Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki berbagai sumber daya mineral yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kelistrikan. Sayangnya, Indonesia masih banyak bergantung pada impor material maju. Untuk memberi nilai tambah bagi sumber daya mineral dalam negeri, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan super konduktor berbahan baku lokal dan elektroda baterai lithium berbahan baku tempurung kelapa.
Sejak tahun 2010, permintaan superkonduktor di pasar global naik secara signifikan, khususnya superkonduktor tipe High Temperature Superconductors (HTS). Hal ini karena penerapan material superkonduktor dapat mengurangi energy loss dan ramah lingkungan.
“Salah satu material maju yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia sebagai bahan pendukung teknologi maju adalah HTS ini,” ungkap peneliti Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI, Agung Imaduddin dalam Media Briefing pada Jumat (26/10/2018) di Media Center LIPI, Jakarta. Kegiatan ini untuk menyambut Hari Listrik Nasional yang jatuh pada 27 Oktober.
Agung menjelaskan, bahan baku HTS yang memiliki nilai TC (critical temperature) tinggi dan berbahan baku yang banyak dimiliki oleh Indonesia adalah superkonduktor jenis Bi-Sr-Ca-Cu-O atau disebut BSCCO. “LIPI telah melakukan penelitian mengenai superkonduktor sejak 2006 dengan menggunakan bahan Nb3Sn, Bi-Sr-Ca-Cu-O, MgB2, dan FeSeTe. Hasilnya berupa prototype kawat superkonduktor,” terangnya.
Aplikasi kawat superkonduktor terutama dilakukan pada bidang penghantar dan penyimpanan energi listrik, transformer dan motor listrik, serta alat kesehatan (MRI). “Namun, masih diperlukan kerjasama untuk pengembangan ke skala industri untuk dapat membuat kawat superkonduktor dengan skala yang lebih panjang untuk aplikasi trafo dan kabel transmisi listrik tegangan tinggi,” ungkapnya.
Sementara itu, Achmad Subhan dari Pusat Penelitian Fisika LIPI saat ini tengah mengembangkan baterai lithium dengan elektroda dari tempurung kelapa. “Tempurung kelapa memiliki bahan karbon aktif yang digunakan sebagai aditif dalam proses pembuatan elektroda. Bahan aditif karbon ini digunakan untuk meningkatkan nilai konduktifitas listrik baik ionik maupun elektronik,” jelasnya.
Penggunaan karbon aktif yang optimum seperti tempurung kelapa sebagai komponen elektroda baterai lithium, dapat meningkatkan nilai kapasitas dan kemampuan daya baterai yang lebih tinggi. “Dengan biaya yang lebih rendah dapat menghasilkan produk elektroda yang lebih tinggi performanya,” paparnya.
Ia memaparkan, proses pembuatan karbon aktif yang sesuai untuk kebutuhan industri baterai sangat berpotensi untuk dikembangkan. “Pengembangan dari proses biomas menjadi karbon aktif dalam skala industri perlu dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan apliklasinya dalam proses fabrikasi baterai lithium,” pungkasnya.