TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan berbagai pihak di Indonesia dan ASEAN serta didukung oleh Uni Eropa melalui E-READI dan RIKEN menggelar sekolah yang diikuti periset muda di negara-negara ASEAN yang berfokus pada penelitian, penggunaan, dan pengembangan sistem komputasi kinerja tinggi (High Performance Computing/HPC),
The ASEAN High-Performance Computing (HPC) School 2023 digelar pada 11 – 16 Desember 2023 di Kawasan Sains Teknologi (KST) Soekarno Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sebanyak 23 dosen dari institusi terkemuka dari Uni Eropa dan Jepang, bersama 11 dosen dari negara ASEAN berbagi keahlian dan pengalaman mereka kepada 82 periset muda atau mahasiswa dari negara anggota ASEAN.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko melalui keterangan tertulis mengatakan bahwa BRIN telah menerapkan program infrastruktur riset terbuka melalui penggunaan dan pemanfaatan fasilitas riset yang mendukung dan menunjang kegiatan penelitian.
“Salah satu fasilitas riset yang dimiliki BRIN adalah Laboratorium High Performance Computing yang dikelola secara terpusat di bawah Kedeputian Infrastruktur Riset dan Inovasi, Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Soekarno Cibinong, Kabupaten Bogor,” ujar Handoko.
Dirinya menyambut baik penyelenggara ASEAN HPC School 2023 dan membuka peluang penggunaan fasilitas HPC BRIN untuk keperluan komersial disediakan dengan skema tertentu, yaitu melalui perjanjian kerja sama.
“BRIN membuka peluang kolaborasi dengan stakeholder, baik dari universitas dan kementerian/lembaga dalam dan luar negeri untuk berkolaborasi riset melalui mekanisme fasilitasi riset salah satunya HPC BRIN,” terangnya.
Deputi Kebijakan Riset dan Inovasi BRIN selaku National COSTI Chairperson of Indonesia, Boediastoeti Ontowirjo mengatakan penggunaan HPC semakin meningkat untuk menyelesaikan masalah-masalah kompleks dalam masyarakat kita.
“HPC dapat menciptakan simulasi sehingga mengurangi pengujian fisik, yang membantu para teknisi, peneliti, data scientist, desainer menyelesaikan masalahnya dengan biaya minimal,” jelas Boediastoeti dalam pembukaan The ASEAN HPC School 2023, Senin (11/12),
EU dan ASEAN menginisiasi program ini atas dasar peningkatan akses HPC untuk para peneliti EU dan ASEAN. ASEAN HPC School diselenggarakan pertama kali di tahun 2021 secara virtual dan tahun 2022 yang diselenggarakan di Thailand.
“Kami menerima lebih dari 300 pelamar yang mendaftar dari anggota ASEAN. Dengan banyaknya ketertarikan pelamar untuk mendaftar dan meningkatnya kebutuhan presisi analisis dalam berbagai bidang riset dan inovasi, sekolah HPC ini menjadi titik awal penyelenggaraan sekolah HPC di Indonesia,” ujar Boediastoeti.
Melalui ASEAN HPC School ini para peserta dapat berkesempatan untuk memperbaiki dan memanfaatkan HPC dan memperluas jarigan global. ASEAN HPC School 2023 juga didukung oleh Uni Eropa melalui EREADI (Enhanced Regional EU-ASEAN Dialogue Instrument) dan RIKEN Japan.
Ia berharap HPC School ini dapat menjadi produktif dan menarik yang dapat meningkatkan pembelanjaran dan kolaborasi, sehingga dapat membawa hasil yang substansial dalam pengembangan HPC di ASEAN.
“Kami siap untuk menjadi penghubung dalam kolaborasi dan melanjutkan pelaksanaan ASEAN HPC School untuk tahun mendatang,” ungkap Boediastoeti.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Sektor, Sekretariat ASEAN, Kanchana Wanichkorn mengungkapkan ekonomi digital di ASEAN tertinggal dalam bidang keahlian digital dibandingkan negara Asia Pasifik.
“Akademi digital yang akan datang bertujuan untuk mendorong transformasi digital ASEAN, khususnya dengan meningkatkan dan menyelaraskan dengan tujuan Sekolah HPC,” ujarnya.
HPC dianggap vital untuk kemajuan ilmiah, industri, dan kemasyarakatan. Fasilitas HPC diharapkan dapat meningkatkan kapasitas HPC regional untuk semua negara anggota ASEAN.
“Ekosistem HPC di ASEAN harus sebagai yang terdepan dalam hal yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan (AI), keamanan dunia maya (cybersecurity), dan komputasi kuantum,” tutur Kanchana.
Sujiro Seam, Ambassador Uni Eropa untuk ASEAN mengatakan, revolusi digital merupakan prioritas Uni Eropa sebagai strategi Uni Eropa bekerjasama dengan Indo Pasifik dan juga gerbang global untuk meningkatkan konektivitas digital serta bagian dari masterplan pada konektivitas ASEAN.
“Teknologi berkembang sangat cepat, oleh karena itu perkembangan HPC juga harus dipercepat. Sekarang kita berada pada exascale computing, kita akan memiliki komputer-komputer generasi baru di Jerman dan Perancis di tahun mendatang. Kita juga memliki super komputer di Asia Tenggara,” ujar Sujiro.
HPC, terangnya, juga berperan dalam penelitian vaksin Covid-19, sehingga kita dapat menemukan vaksin Covid-19 dalam waktu yang relatif cepat.
EU menginvestasikan 20 juta euro pada 34 sektor dan area antara EU dan ASEAN, yang dipercaya dapat berkerja sama untuk dapat membuahkan hasil yang lebih baik di masa depan.
“HPC School merupakan keseluruhan makna dalam kemitraan antara EU dan ASEAN. Hari ini bukan hanya pembukaan HPC School 2023, tetapi juga pemindahtanganan simbolis ke Indonesia atas nama ASEAN,” pungkas Sujiro.
The ASEAN HPC School 2023 memiliki tiga trek utama yaitu HPC untuk ilmu hayati untuk aspek bioinformatika, fokus pada biomolekuler komputasi, HPC untuk ilmu kebumian, fokus pada ilmu komputasi dan ilmu iklim, dan HPC untuk ilmu komputer.
Selain itu ada trek umum yang mencakup mencakup pengenalan umum HPC, pengenalan utama fasilitas HPC, tren masa depan HPC dan HPC untuk AI dan machine learning.
Program Sekolah terdiri dari sesi pleno dengan topik tentang tren saat ini, masa depan teknologi HPC seperti Quantum Computing, dan infrastruktur HPC di ASEAN.
Pada sesi pleno, akan ada wawancara interaktif dengan penerima ACM Turing Award (setara dengan hadiah Nobel untuk ilmuwan komputer), Dr. Leslie Lamport.