Prof. Dr. Ir. Sahat Marulitua Pasaribu, M.Eng, Prof Riset Bidang Sosial Ekonomi Pertanian

Bogor, Technology-Indonesia.com – Dr. Ir. Sahat Marulitua Pasaribu, M.Eng dikukuhkan menjadi profesor riset bidang sosial dan ekonomi pertanian oleh Majelis Pengukuhan Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) di Bogor, Selasa (7/12/2021). Peneliti Ahli Utama dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) ini merupakan profesor riset ke 623 secara nasional dan profesor riset ke 156 di Balitbangtan, Kementan.

Pada kesempatan tersebut, Sahat menyampaikan orasi berjudul “Reformulasi Arsitektur Asuransi Pertanian Mendukung Sistem Pangan Berkelanjutan”. Menurut Sahat, dampak perubahan iklim global telah memengaruhi kinerja sektor pertanian. Petani selalu dibayangi risiko kerusakan tanaman atau kegagalan panen karena bencana alam atau serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Demikian juga dengan peternak yang harus menghadapi risiko kematian ternak karena penyakit atau sebab lainnya. Sementara itu, permintaan produksi pertanian dan peternakan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

“Umumnya, komoditas pangan dihasilkan oleh petani kecil yang selalu kesulitan membiayai usahataninya. Akses petani ke sumber-sumber pendanaan tidak mudah dilakukan, sehingga mereka banyak bergantung kepada para pelepas uang berbunga tinggi,” kata Sahat.

Dalam berusahatani, petani selalu dihadapkan pada risiko kerusakan tanaman atau kegagalan panen. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, 83 persen kerugian sektor pertanian disebabkan oleh banjir dan kekeringan. Untuk mengurangi kerugian karena risiko berusahatani,dibutuhkan suatu mekanisme perlindungan terhadap petani melalui skema asuransi.

“Asuransi dapat memberikan keberhasilan pertumbuhan pertanian dan mendorong stabilisasi pendapatan petani pada saat menghadapi bencana alam. Skema perlindungan ini akan mengurangi beban petani kecil, bahkan dapat menghindarkan rumahtangga petani dari cekaman kemiskinan,” terangnya.

Sahat mengungkapkan berbagai model asuransi pertanian telah dijalankan, namun semuanya masih mempunyai kelemahan. Asuransi pertanian dengan model penggantian kerugian (indemnity-based) yang diaplikasikan saat ini berbiaya tinggi (berbasis individu, ongkos pemeriksaan lapangan, bantuan premi), rawan penyalahgunaan (moral hazard), dan informasi yang asimetri karena miskin sosialisasi yang komprehensif.

Ditengah kesulitan ini, pemerintah terus berupaya meningkatkan ketahanan pangan dan memenuhi gizi masyarakat. Aplikasi teknologi adaptif dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan dan pertanian. Skema asuransi usaha tani dilaksanakan sejak 2015/2016 untuk komoditas padi (AUTP) dan ternak sapi/kerbau (AUTS/K) untuk mengantisipasi kerugian petani/peternak akibat bencana alam/serangan OPT dan/atau kematian ternak. Setelah 5-6 tahun, arsitektur skema asuransi pertanian yang berbasis penggantian kerugian (indemnity-based) saat ini perlu ditinjau untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraannya.

Reformulasi arsitektur asuransi pertanian yang diajukan diharapkan dapat mendukung sistem pangan berkelanjutan karena berimplikasi pada peningkatan kemitraan dan pengintegrasian pembiayaan usaha pertanian; pengembangan model asuransi berbasis produktivitas (area yield-based) yang didukung oleh pemanfaatan teknologi; penerapan asuransi pada komoditas strategis jagung, kedelai, bawang merah, cabai, tebu, kakao, dan kambing/domba; serta pendekatan sosialisasi, promosi, dan advokasi yang intensif untuk diseminasi informasi yang simetris.

“Pemerintah perlu lebih fokus menyediakan fasilitasi dan insentif kegiatan asuransi pertanian dan mengurangi keterlibatan implementasi langsung di lapangan. Kalangan swasta harus didorong meningkatkan industri asuransi yang kompetitif dan diberi peran lebih luas mengembangkan kegiatan ekonomi di perdesaan,” tutur Sahat.

Peneliti kelahiran Tarutung, 15 Maret 1956 ini merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara dari PA Pasaribu (Almarhum) dan EM br. Siregar (Almarhumah). Menikah dengan Riana br. Siborutorop dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Riza Aitiando Pasaribu, Rick Joseph Halomoan Pasaribu, dan Roy Jeremiah Pasaribu.

Sahat menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri V, Tarutung (1967); Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMP Negeri II, Tarutung (1970); dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMA Mardi Yuana, Bogor (1973). Ia memperoleh gelar Sarjana Pertanian Bidang Keahlian Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (1979); meraih gelar Master of Engineering, Rural and Regional Planning, Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (1985); dan gelar Doctor of Philosophy, School of Environment, Resources, and Development, Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2005).

Sahat telah mengikuti beberapa pelatihan yang menjadi dasar pengembangan dan terkait dengan bidang kompetensinya, antara lain bidang komputer di Bangkok, Thailand (1983 dan 1986); sistem informasi di Washington DC, USA (1988-1989); dan monitoring dan evaluasi penelitian (1991) di Bogor.

Penugasan ke luar negeri dilaksanakannya dalam rangka: kegiatan kerjasama penelitian dengan lembaga internasional; memimpin/anggota Delegasi Republik Indonesia dalam pertemuan internasional; dan pengembangan keilmuan dalam profesi sebagai peneliti.

Dua jabatan struktural yang pernah didudukinya adalah sebagai Plt. Kasubid Pengumpulan dan Pengolahan Data (1989-1990) dan Kasubid Data dan Rencana Kerja (1990-1994). Jabatan fungsional diawali sebagai Asisten Peneliti Madya (1988), Ajun Peneliti Madya (1990), Peneliti Muda (1994), Peneliti Madya (1999), dan Peneliti Utama (2012), serta memperoleh pangkat sebagai Pembina Utama Madya Golongan IV/d (2017).

Ia telah menghasilkan 113 karya tulis ilmiah yang ditulis sendiri maupun ditulis bersama penulis lain, diantaranya sebagai bagian dari buku, jurnal, prosiding, dan makalah/publikasi lainnya, termasuk makalah yang dipresentasikan dalam pertemuan seminar/ workshop/konferensi internasional. Sebanyak 35 karya tulis ilmiah ini ditulis dalam Bahasa Inggris.

Sahat aktif sebagai anggota dalam organisasi profesi, Asian Institute of Technology Alumni Association (AITAA), Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo), dan sebagai board member pada perkumpulan profesi internasional, Asia Pacific Agricultural Policy Forum (APAP). Ia memperoleh tanda penghargaan Satya Lancana Karya Satya XXX Tahun dari Presiden RI pada 2015.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author