Menristek: PLTSa Solusi Pengelolaan Sampah di TPA

Bekasi, Technology-Indonesia.com – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih di Bantar Gebang, Kota Bekasi pada Rabu (3/3/2021). PLTSa Merah Putih diharapkan dapat memecahkan permasalahan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, yang merupakan tempat pembuangan akhir untuk DKI Jakarta dan Kota Bekasi.

PLTSa Merah Putih merupakan pilot project hasil kerjasama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak MoU pada tahun 2017. Menristek mengapresiasi upaya Pemprov DKI Jakarta yang telah melakukan kerja sama dengan BPPT dalam menanggulangi tumpukan sampah yang ada di Bantar Gebang.

“Hal ini sesuai dengan konsep kita dalam mengatasi dan mitigasi perubahan iklim. Pengolahan sampah menjadi energi listrik bisa dikategorikan sebagai ekonomi sirkular, yaitu proses produksi yang tidak pernah berhenti dan berupaya menghasilkan zero waste. Dulu sampah hanya menjadi sampah saja atau waste to waste, sekarang sampah juga dapat menjadi energi atau waste to energy,” jelas Menristek.

Hal ini merupakan contoh baik dari sinergi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan industri dalam menghasilkan inovasi untuk menjawab masalah bangsa. Ke depan Kemenristek/BRIN dan BPPT berusaha untuk dapat membuat lebih banyak PLTSa di berbagai daerah di Indonesia untuk mengurangi masalah sampah yang ada. Menteri Bambang berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk menanggulangi permasalahan sampah ini.

Cara kerja PLTSa adalah dengan membawa panas pada gas buang hasil pembakaran sampah yang kemudian digunakan untuk mengonversi air dalam boiler menjadi steam. Steam yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin yang selanjutnya akan menghasilkan energi listrik.

Sebagian besar peralatan yang digunakan merupakan produksi dalam negeri. Dimana terdiri dari empat peralatan utama yaitu bunker yang terbuat dari concrete dilengkapi dengan platform dan crane; ruang bakar yang dilengkapi boiler system reciprocating grate yang didesain dapat membakar sampah dengan suhu di atas 9.500°C sehingga meminimalisir munculnya gas buang yang mencemari lingkungan; sistem pengendali polusi, dan unit steam turbin pembangkit listrik.

Dengan kapasitas 100 ton sampah per hari PLTSa Bantar Gebang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 731,1 kWh. Sejak Februari hingga Oktober 2020, PLTSa Bantar Gebang telah membakar sebanyak 8.190 ton sampah dan telah menghasilkan energi listrik sebanyak 583,95 MWh atau sekitar 110 kWh per ton sampah.

Pupuk Biokonversi

Pada kunjungan kerja tersebut, Menristek juga meninjau fasilitas produksi milik PT Bio Konversi Indonesia (PT BKI), yang merupakan produsen dari pupuk hayati/organik cair Biokonversi dan Bionature, berlokasi di Desa Cikiwul, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi.

PT BKI merupakan produsen pupuk organik hayati cair dengan merk dagang “Biokonversi” yang telah mengolah 150 ton sampah setiap harinya dan telah menyerap 150 tenaga kerja lokal. Formula dan teknologi produksi pupuk organik hayati cair PT BKI merupakan hasil riset dan pengembangan dari anak bangsa yang peduli akan kesejahteraan petani, masalah sampah di perkotaan dan kelestarian lingkungan. Melalui inovasi ini sampah organik perkotaan diubah menjadi pupuk organik ramah lingkungan dalam skala ekonomi yang cukup besar.

“Kita mendukung inovasi ini karena bagi saya ini adalah inovasi ekonomi sirkular, yang melahirkan alternatif kebutuhan pupuk di Indonesia, kita adalah negara yang perlu mengoptimalkan sektor pertaniannya. Di sisi lain berbicara konteks yang lebih besar yaitu harga, yang memungkinkan untuk mengurangi subsidi pupuk selama ini, meskipun harga berkurang bukan berarti kualitas juga berkurang jadi harus sama bahkan lebih baik,” ujar Menristek.

Teknologi produksi pupuk Biokonversi telah dipatenkan pada Ditjen HAKI Kementerian KUMHAM RI, dan telah mendapat pengakuan mutu baik dari lembaga sertifikasi organik lokal (LESOS), maupun internasional yaitu Control Union di Belanda. Pupuk organik hayati cair Biokonversi telah digunakan di lebih 23 provinsi di Indonesia, dan telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman.

Menurut Menristek, inovasi ini dapat menjadi dukungan akan salah satu program Prioritas Riset Nasional (PRN) Kemenristek/BRIN yaitu ketahanan pangan. Penggunaan pupuk hayati berperan besar untuk menghasilkan tanaman yang subur dan sumber makanan bergizi, yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi menanggulangi masalah stunting atau kekurangan asupan gizi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author