TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengukuhkan lima profesor riset baru dengan kepakaran nanofiber komposit; manajemen kualitas; sistem usaha pertanian, agribisnis, dan kelembagaan usaha tani; transmisi telekomunikasi; dan topografi dinamis.
Lima kandidat profesor riset BRIN yang dikukuhkan, yaitu Muhamad Nasir dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih, Sik Sumaedi dari Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar, Yusuf dari Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler, Nasrullah Armi dari Pusat Riset Telekomunikasi, dan Atriyon Julzarika dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air.
Lima pakar BRIN yang dikukuhkan merupakan profesor riset ke 680, 681, 682, 683, dan 684 dari 5.699 peneliti. Serta merupakan profesor riset ke 57, 58, 59, 60, dan 61 yang dikukuhkan oleh BRIN.
Upacara pengukuhan sekaligus orasi ilmiah dilaksanakan dalam Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor Riset, di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Muhamad Nasir dengan kepakaran nanofiber komposit menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Serat Nano (Nanofiber) Multifungsi untuk Mendukung Kelestarian Lingkungan”. Nasir memaparkan pengembangan nanofiber multifungsi sebagai solusi teknologi ramah lingkungan yang mampu menggantikan produk konvensional.
Nanofiber, yang terbuat dari berbagai bahan alami seperti chitin, chitosan, dan zeolite, serta hasil daur ulang limbah plastik, memiliki potensi aplikasi luas di berbagai bidang, di antaranya bidang energi, kesehatan, air, lingkungan, dan daur ulang limbah plastik.
Penemuan penting seperti nanoseparator baterai dengan kestabilan termal tinggi di bidang energi, wound healing berbasiskan biodiversitas Indonesia di bidang kesehatan, serta nanofilter untuk nanomasker yang sudah diujikan saat pandemi Covid-19 dan pengolah air minum di bidang lingkungan.
Kemudian daur ulang plastik menjadi nanomaterial fungsional bernilai ekonomi untuk pencegahan terbentuknya nano/mikroplastik, penurunan emisi gas karbon dioksida dan perubahan iklim, serta mendukung ekonomi sirkuler.
“Pengembangan nanoteknologi berbasis biodiversitas Indonesia akan terus maju dengan dukungan teknologi internet of things (IoT) dan artificial intelligence (AI), guna menciptakan kehidupan manusia yang lebih berkualitas tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan,” katanya.
Selanjutnya Sik Sumaedi dengan kepakaran manajemen kualitas menyampaikan orasi dengan judul “Model Evaluasi Manajemen Kualitas Berbasis Integrasi Kematangan Sistem, Persepsi Pelanggan, dan Kualitas Hidup Pekerja untuk Mendukung Penerapan Standar ISO 9001”.
Penerapan standar ISO 9001 telah terbukti berkontribusi pada peningkatan daya saing bisnis serta indeks inovasi global. Namun, risetnya menunjukkan, implementasi yang tidak matang dapat membuat standar ini kurang memberikan dampak signifikan.
Dalam orasinya, Sumaedi mengusulkan model evaluasi baru yang dapat membantu organisasi di sektor swasta maupun publik memaksimalkan manfaat dari penerapan ISO 9001.
Sumaedi mengungkap tiga temuan utama. Pertama, kematangan sistem. Penerapan ISO 9001 bagi organisasi bergantung pada kematangan sistem organisasi. Kedua, perbaikan berkelanjutan. ISO 9001 telah mengarahkan organisasi untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.
Ketiga, evaluasi komprehensif. Model evaluasi yang diusulkan mencakup tiga aspek penting, yaitu kematangan sistem, persepsi pelanggan, dan kualitas hidup pekerja, untuk memberikan gambaran yang lebih holistik dalam penerapan ISO 9001.
“Dengan hadirnya model evaluasi ini, BRIN berharap dapat membantu organisasi di Indonesia untuk mengoptimalkan penerapan ISO 9001, meningkatkan daya saing, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik,” katanya.
Kemudian Yusuf dengan kepakaran sistem usaha pertanian, agribisnis, dan kelembagaan usaha tani menyampaikan orasi berjudul “Reformulasi Strategi Pengembangan Alih Teknologi dan Kelembagaan Pertanian Mendukung Sistem Usaha Pertanian di Kawasan Timur Indonesia”.
Kawasan Timur Indonesia (KTI), meliputi Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur, memiliki potensi besar dalam sektor pertanian.
Namun, pengembangan Sistem Usaha Pertanian (SUP) di wilayah ini masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, akses permodalan, serta kelembagaan petani yang belum optimal. Termasuk ketergantungan pada curah hujan dan akses terbatas terhadap teknologi modern, yang membuat sektor ini rentan terhadap perubahan iklim.
