BPPT Kembangkan Pendeteksi Tsunami Berbasis Kabel

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. BPPT telah mengembangkan sejumlah inovasi dan layanan teknologi untuk peringatan dini tsunami dan gempa bumi.

Deputi BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT, Hammam Riza mengungkapkan berkaca pada kesekian kalinya kerentanan kawasan pesisir Indonesia dalam menghadapi bencana khususnya tsunami, dibutuhkan solusi teknologi yang mampu memberi peringatan dini akan datangnya gelombang tsunami.

Pada 2006, BPPT mengembangkan Tsunami Early Warning System (TEWS) berbasiskan Buoy dan mulai memasangnya pada 2008. Pengembangannya Tsunami Buoy diinisiasi kejadian gempa dan tsunami Aceh pada 2004.

“TEWS Buoy ini berjalan sampai 2012 kemudian berangsur-angsur kita recovery karena memerlukan perawatan dan pemeliharaan,” kata Hammam dalam acara Pemaparan Teknologi Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

Hammam menuturkan, peran Buoy sangat penting dalam memberi data yang akurat, ketika gelombang berpotensi tsunami muncul. Hal ini akan menunjang dan menguatkan data pemodelan yang dilakukan sebelumnya. BPPT sempat memimpin tim pembangunan dan operasionalisasi Buoy Tsunami Indonesia.

Saat ini, untuk program pengembangan deteksi tsunami, BPPT melakukan inovasi dengan teknologi Cable Based Tsunameter (CBT). Perangkat CBT dapat dipasang di laut, tidak lagi mengapung di permukaan seperti Buoy dan dapat terhubung dengan kabel listrik dan data. Data yang diperoleh dari sensor CBT, nantinya akan diantarkan melalui kabel ke pusat data. Jaringan kabel CBT lebih cepat mengantarkan data deteksi tsunami daripada Buoy yang memakai satelit.

Berbeda dengan Buoy yang pemeliharaannya menelan banyak biaya, lanjut Hammam, CBT lebih efisien dalam perawatan. “Dibandingkan dengan Buoy sebenarnya CBT lebih mahal modalnya tetapi operasionalnya lebih murah dari Buoy, sehingga diharapkan biaya perawatan juga rendah,” tuturnya.

CBT ini telah dikembangkan di beberapa negara dan dimanfaatkan antara lain oleh Kanada, Jepang, Oman dan Amerika Serikat. Dalam forum komunikasi antar perekayasa CBT di seluruh dunia disepakati CBT menjadi pilihan alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh Buoy, yakni vandalisme dan mahalnya Buoy.

Draft resolusi pemanfaatan CBT telah diajukan dalam pertemuan Sidang Executive Council (EC) World Meteorological Organization (WMO) EC-70 pada 20-29 Juli 2018 di Jenewa dan Dewan Eksekutif Inter Governmental Oceanographic Commission atau Komisi Kelautan Antar Pemerintah (IOC) ke 51, Juli lalu di Paris. Dalam forum tersebut secara afirmasi diharapkan Indonesia menjadi pilot implementation untuk CBT.

Hammam berharap CBT menjadi program nasional karena Indonesia memiliki sistem komunikasi kabel laut yang menjadi bagian dari upaya membangun broadband network di Indonesia melalui Palapa Ring. “Kita menginginkan ada political will agar bisa memanfaatkan sistem komunikasi kabel laut itu untuk bisa menjadi menjadi sistem deteksi peringatan dini tsunami,” lanjutnya.

BPPT menilai pentingnya penguasaan teknologi yang optimal untuk kesiapsiagaan bencana. Teknologi peringatan dini atau early warning system mutlak diperlukan untuk langkah mitigasi awal, serta menghindarkan potensi korban nyawa yang besar.

“Kesiapsiagaan bencana harus diawali dengan adanya langkah mitigasi, sangat penting agar masyarakat di wilayah yang berpotensi bencana, memiliki waktu evakuasi yang cukup. Untuk itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendeteksi dini atau early warning system, baik untuk tsunami maupun untuk bencana lain,” tuturnya.

Selain teknologi deteksi dini gempa dan tsunami, BPPT juga telah menciptakan beberapa inovasi terkait penanganan bencana seperti teknologi Air Siap Minum (Arsinum), Biskuitneo, Rumah Komposit Tahan Gempa, dan Teknologi Modifikasi Cuaca. BPPT juga mengembangkan SiJagat, teknologi kajian keandalan gedung bertingkat terhadap ancaman gempa bumi, serta Sikuat, teknologi monitoring gedung bertingkat terhadap bencana gempa bumi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author