Signly, Alat Penerjemah Bahasa Isyarat Karya Mahasiswa UGM

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat penerjemah bahasa isyarat yang membantu penyandang tuna rungu dan tuna wicara berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Ketua tim pengembang, Nindi Kusuma Ningrum mengatakan purwarupa (prototipe) yang dinamai Signly atau Sign Language Translator Synchronously ini berbentuk sarung tangan dengan katalog bahasa isyarat masukan dari American Sign Language, Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo), dan masukan-masukan baru menggunakan kombinasi 5 jari tangan kanan.

Signly dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dan mendapatkan dana hibah dari Kemenristekdikti. Dalam pengembangan alat ini, Nindi dibantu Faturahman Yudanto dan Lely Monalisa, teman satu jurusannya di Teknologi Informasi Fakultas Teknik dan dibawah bimbingan Anugerah Galang Persada.

Perangkat Signly terdiri dari komponen utama berupa sarung tangan, telepon pintar, dan komputer. Dalam sarung tangan terdapat teknologi untuk mendeteksi gerakan dan posisi jari tangan berupa flek sensor. Informasi yang diterima berupa keluaran huruf selanjutnya ditampilkan melalui aplikasi berbasis desktop atau telepon pintar.

Output yang berupa bahasa verbal tulis atau rangkaian huruf nantinya akan dikonversikan ke dalam bentuk suara, sehingga orang dapat langsung mengerti apa yang dikomunikasikan, khususnya bagi yang tidak tahu bahasa isyarat,” papar Nindi pada Jumat (29/6/2018) di Ruang Fortakgama UGM.

Selanjutnya, lawan bicara dapat menjawab dengan bahasa sehari-hari yang kemudian akan dikonversikan dalam bentuk verbal tulis yang dapat dibaca secara langsung oleh penyandang tunarungu atau tunawicara melalui layar komputer atau smartphone.

Faturahman menambahkan, pengembangan Signly ditujukan untuk memudahkan komunikasi para penyandang tuna rungu dan tuna wicara dengan orang disekitarnya. Sebab, komunikasi dengan bahasa isyarat sulit dimengerti oleh masyarakat umum.

“Karenanya dibutuhkan alat yang bisa membantu menjadi media komunikasi antar pengguna bahasa isyarat dan bahasa verbal,” terangnya.

Kebutuhan akan perangkat ini, lanjutnya, penting mengingat jumlah penduduk yang menderita gangguan pendengaran tidaklah sedikit. Data WHO tahun 2000 menyebutkan, terdapat 250 juta penduduk dunia menderita gangguan pendengaran. Dari jumlah tersebut 75 hingga 140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara.

Sementara data hasil Survei Kesehatan Nasional dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (1993-1996) menunjukkan bahwa sebanyak 0,4% tunarungu dan 16,8% orang mengalami gangguan pendengaran dari jumlah total penduduk di Indonesia.

Ke depan pengembangan prototipe ini masih akan terus dilakukan. Salah satunya menambahkan fungsi alat agar mampu menerjemahkan bahasa isyarat ke verbal suara.

“Saat ini kami fokus pada penelitian dan pengembangan lebih lanjut alat dan perangkat pendukungnya,”pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author