TechnologyIndonesia.id – Ancaman banjir rob yang melanda Pekalongan, Jawa Tengah kian mengkhawatirkan. Untuk mengidentifikasi penyebab banjir rob, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika (PRTH) mengembangkan kerangka investigasi forensik banjir rob bernama ForeINTiFlood (Forensic Investigation Tidal Flood).
Kerangka investigasi forensik ini dirancang untuk menjawab kebutuhan mendesak dalam mengidentifikasi akar penyebab banjir rob dan menelusuri jalur masuk genangan di wilayah pesisir Pekalongan.
Peneliti Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika, Fajar Yulianto menjelaskan bahwa teknologi ForeINTiFlood menjadi jawaban atas perlunya metode ilmiah yang komprehensif untuk mengungkap kompleksitas banjir rob.
Pendekatan ini memadukan teknologi pemodelan hidrodinamika, integrasi data multi-source-temporal, dan algoritma pembelajaran mesin untuk mengkaji penyebab banjir dari berbagai sudut. Melalui pendekatan forensik berbasis data ini, pihaknya tidak hanya mengidentifikasi Lokasi banjir terjadi dan bagaimana air laut masuk ke wilayah darat.
“Dengan kata lain, kami merekonstruksi sejarah banjir rob sekaligus memproyeksikan risikonya di masa depan,” ujar Fajar dikutip dari laman brin.go.id pada Selasa (12/8/2025).
Dalam studi yang dilakukan, tim peneliti mengintegrasikan lebih dari 20 tahun data mulai dari topografi, batimetri, perubahan garis pantai, penggunaan lahan, infrastruktur manusia, hingga aspek ekologis seperti persebaran mangrove.
Data tersebut dianalisis menggunakan algoritma pembelajaran mesin. Hasil pemodelan menunjukkan tingkat akurasi rata-rata mencapai di atas 90%. Akurasi ini penting untuk menghasilkan informasi probabilitas banjir yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan tata ruang maupun mitigasi bencana.
Hasil prediksi tersebut divalidasi menggunakan pemodelan hidrodinamika MIKE21, sebuah perangkat simulasi dua dimensi yang digunakan untuk menghitung kedalaman dan luasan genangan berdasarkan kombinasi data pasang surut, gelombang laut, serta laju penurunan muka tanah.
Hasil validasi menunjukkan adanya korelasi kuat antara prediksi model dan kondisi nyata di lapangan, dengan nilai tertinggi mencapai 0,72 pada tahun 2020.
Tiga Titik Utama Masuknya Banjir Rob
Dengan menggabungkan hasil prediksi dan simulasi, teknologi ForeINTiFlood berhasil mengidentifikasi tiga titik utama masuknya banjir rob di Pekalongan, yaitu: titik tengah kota, wilayah pesisir barat, dan kawasan timur.
Titik tengah terletak di area pusat kota dengan kepadatan bangunan tinggi serta mengalami penurunan tanah signifikan akibat eksploitasi air tanah. Sementara wilayah barat menunjukkan gejala kerusakan garis pantai dan degradasi mangrove yang berperan sebagai pelindung alami dari masuknya air laut ke darat.
Adapun kawasan timur terdampak oleh dinamika muara sungai serta akumulasi sedimen yang mempercepat proses banjir saat pasang tinggi.
Fajar menjelaskan bahwa pendekatan ini mengacu pada prinsip “the present is the key to the past”, sebuah metode dalam geomorfologi untuk memahami proses alam dengan merekonstruksi kejadian historis melalui data masa kini.
Empat Faktor Utama Penyebab Banjir Rob
Penelitian ini juga mengidentifikasi bahwa empat faktor utama penyebab banjir rob di Pekalongan adalah topografi rendah, kondisi ekologi yang menurun, perubahan tata guna lahan yang masif, serta perkembangan infrastruktur yang tidak adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Analisis data multi-source-temporal dari tahun 2000 hingga 2020 turut memperkuat hasil pemodelan, menunjukkan pola perubahan signifikan baik pada garis pantai, pola pemukiman, maupun luas genangan dari tahun ke tahun.
ForeINTiFlood tidak hanya bermanfaat untuk keperluan riset, tetapi juga relevan bagi berbagai aspek mitigasi bencana. Temuan ini dapat menjadi panduan penting dalam perumusan kebijakan tata ruang, pembangunan infrastruktur adaptif seperti pembangunan Giant Sea Wall, sistem peringatan dini, dan edukasi kesiapsiagaan masyarakat pesisir.
Mitigasi Bencana
Temuan ini juga merekomendasikan agar upaya mitigasi difokuskan pada tiga titik rawan yang telah teridentifikasi, dengan memberikan panduan ilmiah yang presisi. Panduan ini mencakup penentuan lokasi pembangunan tembok laut di area yang paling rentan dan perencanaan desain tembok laut, seperti tinggi, panjang, dan spesifikasi teknis tembok laut yang optimal berdasarkan analisis hidrodinamika.
Selanjutnya, integrasi solusi hibrida yang mengkombinasikan pembangunan fisik dengan upaya konservasi alam, seperti restorasi mangrove dan vegetasi pantai lainnya. Selain itu, penanganan banjir rob juga dapat mencakup pembangunan tanggul atau folder yang terencana dan kampanye edukasi publik berbasis data risiko.
Kedepannya, ForeINTiFlood membuka peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut dengan mengintegrasikan data real-time melalui sensor IoT, pengembangan model prediksi berbasis deep learning, serta penerapan skenario perubahan iklim dalam analisis jangka panjang.
Dengan inovasi ForeINTiFlood, BRIN menunjukkan komitmennya dalam mendukung kebijakan berbasis ilmu pengetahuan untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi. Model ini juga dapat direplikasi ke kota-kota pesisir lain di Indonesia seperti Semarang, Surabaya, Manado, hingga Makassar.
“Hasil riset ini memperkuat pentingnya pengelolaan pesisir yang berbasis data dan kolaborasi lintas sektor. ForeINTiFlood adalah salah satu kontribusi nyata BRIN dalam membangun ketangguhan wilayah pesisir Indonesia,” tutup Fajar. (Sumber: brin.go.id)
Teknologi ForeINTiFlood BRIN Ungkap Tiga Titik Utama Masuknya Banjir Rob di Pekalongan