Yusuf mengungkapkan, diperlukan reformulasi strategi yang mengintegrasikan alih teknologi dan penguatan kelembagaan pertanian di KTI. Strategi ini mencakup tiga hal utama. Pertama, dinamisasi SUP di KTI perlu dilakukan melalui introduksi inovasi yang memungkinkan adaptasi teknologi tepat guna dan penguatan kelembagaan.
Kedua, penyusunan kerangka kebijakan alih teknologi dan kelembagaan pertanian harus dirancang agar mendorong percepatan transfer teknologi dan pemberdayaan kelembagaan pada tingkat lokal.
Ketiga, penerapan reformulasi kebijakan melalui implementasi strategis yang responsif terhadap kondisi lapangan menjadi kunci keberhasilan dari keseluruhan langkah ini.
“Melalui sinergi kebijakan, teknologi adaptif, dan kelembagaan yang kuat, pengembangan pertanian di KTI diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat,” harapnya.
Sementara Nasrullah Armi dengan kepakaran transmisi telekomunikasi memaparkan hasil risetnya dalam orasi ilmiah bertajuk “Optimasi Penginderaan Spektrum Pada Radio Kognitif Untuk Mengatasi Kelangkaan Frekuensi dalam Sistem Komunikasi Nirkabel”.
Orasinya mengulas solusi untuk mengatasi tantangan kelangkaan spektrum frekuensi yang semakin mendesak di tengah pesatnya pertumbuhan perangkat nirkabel dan layanan data, seperti IoT dan sistem komunikasi cerdas.
Seiring meningkatnya jumlah pengguna perangkat nirkabel dan beragamnya jenis layanan komunikasi data, kebutuhan akan spektrum frekuensi yang fleksibel terus meningkat.
Penggunaan spektrum yang tidak efisien, dengan kepadatan pada frekuensi tertentu dan kelangkaan pada frekuensi lainnya, memerlukan pendekatan teknologi yang lebih adaptif.
Teknologi radio kognitif dengan penginderaan spektrum dinamis menjadi solusi inovatif dalam menghadapi tantangan ini.
Nasrullah menjelaskan dua metode dalam teknologi penginderaan dan akses spektrum dinamis, yakni lapisan bawah (underlay) dan lapisan atas (overlay). Metode underlay memungkinkan penggunaan spektrum frekuensi yang lebih luas dengan daya transmisi rendah agar tidak mengganggu pengguna lain.
Sementara itu, metode overlay menggunakan spektrum yang tidak digunakan oleh pengguna lain dengan daya transmisi yang lebih tinggi, memungkinkan efisiensi komunikasi yang lebih baik.
“Penginderaan spektrum yang akurat menjadi kunci dalam sistem radio kognitif. Teknologi ini memungkinkan perangkat nirkabel untuk mendeteksi spektrum kosong dengan akurasi tinggi dan memanfaatkannya secara dinamis, sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan frekuensi,” ujar Nasrullah.
Sedangkan Atriyon Julzarika dengan kepakaran topografi dinamis memaparkan inovasi terbaru dalam orasi ilmiah bertajuk “Pemodelan Bumi dengan Topografi Dinamis untuk Pembaruan Data Dasar Elevasi dalam Mendukung Geospasial Tematik”.
Orasi ini mengusulkan solusi baru untuk mengatasi keterbatasan data topografi statis yang tidak mampu merefleksikan kondisi lapangan terkini, terutama di wilayah yang mengalami perubahan topografi akibat bencana atau dinamika alam lainnya.
Topografi merupakan data geospasial dasar yang sangat penting bagi berbagai aplikasi tematik, seperti desain infrastruktur, mitigasi bencana, dan analisis lingkungan. Data topografi yang tersedia saat ini, seperti Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) dan DEMNAS, masih bersifat statis dan sering kali tidak akurat dalam menggambarkan elevasi sebenarnya.
Contoh kesalahan pada data topografi statis adalah interpretasi vegetasi tinggi sebagai tebing atau elevasi yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan pascabencana, seperti tsunami Palu 2018.
Julzarika mengusulkan pendekatan topografi dinamis, yang mengintegrasikan data topografi statis dengan parameter deformasi vertikal dan dinamika proses kebumian.
Topografi dinamis ini disajikan dalam format multi waktu (time-series) yang memperhitungkan perubahan kondisi permukaan bumi, sehingga lebih akurat dan sesuai dengan keadaan saat ini.
“Inovasi topografi dinamis memungkinkan pembaruan data elevasi secara berkala, memberikan informasi yang lebih presisi dan detil untuk mendukung berbagai aplikasi geospasial tematik,” ujar Julzarika.
“Dengan pendekatan topografi dinamis, Indonesia dapat memperoleh data geospasial yang lebih akurat dan relevan, mendukung perencanaan pembangunan dan mitigasi risiko bencana secara lebih efektif,” tandasnya.