumlah trombosit, menurutnya, kemungkinan bisa salah diagnosa karena pengecekan trombosit juga dilakukan untuk pada penyakit lain.

Alat deteksi yang lebih akurat adalah menggunakan menggunakan NS1. “Namun alat deteksi ini masih impor dan harganya mahal, setiap satu kali uji biayanya Rp 300 ribu – Rp 700 ribu. Alat ini rata-rata ini disediakan rumah sakit besar dan tidak dicover oleh BPJS,” terangnya.

Lebih lanjut Sabar menerangkan, komponen terpenting dari produk ini adalah antibodi NS1 yang membutuhkan teknologi maju dalam pembuatannya. Sejak 2015, Pusat Teknologi Farmasi dan Medika – BPPT mengembangkan anti-NS1 antibodi monoklonal (MAb) berbasis virus dengue strain lokal, hasil isolasi Badan Litbang Kementerian Kesehatan.

“Kalau kita beli dari luar negeri antibodinya bisa berasal dari virus luar, sehingga sensitifitasnya sangat rendah atau tidak bagus. Karena itu kita mengembangkan virus lokal indonesia dengan harapan sensivitasnya lebih tinggi. Selain itu, kalau kita bisa membuatnya dari dalam negeri maka harganya akan jauh lebih murah,” ungkapnya.

BPPT bekerjasama dengan PT Hepatika Mataram kemudian mengembangkan Kit Diagnostik DBD berbasis teknik imunokromatoimunografi dengan menggunakan anti-NS1 MAb yang dapat mendeteksi antigen dalam waktu 2 hingga 10 menit.

“Cara kerjanya sama dengan test kehamilan. Kita teteskan darah pada kit diagnostik. Partikel Protein NS1 nanti akan bereaksi dengan antibodi yang ada sehingga akan muncul strip seperti test kehamilan,” terangnya.

Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) kit deteksi ini, menurutnya, sekitar 60%-70% karena terkait antibodi lokal. Antibodi ini yang menyebabkan TKDN-nya tinggi. Kemasan plastiknya juga sudah produksi dalam negeri. Ia berharap nantinya TKDN bisa di atas 70 persen.

Kit diagnostik ini sudah sampai tahap prototipe dan tahun ini rencananya akan menjalani clinical trial kerjasama dengan beberapa rumah sakit baik di Mataram maupun di Tangerang.

“Mudah-mudahan tahun ini kita sudah dapat mendapat informasi tentang sensivitas dan kita coba skillup untuk skala industri. Insya Allah tahun 2019 sudah komersialisasi. Kita sudah berhitung mudah-mudahan harganya jauh lebih murah,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author