Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meresmikan ruang serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho yang berada di lantai 15 Graha BNPB, Jakarta (1/8/2019). Peresmian ruang serbaguna ini diinisiasi BNPB untuk memberikan apresiasi dan penghormatan tertinggi atas jasa dan dedikasi Sutopo terhadap penanggulangan bencana.
Kepala BNPB melakukan peresmian secara simbolis dengan menarik tirai dengan didampingi Retno Utami, istri mendiang Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kapusdatinmas) Sutopo Purwo Nugroho beserta keluarga. Usai peresmian, almarhum Sutopo mendapatkan penghargaan sebagai sosok pahlawan kemanusiaan yang telah turut membesarkan nama BNPB.
Penghargaan Pengabdian Insan Kemanusiaan Dharma Widya Argya atau “Pengabdian dan jasa-jasanya dalam menyumbangkan ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan di bidang kebencanaan” merupakan refleksi dedikasi luar biasa di saat menderita penyakit kanker tidak menyurutkan semangatnya untuk mengabarkan kepada publik, berita kebencanaan. Pak Topo, panggilan akrab Sutopo, selalu cepat menginformasikan kepada media massa atau melawan berita hoaks terkait bencana melalui media sosial.
Sosok pak topo sebagai tokoh komunikasi kemanusiaan patut untuk terus dilanjutkan. Meskipun telah berpulang pada 7 juli 2019, ada satu pesan yang selalu menggaung di telinga siapapun yang mengenalnya, “Hidup itu bukan soal panjang atau pendeknya usia, namun seberapa besar kita dapat membantu orang lain”.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sis Apik Wijayanto menyerahkan dana beasiswa bagi dua putera almarhum Sutopo. Beasiswa juga diberikan ACE Hardware yang diserahkan melalui perwakilan Kepala BNPB, Doni Monardo.
Selain Sutopo, penghargaan juga diberikan kepada insan yang dinilai memiliki kontribusi untuk negeri dalam lingkup pelestarian lingkungan dan edukasi serta mitigasi bencana.
Penghargaan Reksa Utama Anindha atau “Penjaga bumi yang penuh kebijakan” diberikan kepada Mbah Sadiman. Pria berusia 68 tahun asal Dusun Dali, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah itu sukses menghijaukan perbukitan tandus seorang diri. Selain kini menjadi asri, hasil jerih payah Mbah Sadiman yang juga bisa dirasakan oleh warga yaitu sumber mata air alami.
Meski berusia senja, semangat mbah Sadiman dalam menanam segala jenis pohon selalu membara sejak 1996. Bahkan mbah Sadiman pernah dianggap gila oleh warga sekitar ketika mulai menanam beberapa pohon jenis beringin.
“Dulu saya dianggap gila. Ketika yang lain menanam tanaman pangan, saya malah menanam pohon beringin. Tapi sekarang apa yang saya tanam itu bisa menghasilkan air untuk warga dan udara menjadi sejuk,” tutur Sadiman.
Bukit yang dulu gersang dan selalu mendatangkan musibah seperti banjir bandang, kekeringan hingga kebakaran lahan kini disulap menjadi hijau serta bisa dinikmati siapa saja. Ia berharap bahwa di masa yang akan datang akan muncul ‘Sadiman-Sadiman’ baru yang peduli terhadap lingkungan untuk anak cucu kita semua.
“Kita butuh ribuan orang seperti Mbah Sadiman. Meski usia sudah 68 tahun, beliau ini masih segar bugar dan semangat untuk menanam pohon. Bahkan alasan kenapa beringin yang ia tanam, antara lain selain kuat, penyuplai air dan udara, beringin juga dipercaya ada ‘penunggunya’, jadi warga tidak berani tebang. Ini unik dan menarik,” ujar Doni Monardo.
Selanjutnya, penghargaan khusus insan media Citra Dharma Bhakti atau “Insan dengan Pengabdian dalam bidang jurnalistik,” diberikan kepada Ahmad Arif, jurnalis Harian Kompas atas beberapa karyanya yang berhubungan dengan kebencanaan. Tulisan Arif berhasil mengubah perspektif warga terhadap bencana. Arif yang berprofesi sebagai jurnalis sejak 16 tahun lalu mulai menulis tentang pentingnya pengetahuan kebencanaan ketika ditugaskan meliput bencana tsunami Aceh 2004.
Sepanjang mata memandang, Arif sangat terkejut dan tersentuh ketika melihat langsung begitu dahsyatnya dampak bencana tsunami di Aceh. Apa yang mendorong Arif untuk fokus pada jurnalisme bencana tidak hanya datang ketika ia melihat tsunami itu yang merenggut ratusan ribu korban jiwa, tetapi juga ketika ia menyadari bahwa ada rekan sejawatnya menjadi salah satu korban. Terlebih ketika pada saat itu literasi tentang kebencanaan masih sangat minim sekali.
Arif mulanya tidak tahu bahwa setelah gempa besar terjadi maka bisa disusul oleh tsunami. Bahkan hampir tidak ada pengetahuan yang mendasar tentang segala bencana yang mengancam. Karena itu, ia kemudian mendedikasikan dirinya untuk mencurahkan segala energi dan pikirannya untuk memberi pengetahuan tentang kebencanaan kepada sesama. Salah satu karya fenomenal Arif adalah Ekspedisi Cincin Api yang dia pelopori bersama media yang melambungkan namanya hingga saat ini.
Usai penganugerahan tersebut, Kepala BNPB juga menjalin kerjasama dengan Bukalapak untuk penanggulangan bencana. Bukalapak akan mewadahi segala kegiatan penyaluran barang-barang kebutuhan tanggap darurat. Hal ini akan meringankan beban warga terdampak bencana karena bantuan bisa dengan segera disalurkan dengan kualitas yang baik.