Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat, penyediaannya masih didominasi oleh energi fosil. Di sisi lain, Indonesia telah berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2030 sebesar 29%. Karena itu, pengembangan teknologi energi baru terbarukan (EBT) terus didorong sebagaimana amanat dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan dalam bauran energi nasional, EBT mengalami pertumbuhan pasokan yang paling cepat, sebesar 6,5% per tahun. Peningkatan peranan EBT tersebut mensubstitusi penurunan pangsa minyak dan gas bumi.
Pasokan EBT, lanjutnya, terus didorong seiring meningkatnya kekhawatiran akan kenaikan harga energi fosil serta dampak lingkungan dari penggunaan energi fosil. Penyediaan EBT tersebut didominasi oleh bahan bakar nabati (BBN), biomassa, hidro, dan panas bumi. Sementara itu, EBT lainnya seperti tenaga surya, angin, sampah dan biogas memiliki pangsa yang sangat kecil.
“Potensi EBT di Indonesia cukup tinggi namun belum dimanfaatkan secara optimal sehingga belum dapat mencapai target bauran energi seperti diamanatkan dalam kebijakan energi nasional. Pemanfaatan EBT masih banyak menghadapi kendala diantaranya adalah kesenjangan geografis antara lokasi sumber energi dengan lokasi kebutuhan energi serta biaya investasi teknologi energi berbasis EBT yang masih mahal,” terang Hammam dalam Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan Indonesia yang digelar secara daring pada Selasa (27/7/2021).
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melaksanakan beberapa program guna mengurangi karbon, yang berarti pula mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil, melalui beberapa strategi. Diantaranya mandatori biodiesel, co-firing PLTU, pemanfaatan refuse derived fuel (RDF), biogas, penggantian diesel dengan pembangkit listrik energi terbarukan termasukan yang berbasis hayati, pemanfaatan non listrik/non biofuel seperti briket, dan pengeringan hasil pertanian.
Untuk menjamin keberhasilan penerapan teknologi di atas, BPPT mengundang seluruh stakeholders berdiskusi serta berbagi peran dalam webinar Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan. Hammam mengatakan pengembangan EBT ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri melainkan harus dilaksanakan secara bersama-sama dengan melibatkan stakeholder terkait terutama yang terkait dengan pengelolaan energi yaitu PLN dan Pertamina dengan didukung oleh lembaga penyelenggara ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) nasional.
Menurut Hammam, peran ekosistem teknologi di bidang energi akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia mencapai target pemanfaatan EBT, terlebih biaya pendirian infrastrukturnya memiliki tren menurun setiap tahunnya. Karena itu, peluang ini harus dimanfaatkan dan memiliki potensi yang sangat besar jika dikelola secara maksimal.
Dirinya menyebut BPPT telah membangun beberapa pilot plant EBT dalam upaya pemenuhan energi bersih di Indonesia, diantaranya inovasi teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil modular, bahan bakar nabati (BBN) B-50 dan green fuel DED uji roadshow B50, pembangkit listrik tenaga biogas, pilot plant fluid catalytic cracking 300L/hari, hingga pengembangan sistem charging kendaraan listrik beserta kajian baterainya.
Pilot plant serta kajian di bidang energi tersebut haruslah dibawa ke tingkat yang lebih besar, yaitu dalam skala industri. Hammam menilai diperlukan peran ekosistem teknologi untuk memperbesar lingkup penerima manfaat EBT, jangan sampai teknologi karya anak negeri ini tidak terdengar, yang mengakibatkan Indonesia harus mengambil opsi impor energi.
Hammam berharap dengan adanya Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan dapat memberikan masukan, gagasan, dan strategi untuk mencapai target penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia menuju net zero emission dengan harga energi yang terjangkau oleh masyarakat.
Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan BPPT juga bisa menjadi wadah cikal bakal ekosistem teknologi EBT yang akan diisi oleh Kementerian ESDM, lembaga riset nasional, perguruan tinggi, BUMN, industri, hingga komunitas EBT. Dalam Pekan Inovasi EBT, BPPT juga menghadirkan Menteri ESDM Arifin Tasrif, Anggota DPR Komisi VII Diyah Roro Esti, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama PT PLN Zulfikli Zaini, serta para pembicara dan penanggap ahli di bidang energi.