Riset dan Inovasi untuk Indonesia Tangguh Bencana

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap kebencanaan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menciptakan peluang kolaborasi lintas bidang penelitian. Kolaborasi tersebut sebagai upaya pengurangan risiko bencana kebencanaan, meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya riset, teknologi, dan inovasi dalam meminimalisir risiko bencana, serta memperkenalkan kemajuan dan peran riset dan inovasi kepada publik.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa kebencanaan sudah menjadi bagian hidup dari bangsa Indonesia yang wilayahnya terletak di antara dua lempeng besar, dilewati jalur cincin api serta dikelilingi perairan besar dunia. Karakter alam ini yang membuat masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan berbagai ragam kebencanaan.

“Di lain sisi, kearifan lokal telah mengajarkan kita berbagai cara untuk hidup berdampingan dengan bencana itu. Namun, kita harus terus bergerak maju melalui terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga kita dapat mengurangi dan memitigasi berbagai risiko bencana yang ada di depan mata,” kata Handoko saat membuka Science Webinar Talk to Scientists yang digelar BRIN secara daring pada Kamis (7/10). Webinar tersebut merupakan rangkaian kegiatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB).

Menurut Handoko, perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi telah terbukti menjadi salah satu cara manusia bertahan hidup dari segala ancaman, termasuk ancaman bencana. BRIN sebagai center of excellence riset di Indonesia, telah mulai dan mampu mengembangkan teknologi untuk mengantisipasi dampak bencana bagi manusia.

“Peringatan dini kebencanaan, prediksi dari catatan masa lalu, serta pendekatan humaniora telah dikembangkan agar negara ini siap menghadapi segala ancaman bencana,” tuturnya.

Handoko menekankan, perlunya pelibatan serta kontribusi seluruh komponen bangsa, baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah dalam penanggulangan risiko. Koordinasi serta kolaborasi berbagai pihak adalah sebagai antisipasi dan upaya nyata dalam rangka mengurangi dampak dari potensi ancaman bencana tersebut.

“Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, perlu ada sinergi dan kerjasama dengan pendekatan kolaborasi pentahelix, yang dimana pelibatan dunia usaha, akademisi, dan masyarakat selaku subjek dalam penanggulangan bencana sangat penting juga untuk diperhatikan. Kami menyadari bahwa BRIN perlu semakin mendekatkan diri kepada publik, agar riset yang dilakukan dapat tertangkap dengan baik, dan kajian-kajian yang kami lakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ungkapnya.

Handoko mengatakan, BRIN telah mengintegrasikan empat badan riset utama di Indonesia, yang di dalamnya mencakup riset dan inovasi untuk penanggulangan bencana. Terdapat ragam penelitian dan hasil akhir teknologi yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengantisipasi kebencanaan.

“Diantaranya, berupa teknologi deteksi dini tsunami, pemetaan daerah-daerah yang memiliki potensi kebencanaan permukaan bumi, pemanfaatan citra satelit untuk mempermudah akses penanganan bencana, serta penggunaan teknologi nuklir dalam menyajikan data perubahan iklim dan serapan blue carbon. Selain itu, penting bagi kami untuk mempelajari dan menerapkan aspek humaniora terkait kebencanaan, agar Tangguh Bencana dapat tercermin secara fisik dan non fisik,” urainya.

Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan Indonesia sebagai negara kepulauan diakui oleh berbagai ahli kebencanaan di dunia sebagai wilayah yang unik dan menjadi laboratorium bencana. Karena itu peran para ilmuwan di Indonesia diperlukan untuk menggali bencana apa saja yang ada di Indonesia.

“Hidup di wilayah potensi bencana tidak membuat Indonesia sebagai bangsa yang mudah menyerah. Pengetahuan yang diwariskan leluhur membuat kita mampu memahami setiap bencana yang ada. Setiap bencana adalah peristiwa yang mahal bagi kita. Makanya harus kita pelajari dan akan kita tuliskan untuk generasi yang akan datang,” tuturnya.

Lilik mengungkapkan bahwa BNPB telah melakukan berbagai upaya mulai dari pengkajian bersama kementerian dan lembaga lain hingga menyusun Rencana Nasional Penanggulanan Bencana setiap lima tahun dan Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) untuk jangka panjang.

Menurut Lilik, riset dan inovasi sebagai basis upaya akselerasi pengurangan risiko bencana di Indonesia menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena itu, Lilik mengapresiasi pelaksanaan webinar ini yang membahas kekuatan riset dan inovasi serta implementasinya, sehingga upaya penanggulangan bencana bisa dilakukan dengan kolaborasi multidisiplin dan transdisiplin dari bidang sains, teknologi penginderaan jauh, sosial humaniora dan lain-lain.

Science webinar menghadirkan Peneliti dari OR Ilmu Pengetahuan Kebumian, Adrin Tohari yang membahas riset dan inovasi geohazard untuk untuk Indonesia Tangguh Bencana; Kepala Kantor Pusat Riset Ekonomi, Herry Yogaswara yang membahas riset dan inovasi sosial untuk kebencaaan; dan Perekayasa dari OR PPT, Michael Andreas Purwoadi yang membahas riset dan inovasi teknologi kebencanaan. Pembicara lainnya yaitu Peneliti dari OR Penerbangan dan Antariksa, Rokhis Khomarudin yang membahas riset dan inovasi teknologi penginderaan jauh untuk kebencanaan; dan Peneliti dari OR Tenaga Nuklir, Ali Arman yang membahas riset dan inovasi aplikasi radioisotop untuk kebencanaan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author