Vetiver System untuk Penanggulangan Erosi

TechnologyIndonesia.id – Presiden Jokowi saat Rakornas Penanggulangan Bencana pada 2020, memperkenalkan vetiver sebagai tanaman untuk mencegah banjir dan longsor, serta menginstruksikan untuk penanaman di berbagai daerah.

Vetiver System (VS) merupakan sebuah teknologi sederhana, berbiaya murah yang memanfaatkan rumput vetiver hidup untuk konservasi tanah dan air (KTA), serta perlindungan lingkungan, dengan prinsip soil bio-engineering, dan berkonsep teknologi hijau atau Green Technology.

Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agung B. Supangat menjelaskan bahwa Soil Bio-engineering adalah pemanfaatan bahan yang berasal dari tanaman, baik hidup ataupun mati untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan, seperti tanah longsor dan erosi.

Sedangkan penanaman vetiver efektif untuk penanggulangan erosi pada permukaan, dan longsor dangkal di tebing berupa jalan atau Sungai, serta stabilitasi lereng.

“Manfaat vetiver pada produksi akar atau ekonomi sebagai penghasil minyak atsiri melalui ekstraksi akar wangi. Pada bidang ekologi sebagai tanaman KTA, untuk memperbaiki lingkungan dengan menggunakan tanaman lahan dan air,” papar Agung saat Pendampingan teknis BRIDA Sumatera Barat (Sumbar) dalam kegiatan kajian Mitigasi Bencana Dengan Penerapan Vegetasi Penahan Longsor, di Istana Gubernur Sumbar, Rabu (26/06/2024).

Manfaat lainnya, ujarnya, untuk rehabilitasi lahan bekas pertambangan, pencegah erosi lereng, penahan abrasi pantai dan stabilisasi tebing melalui teknologi VS. Teknologi ini sebuah teknologi yang sudah dikembangkan selama lebih dari 200 tahun di India dan Thailand. Daunnya bermanfaat untuk menyerap karbon, pakan ternak, mengusir hama, bahan atap rumah, dan bahan dasar kertas.

“Vetiver sebagai tanaman KTA, terbukti efektif dalam pengendalian erosi tanah dan limpasan permukaan. Stabilisasi lereng curam, seperti tebing jalan maupun tebing sungai, dan pengendali tanah longsor. Vetiver juga untuk peningkatan produksi tanaman di lahan olah, dan sebagainya,” urainya.

Menurutnya, penting untuk diperhatikan kalau vetiver sebagai tanaman pengendali tanah longsor hanya efektif untuk longsor dangkal dengan kedalaman 1,5 sampai 3 m.

Dia juga menegaskan, vegetasi atau tanaman untuk daerah rawan longsor memiliki persyaratan yang terdiri dari perakaran dalam/capai batuan, perakaran rapat dan mengikat agregat tanah dengan serabut dan dalam. Bobot biomassa ringan dan tajuk memiliki kapasitas intersepsi sedang-tinggi, serta tanamannya sebisa mungkin yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.

“Berdasarkan analisis dan kajian, kami menyimpulkan bahwa untuk menambah resiliensi daerah rawan longsor Sumatera Barat perlu penerapan soil bio-engineering dengan penanaman vetiver atau VS. Cara penguatan tanahnya melalui sistem yang mudah, sederhana, dan berkelanjutan di daerah-daerah rawan longsor serta lahan miring,” ungkapnya.

Rekomendasi berikutnya, penanaman vetiver dalam bentuk gerakan, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat dan lembaga, simultan dengan upaya edukasi dan pendampingan kepada masyarakat. Seluruh lembaga di Sumbar dapat menjadi pelaksana, BRIDA dapat menjadi orkestrator dan koordinator kegiatan dengan mengoordinir OPD terkait.

Di level masyarakat sangat menentukan keberhasilan tanaman, melalui pelibatan dan penguatan peran kelompok tani yang sudah ada dengan jajaran wali nagari.

“Peran lembaga atau pihak terkait lainnya sangat penting, misalnya BPDAS/Dinas Kehutanan, Pertanian, LH untuk penyediaan bibit vetiver. Dinas PU untuk kegiatan sipil teknis berupa bronjong batu/gabion, dam parit, serta beton+sulingan. Dinas Pemberdayaan Masyarakat, sebagai Tenaga Penyuluh Lapangan melalui pendapingan, dan untuk Swasta/CSR dalam bentuk dukungan dana dan material untuk pengadaan bibit,” katanya menyimpulkan.

Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar Hansastri, saat mengawali acara mengapresiasi kontribusi BRIN dalam menyusun strategi mitigasi yang kuat.

“Kami mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan upaya yang telah diberikan untuk membantu kami melindungi Sumatera Barat dari ancaman longsor. Langkah-langkah ini sangat penting untuk mencegah bencana alam di masa mendatang,” ujarnya dengan penuh penghargaan.

Sementara itu Oetami Dewi Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Riset dan Inovasi Daerah BRIN menekankan pentingnya rehabilitasi dalam mitigasi bencana longsor.

“Kami membawa ahli dalam pengelolaan DAS, konservasi tanah dan air, serta hidrologi hutan. Untuk membahas strategi konservasi vegetatif dan jenis tanaman yang tepat untuk mitigasi longsor,” ucapnya.

Dia berharap, kedepannya perlu dilakukan penghijauan di daerah-daerah resapan air dan lahan miring, serta memasang peralatan pengendali longsor. Selain itu juga agar melakukan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat tentang potensi bencana longsor dan cara mengatasinya.

Youlius Honesti, yang mewakili Balitbang Provinsi Sumatera Barat menambahkan, bahwa langkah-langkah konkret akan segera diimplementasikan. Termasuk kolaborasi lebih lanjut dengan semua pemangku kepentingan terkait.

“Kami akan terus merangkul seluruh pihak untuk melakukan kajian mendalam mengenai pengendalian bencana tanah longsor di wilayah kami yang rawan,” katanya.

Sebelumnya, BRIN telah melakukan peninjauan ke beberapa lokasi yang telah ditanami rumput vetiver, seperti di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Agam. Sayangnya, hasilnya menunjukkan beberapa tantangan, termasuk pemilihan lahan yang kurang tepat, kurangnya partisipasi masyarakat, dan perawatan tanaman yang tidak konsisten.

Kolaborasi ini akan dilanjutkan dengan pilot project di lokasi-lokasi yang dianggap tepat untuk menunjukkan efektivitas penerapan rumput vetiver.

Upaya ini tidak hanya mengurangi risiko bencana longsor, tetapi juga meningkatkan kesiapan dan ketangguhan Sumatera Barat dalam menghadapi tantangan lingkungan di masa depan. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author