Bogor, Technology-Indonesia.com – Dr. Ir. Erwidodo, MS dikukuhkan menjadi profesor riset bidang ekonomi pertanian oleh Majelis Pengukuhan Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) di Bogor pada Senin (21/12/2020). Erwidodo merupakan profesor riset ke 584 secara nasional dan profesor riset ke 147 di lingkup Kementan.
Pada orasi pengukuhan profesor riset yang digelar secara virtual, Erwidodo menyampaikan orasi berjudul “Reorientasi Arah dan Strategi Menuju Ketahanan Pangan Berkemandirian dan Berdaya Saing di Era Pasar Global.” Erwidodo menyampaikan bahwa Indonesia kedepan akan menghadapi permintaan komoditas dan produk pangan berkualitas yang terus meningkat.
“Hal ini seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan masyarakat, tumbuhnya industri pengolahan, serta industri perhotelan dan restoran,” ungkap peneliti kelahiran Blora, Jawa Tengah, 20 April 1955 ini.
Jika tidak diantisipasi dengan kebijakan, strategi dan langkah-langkah terobosan yang konkret untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional, dipastikan defisit pangan akan menjadi semakin besar. Konsekuensinya, Indonesia semakin tergantung kepada produk pangan impor.
Karena itu, Menurut Erwidodo, ketahanan pangan yang berkemandirian dan berdaya saing merupakan suatu keniscayaan bagi Indonesia. Agar tidak mengarah kepada kemandirian pangan ‘at all cost’, program peningkatan produksi pangan harus tetap mengacu kepada prinsip keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif serta efiensi alokasi sumberdaya.
“Artinya, Indonesia tidak perlu berkemandirian untuk semua komoditas pangan. Kemandirian menjadi keniscayaan untuk komoditas pangan pokok dan strategis yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif,” tambahnya.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan berkemandirian dan berdaya saing, terangnya, diperlukan perubahan strategi pembangunan subsektor pertanian pangan dari strategi substitusi impor ke promosi ekspor, dari strategi defensif ke ofensif, dan/atau dari orientasi pasar domestik ke orientasi pasar ekspor.
“Perubahan strategi tersebut juga menuntut diterapkannya kebijakan investasi yang kondusif, yang dapat mendorong dan memfasilitasi BUMN dan swasta, baik swasta nasional maupun asing, untuk meningkatkan investasi di subsektor pertanian pangan, termasuk investasi di kegiatan R&D dan inovasi,” tutur Erwidodo yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk World Trade Organization (WTO).
Erwidodo merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Ibu Sri Nastiti (almrh) dan Bapak Soetardjan (alm). Pada 1985, Erwidodo menikah dengan Sri Pujiati dan dikaruniai tiga anak yaitu Andini Ekaputeri Erwidodo, Andita Dwiputeri Erwidodo dan Andityo Triputro Erwidodo.
Ia menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Blora (1967), SMP Negeri 1 Blora (1970), SMA Negeri Blora (1973). Pada 1974, Erwidodo menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dan memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan (1978) serta gelar Magister sains (MS) bidang Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan (1982). Pada 1990, memperoleh gelar Doctor of Philosophy (PhD) bidang Ekonomi Pertanian dari Department of Agricultural Economics, Michigan State University, USA.
Sejak 1979, Erwidodo bekerja di Pusat Agro Ekonomi (PAE), Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, di Bogor, yang kemudian berganti nama manjadi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (PSE) dan kini menjadi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP). Jabatan fungsional peneliti dimulai sebagai Asisten Peneliti (1983), Ajun Peneliti Muda (1986), Peneliti muda (1994), Peneliti Madya (1995), dan Ahli Peneliti Madya (1997). Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23/M/2002 tanggal 7 Februari 2002, Erwidodo diangkat sebagai Ahli Peneliti Utama terhitung mulai 1 Maret 2001.
Pernah menjabat sebagai Koordinator Kelompok Peneliti Agribisnis (1994-1996), dan Koordinator Kelompok Peneliti Kebijakan Pembangunan Pertanian (1996-1997) pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian.
Jabatan struktural dimulai saat menjabat sebagai Kepala Sub-Bidang Bantuan Teknis di PAE (1984-1986) dan Kepala Bidang Pelayanan Penelitian di PAE (1998-1999). Pada 1999-2000, Erwidodo menjadi Kepala Pusat Sosial Ekonomi Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan; Kepala Pusat Sosial Ekonomi Kehutanan (2000-2001). Pada akhir 2004, diangkat menjadi staf khusus di Departemen Perdagangan. Selanjutnya pada 2005-2008, Ia menduduki jabatan sebagai Kepala Badan Litbang Departemen Perdagangan.
Dalam periode 2005-2008, Erwidodo menjabat Wakil Ketua Tim Tarif Nasional, dan Wakil Ketua Perunding Bidang Pertanian Tim Nasional Perundingan Perdagangan Internasional. Pada akhir 2008, Ia mendapat tugas sebagai Duta Besar RI untuk WTO sampai akhir 2012. Selama bertugas sebagai Dubes WTO, Erwidodo pernah menjabat sebagai Ketua Committee Trade and Development (CTD) WTO periode 2010-2011 dan Ketua Council for Trade in Services (CTS) WTO periode 2011-2012.
Disamping sebagai peneliti, Erwidodo juga menjadi pengajar dan pembimbing mahasiswa program Pasca Sarjana (S2/S3) Jurusan Ekonomi Pertanian dan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Ia juga pernah menjadi anggota komisi pembimbing dan/atau penguji luar komisi program doktor di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran dan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Keanggotaan dalam organisasi profesi adalah sebagai anggota Persatuan Insinyur Indonesia/PII (1979-sekarang), American Agricultural Economist Association/AAEA (1986-1990), anggota Asian Society of Agricultural Economists/ASAE (1994-1998), anggota Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia/PERHEPI (1990 – sekarang), sebagai pengurus Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia/ISEI (2015-2021) dan anggota Himpunan Peneliti Indonesia/Himpenindo (2019 – sekarang).
Erwidodo memperoleh tanda penghargaan Satyalancana Karya Satya X tahun dan XXX tahun dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 1998 dan 2019.