Pakar Penerbangan dan Antariksa, Harijono Djojodiharjo Terima Nurtanio Award 2023

TechnologyIndonesia.id – Prof. Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo menerima penghargaan Nurtanio Award 2023 dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) atas kiprahnya dalam memajukan dunia penerbangan dan antariksa di Indonesia.

Penghargaan Nurtanio Award 2023 diberikan secara langsung oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko kepada Prof Harijono dalam acara Nurtanio Award dan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture 2023, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta pada Senin (27/11/2023).

Pria kelahiran Surabaya, 29 April 1940 ini merupakan mantan Guru Besar Institut Teknologi Bandung dan Universitas Al-Azhar Indonesia yang telah berkiprah dalam dunia penerbangan dan antariksa di Indonesia selama puluhan tahun.

Salah satu karya profesionalnya digunakan untuk mendukung proses design, manufacturing, certification and operation Pesawat CN-235 dan design reviewer Pesawat Experimental Sudan ARC/ SAFAT Industry SAFAT-03 Aircraf.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 1999-2000 ini juga terlibat dalam pengawasan serta ikut menulis serangkaian catatan teknis dan dokumen lainnya di Subdirektorat Dinamika PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) periode 1987-1989.

Hal ini terkait dengan model flutter, beban dinamis, pengujian getaran tanah, bobot, dan kualifikasi dinamis pesawat N-250 yang mesinnya didesain oleh BJ Habibie. Pengujian model flutter N-250 dilakukan di terowongan angin kecepatan rendah (ILST) di Puspiptek Serpong.

Atas prestasinya, Prof Harijono mendapatkan berbagai penghargaan antara lain Satya Lancana Karya Satya dan Bintang Jasa Utama dari Presiden RI (1997), Tokoh Pelopor Teknologi Energi Angin Indonesia dari LAPAN (2008), Engineering Award dari International Academy of Astronautics (2015), dan Paolo Santini Memorial Lecture (2023).

Penguasaan Sains Penerbangan dan Antariksa

Dalam sambutannya usai menerima Nurtanio Award 2023, Prof Harijono menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kebumian, maritim, penerbangan dan antariksa untuk kehidupan dan kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya.

Lulusan S1 Sarjana Teknik ITB ini mencontohkan, pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat dilakukan dengan memanfaatkan satelit penginderaan jauh, satelit komunikasi, dan sebagainya.

“Penguasaan sains dan teknologi kedirgantaraan dan maritim, sains dan teknologi mengikuti dan mempelopori seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence, dan sebagainya,” tutur Harijono yang menyelesaikan pendidikan S2 di University of Kentucky pada 1964.

Modal atau filosofi dasar yang diyakini Prof Harijono adalah guyub rukun atau kebersamaan, dengan unsur-unsur yang koheren, kasih sayang, peduli, berbagi, memberi, dan melayani.

Menurutnya, upaya dasar untuk membangun manusia Indonesia yang mumpuni adalah pendidikan secara holistik, yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat sejak usia dini dan dengan paradigma lifelong education secara formal, informal, maupun nonformal, yang melibatkan seluruh potensi seperti jajaran pemerintah, pengusaha, masyarakat, maupun media sosial.

Temuan Programme for International Student Assessment (PISA), ungkap Harijono, merupakan salah satu indikator dan arah pendidikan yang perlu diperkokoh, antara lain mencakup unsur utama literasi.

“Literasi itu mau belajar. Matematika adalah nalar dan akal budi. Serta sains, teknologi, dan inovasi, yaitu perilaku konstruktif, produktif, synergic, mengikuti dan mempelopori perkembangan zaman,” ungkap Harijono yang meraih gelar Doctor of Science dari Massachusetts Institute of Technology pada 1969.

Dirinya berpesan kepada generasi muda, agar memiliki tujuan luhur dan tekun berkarya, serta berinovasi. Menumbuhkan dan memperkokoh semangat sebagai api yang tak kunjung padam dalam diri mereka.

“Memperkokoh motivasi kerja, percaya diri, dan berparadigma sebagai problem solver, seperti juga yang dikatakan Presiden Soekarno, gantungkanlah cita-citamu setinggi langit, dan juga mengikuti wawasan Presiden Joko Widodo, untuk mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045,” tandasnya.

Pada kesempatan tersebut, Prof Harijono menyampaikan bahwa penghargaan Nurtanio Award ini mencerminkan banyak hal. Selain sebagai pengakuan atas karya baktinya, penghargaan ini akan memacu anak bangsa untuk makin maju dan makin berkarya.

“Bagi rekan-rekan dan generasi muda, penghargaan semacam ini pasti akan merangsang dan memotivasi mereka untuk tekun dalam melakukan sesuatu. Jadi, kalau melakukan sesuatu harus tekun dan tidak ragu-ragu, pasti paling tidak sampai sasaran yang mereka tuju dan umumnya untuk negara bangsa,” ujar Prof. Harijono

Menurutnya, penghargaan semacam ini juga akan memacu kepercayaan diri masing-masing diantara kita dan secara berkelompok untuk maju. “Akan selalu ada kendala tapi dengan adanya kendala pasti akan ada peluang,” tandasnya. (Foto Humas BRIN)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author