TechnologyIndonesia.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, S.Sos, M.M. memberikan Ceramah Pembekalan Kepada Perwira Siswa (Pasis) Pendidikan Reguler LXIII Seskoad Tahun Anggaran 2023 di Gedung Jendral Gatot Soebroto Seskoad, Bandung, Jawa Barat pada Jumat (17/11).
Suharyanto yang merupakan lulusan Seskoad tahun 2003 ini memaparkan, setelah para Pasis selesai dari pendidikan, selain menghadapi tantangan terkait militer juga akan menghadapi ancaman bencana di wilayah penugasan masing-masing.
“Bencana merupakan tantangan bahkan ancaman nyata yang akan dihadapi para siswa setelah mengikuti pendidikan Seskoad dan kembali memasuki ke satuan masing-masing. Bencana itu pasti. Ada bencana alam dan bencana non alam,” ucap Suharyanto.
Ia menyampaikan bahwa semua jenis bencana ada di Indonesia seperti bencana geologi dan vulkanologi, hidrometeorologi kering, hidrometeorologi basah, dan bencana non alam.
“Semua jenis bencana ada di Indonesia. Di satu sisi kita berbangga hati tinggal di Indonesia yang terkenal akan kekayaan melimpah dan sumber daya alam yang luar biasa, di sisi lain kita tinggal di daerah rawan bencana,” imbuhnya.
Suharyanto menjelaskan sejarah berdirinya, tugas dan fungsi BNPB mulai dari menangani pra bencana, saat bencana dan pasca bencana, berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007.
“Ketika terjadi banjir, longsor dan bencana lain di daerah, jika bersifat ringan delegasinya di BPBD sebagai fungsi komandonya, TNI/Polri bisa menginduk kepada BPBD. Jika bencana besar, tidak bisa ditangani oleh BPBD, BNPB harus turun karena bencananya masif dan langsung pegang komando,” kata Suharyanto.
Dirinya menjelaskan beberapa kejadian bencana di Indonesia, komando penanganan di lapangan tidak lepas dari peran TNI.
“Di Palu bencana gempa tsunami likuifaksi akhirnya waktu itu Panglima Divisi Kostrad diminta untuk membantu, kejadian gempa di NTB akhirnya Perwira tinggi TNI sebagai Dansatgas saat tanggap darurat, di Cianjur Komandan Korem sehari-hari yang memegang tahap tahap pengendalian,” tuturnya.
Suharyanto turut memberikan data-data kejadian bencana yang pernah terjadi dalam kurun waktu tiga tahun belakang.
“Bencana di Indonesia meningkat terus, data yang dicut off 10 November di tahun 2021 menunjukan sebanyak 2.340 kejadian bencana, tahun 2022 berjumlah 3.128 kali bencana, sekarang tahun 2023 naik lagi menjadi 3.354 kali bencana, jika dirata-ratakan perhari ada sekitar 10 sampai 12 kali bencana,” ungkap Suharyanto.
“Akan tetapi dampak bencana turun dari tahun ke tahun yang memperlihatkan hasil dari upaya pencegahan dan mitigasi,” jelas Dia.
Suharyanto yang juga sempat menjabat Ketua Satgas Penangananan Covid-19 dan Ketua Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), bercerita tentang pengalaman menangani kedua bencana non alam tersebut.
“Selain bencana alam, ada bencana non alam menjadi tugas BNPB. Covid-19 sudah berakhir, sejak 21 Juni 2023 sudah masuk endemi dan sampai sekarang bisa terkendali. Indonesia diakui sebagai negara terbaik dalam penanganan Covid-19,” ujarnya.
“Kemudian penyakit mulut dan kuku, ini menimpa pada hewan ternak. Tahun 2022 ada kasus dan menyebar cepat, ratusan ribu sapi, kerbau, kambing dan babi, terjangkit. PMK ini turut berdampak pada ekonomi dan kepercayaan negara lain pada Indonesia, sehingga penangananannya harus diurus dengan baik,” tegas Suharyanto
Tidak hanya melakukan penanganan bencana yang ada di Indonesia saja, BNPB juga terjun membantu penanganan bencana di negara lain.
“Di samping menangani bencana di dalam negeri, pemerintah Indonesia juga membantu ke luar negeri, mengirimkan bantuan kemanusiaan. Untuk tahun 2022 sampai 2023, mengirimkan ke Pakistan saat banjir, Turkiye dan Suriah saat gempa, Vanuatu pasca kena angin topan, kemudian Myanmar dan Libya,” jelasnya.
Pada akhir pemaparan, Suharyanto yang merupakan jenderal bintang tiga ini berharap para Perwira Siswa setelah menyelesaikan masa belajarnya, dapat menjadikan pengetahuan kebencanaan ini menjadi bekal untuk turut menjaga keselamatan masyarakat dari potensi bencana.
“Anda semua akan bertugas di satuan angkatan darat dan kepolisian, pengetahuan ini dijadikan bekal. Ingat ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk menjaga keselamatan masyarakat di antaranya keselamatan menghadapi bencana,” pungkas Suharyanto.