Jakarta, Technology-Indonesia.com – Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah dimanfaatkan di berbagai bidang, termasuk dalam penanganan Covid-19. Kecerdasan buatan dapat membantu dalam upaya pemerintah untuk melakukan tindakan isolasi dan juga pencegahan penyebarannya.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito mengatakan saat terjadi pandemi, AI salah satunya hadir di aplikasi Peduli Lindungi. Saat ini, aplikasi tersebut bertransformasi menjadi Satu Sehat Mobile dengan penambahan beragam fungsi.
“Itu yang kemudian kita melihat, AI yang menjadi bagian dari teknologi informasi yang sudah dikembangkan bisa membantu dalam mendata, mendeteksi pola dari jumlah terjangkit Covid-19 agar lebih mudah dalam penanganannya,” ungkap Mego saat acara Media Lounge Discussion (MeLoDi) di Jakarta pada Selasa (23/5/2023).
Mego melihat pemanfaatan AI bisa terus dikembangkan, terutama jika pandemi terjadi kembali di masa mendatang. Untuk itu BRIN mengangkat hal ini dalam Workshop APEC ‘Application to Artificial Intelligence to Accelerate the Mitigation of Covid-19 Pandemic’ pada 9-11 Mei 2023.
“Indonesia yang merupakan negara besar dengan tantangan beragam memiliki tantangan berbeda dengan negara kecil dan negara kontinental. Dengan negara yang luas dan populasi yang besar ini, maka kita harus memanfaatkan teknologi AI untuk berbagai bidang,” kata Mego.
Forum APEC, menjadi kesempatan besar bagi Indonesia untuk bertemu dengan para ahli AI, yang berkecimpung dalam kesehatan yang spesifik dalam penanganan Covid-19. Harapannya, bisa mempertemukan periset di bidang yang sama dari berbagai kekuatan ekonomi dalam forum ini.
Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber, Anto Satriyo Nugroho selaku Ketua Program Pelaksana Workshop APEC mengatakan forum ini mengangkat tema aplikasi AI untuk mempercepat mitigasi Covid-19.
Menurutnya, dalam penanganan Covid-19, kecerdasan buatan diterapkan dalam tiga hal yaitu mendiagnosis Covid, memonitor penyebaran pada level mikro dan makro level, serta sharing dan tukar menukar informasi dalam pemanfaatan AI.
Ada beberapa catatan dan kesimpulan dari kegiatan Workshop APEC. Di antaranya, bahwa AI telah mentransformasikan dunia digital yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Saat pandemi Covid-19, berbagai negara banyak negara mengembangkan potensi dan kemampuan AI dalam mengolah data dalam waktu singkat.
“Untuk menghasilkan kebijakan yang tepat kami usulkan kerja sama dan kolaborasi antara otoritas ekonomi, institusi R&D, asosiasi rumah sakit dan lain-lain. Kolaborasi ini untuk memaksimalkan potensi AI, pengembangan vaksin yang didukung teknologi AI, untuk deteksi cepat Covid-19. Chatboot juga dapat dipakai untuk membantu tenaga kesehatan dalam membuat analisa dan meningkatkan jumlah orang yang dilayani,” bebernya.
Anto menegaskan bahwa pihaknya saat ini tetap menjalankan riset dan pengembangan AI untuk penanganan Covid-19. Menurutnya hal ini penting, karena banyak hal yang dipelajari dari kegiatan ini.
“Workshop APEC ini untuk merumuskan apa saja yang sudah dilakukan dalam menyelesaikan masalah, agar kita memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk penanganan dalam menghadapai pandemi di masa depan,” sebutnya.
Dijelaskan Anto, sistem yang saat ini sudah ada melalui aplikasi Satu Sehat agar tetap dilanjutkan dan dikembangkan lagi supaya bisa dipakai untuk mendeteksi secara cepat. Sistem ini untuk memantau penyebaran penyakit dan menganalisa data.
Anto mengatakan BRIN memiliki tiga pusat riset yang ikut mengembangkan AI, yaitu PR Kecerdasaan Artifisial dan Keamanan Siber, PR Sains, Data dan Informasi, serta PR Fisika Kuantum. Pemanfaatan AI sudah diterapkan misalnya untuk penggunaan biometrik, sidik jari dan wajah untuk penggunaan e-voting Pilkades di 1000 desa.
Pihaknya juga menyiapkan kolaborasi riset di bidang human center AI, yang berpusat pada manusia. Riset ini untuk mengkaji bahwa pemanfaatan AI bukan dikembangkan terpisah dari manusia.
“AI ini kan bisa dipakai untuk membuat keputusan manusia yang lebih baik. Contoh dokter, bisa memanfaatkan agar bisa mendiagnosa lebih akurat tanpa dipengaruhi oleh faktor kelelahan dan jam terbang. Itu yang sedang kami rintis 2-3 tahun ke depan, menjadi program di pusat riset kami,” pungkasnya.
Workshop APEC Bahas Pemanfaatan Kecerdasan Buatan untuk Penanganan Covid-19
