Dalam 15-20 tahun mendatang, cadangan minyak bumi Indonesia diprediksi akan habis. Pengembangan Biomasa menjadi salah satu target pengembangan energi terbarukan pengganti minyak bumi. Salah satunya adalah pengembangan Biomasa Non-pati terutama sellulosa yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Kami telah mengembangkan penelitian pemanfaatan biomasa turunan industri kelapa sawit untuk produksi pangan fungsional, bioethanol (pengganti BBM) dan produk lainnya,” ungkap Kepala Pusat Bioteknologi LIPI, Dr Ir Witjaksono, MSc dalam acara “Kick off Meeting of JST-JICA-SATREPS Biorefinery di Bogor, selasa (21/1/2014)
Biomassa Non-pati menjadi pilihan karena pengembangan karbohidrat pati kurang kompetitif karena juga dikonsumsi manusia. “Sebagai salah satu solusinya, LIPI mengembangan karbohidrat non-pati,” ucapnya.
Dalam acara tajuk Innovative Bio-Production Indonesia (Ibiol): Integrated Bio-Refinery Strategy to Promote Biomass Utilization using Super-micorbes for Fuels and Chemicals Production ini, Witjaksono mengungkapkan tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi proses dari biomassa menjadi biofuel.
Pertama, perlunya pengembangan teknologi pretreatment biomassa. Kedua, perlunya pengembangan enzim yang efisien dan yang ketiga perlu pengembangan proses fermentasi yang lebih cepat. “Ketiga poin ini jika dapat dilakukan dengan tepat, akan dapat menurunkan energi, menurunkan biaya produksi dan menghasilkan proses yang lebih efisien,” tuturnya.
Karena teknologi yang belum tepat, harga bioethanol berbasis biomasa non-pati masih tidak ekonomis. Dengan penerapan teknologi proses yang memperhatikan tiga hal tersebut, harga bioethanol diharapkan bisa menjadi lebih ekonomis dan terjangkau masyarakat.
“Kuncinya adalah adalah optimasi proses pretreatment biomasa, rekayasa genetika mikroba untuk menghasilkan rekombinan enzim yang dibutuhkan secara efesien dengan menggunakan isolat lokal, dan breeding mikroba untuk menghasilkan mikroba yang cocok untuk fermentasi,” jelasnya.
Dr. Yopi Sunarya, Peneliti Puslit Bioteknologi LIPI menambahkan bahwa biodiversitas mikroba lokal Indonesia sangat luar biasa. LIPI saat ini sedang mengembangkan Indonesia Culture Collection (InaCC) sebagai pusat koleksi mikroba Indonesia. Pemanfaatan koleksi mikroba tersebut beserta kode genetikanya menjadi hal krusial yang harus dilakukan.
“Adanya InaCC yang dikelola oleh LIPI, dimana koleksi potensial mikroba tersebut dapat digunakan untuk produksi enzim, senyawa biokimia dan mendesain super-mikroba untuk mendukung proses fermentasi yang lebih efesien,” paparnya.
Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara di antaranya Deputi Bidang IPH-LIPI Dr Siti Nuramaliati Prijono, Project Leader Japan Site Dr Chiaki Ogino, Projek Leadar Indonesia Prof Dr Bambang Prasetya, dan Shuici Asanuma dari JST. Sumber Humas LIPI