Jakarta, Technology-Indonesia.com – Peran kecerdasan artifisial (KA) atau aritificial intelligence (AI) dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak terelakan lagi. Hampir seluruh negara maju sudah memiliki strategi penerapan KA yang sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik negaranya.
Indonesia dengan cepat merespon tren perkembangan KA, dengan meluncurkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifial (Stranas KA) Tahun 2020 -2045 dalam acara Hari Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25, pada Agustus 2020.
Stranas KA yang diluncurkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini merupakan arah kebijakan nasional dalam pengembangan teknologi KA di beberapa sektor prioritas pembangunan nasional, diantaranya sektor kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan, serta mobilitas/kota cerdas (smart city).
“Untuk mendorong penerapan KA yang selaras dengan kepentingan nasional, BPPT mempersiapkan infrastruktur serta ekosistem untuk mengorkestrasi riset dan inovasi yang berkelanjutan dalam sebuah wadah, yaitu Pusat Inovasi Kecerdasan Artifial (PIKA),” kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam konferensi pers Outlook BPPT 2021 dan Capaian BPPT 2020 yang digelar secara daring pada Kamis (21/1/2021).
Menurut Hammam, PIKA merupakan wadah bagi semua unsur quad helix yaitu pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas dalam berkolaborasi pada riset dan inovasi KA dengan memaksimalkan seluruh sumber daya riset dan inovasi nasional. PIKA, terang Hammam, bersifat terbuka, partisipatif, berbasis nilai (value-based synergy), demand-driven, mandiri, serta memiliki tata kelola yang adaptif dan lincah.
“Dalam mendukung pengembangan kegiatan KA di Indonesia, PIKA telah dilengkapi dengan NVIDIA DGXA A100, dan merupakan instansi pemerintah pertama yang memiliki super komputer ini,” tutur Hammam.
BPPT telah menghadirkan super komputer dalam upaya penguatan infrastruktur untuk kecerdasan artifisial dengan melaksanakan instalasi Nvidia DGXA A100 yang merupakan serangkaian GPU yang digunakan untuk komputasi dalam machine learning dan deep learning serta algoritma lainnya yang digunakan di dalam kecerdasan artifisial.
Langkah awal pemanfaatan super komputer adalah penggunaan kecerdasan artifisial di bidang kebencanaan. BPPT telah membangun sistem berbasiskan KA untuk memprediksi potensi terjadinya tsunami pada saat ada gempa. Selain itu juga dibangun sistem untuk memprediksi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan agar bisa dilakukan langkah-langkah mitigasi.
Kedua sistem yang dibangun tersebut sangat penting dalam mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan akurat untuk meminimalisir dampak bencana, maupun untuk menghindari terjadinya bencana.
Hammam mengatakan Indonesia memiliki beberapa tantangan untuk mengembangkan kecerdasan buatan. Di antaranya, kesiapan regulasi yang mengatur etika penggunaan, kesiapan tenaga kerja, kesiapan infrastruktur dan data pendukung pemodelan, serta kesiapan industri dan sektor publik dalam mengadopsi inovasi KA.
Karena itu, Pusat Inovasi Kecerdasan Artifial yang diinisiai BPPT ini diharapkan bisa menjadi wadah dalam mengakselerasi pemanfaatan KA di Indonesia, serta memberikan manfaatnya bagi masyarakat luas dan mendukung pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan bangsa.