Task Force Kesehatan BRIN Perkuat Perlindungan Anak dan Gizi Balita Pascabanjir Bireuen

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memperkuat perannya dalam penanggulangan dampak kesehatan pascabencana. Melalui Task Force Supporting Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan, BRIN melakukan pendampingan langsung bagi masyarakat terdampak banjir bandang di Kabupaten Bireuen, Aceh.

Tim kesehatan BRIN melakukan pendampingan langsung di sejumlah posko pengungsian dengan fokus pada perlindungan anak, kesehatan jiwa, serta pemenuhan gizi bayi dan balita yang terdampak bencana.

Peneliti Pusat Riset Biomedis BRIN, Feni Betriana mengungkapkan bahwa kondisi anak-anak di pengungsian masih sangat memprihatinkan. Sejak banjir bandang melanda Bireuen, banyak anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan aktivitas belajar karena perlengkapan sekolah mereka hanyut dan rusak terendam banjir.

“Di beberapa posko, anak-anak belum mendapatkan terapi psikososial maupun alat tulis untuk melanjutkan proses belajar. Bantuan yang datang sejauh ini masih didominasi bahan makanan pokok dan obat-obatan,” ungkap Feni dikutip dari laman brin.go.id pada Rabu (17/12/2025).

Ia menekankan bahwa minimnya dukungan psikososial berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental dan perkembangan anak. Tim kesehatan BRIN mendorong pendekatan alternatif berupa terapi bermain dan dukungan psikologis bagi anak-anak di posko pengungsian.

Menurutnya, anak-anak perlu diajak bermain bersama, belajar dan mewarnai, mendengarkan dongeng, serta bernyanyi agar trauma pascabencana dapat berkurang.

Inisiasi Dapur PMBA

Selain kesehatan jiwa anak, Task Force BRIN juga memberikan perhatian serius pada kluster gizi, khususnya bagi bayi dan balita. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah menginisiasi Dapur PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak) berbasis masyarakat di posko pengungsian Gampong Blang Panjoeng, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen.

Kegiatan ini dilaksanakan pada Minggu, 14 Desember 2025, sebagai respons atas temuan awal di lapangan. Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Slamet Riyanto menjelaskan bahwa hasil asesmen cepat menunjukkan bayi usia 6–23 bulan di beberapa posko mengonsumsi makanan orang dewasa.

Kondisi ini terjadi karena keterbatasan bahan pangan, air bersih, dan peralatan memasak. Padahal, balita membutuhkan makanan pendamping ASI dengan tekstur dan komposisi khusus agar kebutuhan gizinya terpenuhi.

Dapur PMBA diinisiasi sebagai solusi berbasis gotong royong di lingkungan pengungsian. Dapur ini bertujuan memastikan balita usia 6–23 bulan memperoleh MP-ASI yang sesuai standar gizi.

Lokasi posko dipilih karena memiliki akses yang relatif mudah, jumlah sasaran sekitar 30 balita, serta didukung keberadaan dapur umum dari Kementerian Sosial sehingga memudahkan ketersediaan bahan pangan.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari koordinasi dengan keuchik, bidan desa, koordinator dapur, hingga kader kesehatan setempat. Tim BRIN juga menyiapkan peralatan pengolahan MP-ASI melalui skema donasi serta menyusun pedoman singkat MP-ASI dalam kondisi bencana.

“Kami memfasilitasi diskusi dengan kader pelaksana tanpa paksaan. Skenario pelaksanaan sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat,” jelas Anto, panggilan akrab Slamet Riyanto.

Uji coba penyiapan, pemorsian, pengemasan, hingga distribusi MP-ASI telah dilakukan. Dapur PMBA direncanakan mulai beroperasi pada 15 Desember 2025 dengan frekuensi dua kali makan per hari. Ke depan, implementasi dapur ini akan didampingi oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) setempat serta dimonitor oleh Dinas Kesehatan.

Edukasi Gizi dan Layanan Kesehatan

Tak hanya fokus pada dapur gizi, Task Force BRIN juga melakukan edukasi pemberian makan bayi dan anak, praktik pembuatan makanan balita di posko pengungsian, serta pelayanan kesehatan dasar di wilayah Kecamatan Peusangan.

Slamet berharap seluruh upaya ini mampu membantu pemulihan kesehatan masyarakat terdampak, khususnya anak-anak dan kelompok rentan, sekaligus memperkuat ketahanan komunitas dalam menghadapi situasi darurat di masa depan.

“Kami berharap intervensi ini tidak hanya menjawab kebutuhan darurat, tetapi juga menjadi model penanganan kesehatan pascabencana yang berkelanjutan dan berbasis komunitas,” pungkasnya. (Sumber: brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author