Pemerintah Metropolitan Toyko menemukan radioaktivitas isotop iodin-131 mencapai 210 becquerel per 1 liter air di sebuah pusat pemurnian air minum di utara Tokyo Rabu (23/3).
Becquerel (Bq) adalah satuan radioaktivitas yang menunjukkan jumlah inti atom yang meluruh (dan memancarkan radiasi) dalam satu detik.
Seperti dikutip Harian Kompas, Gubernur Tokyo Shintaro Ishihara mengatakan, level radioaktivitas tersebut tidak serta-merta menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia. ”Namun, untuk bayi berumur dibawah satu tahun, saya menganjurkan agar warga tak lagi menggunakan air leding untuk melarutkan susu formula,” tuturnya.
Selain di Tokyo, jejak radioaktivitas dari PLTN Fukushima Daiichi juga terus ditemukan pada radius yang makin jauh dari reaktor nuklir yang bocor. Kementerian Ilmu Pengetahuan Jepang menyatakan telah mencatat kandungan radioaktivitas iodin-131 sebesar 43.000 Bq per 1 kilogram tanah yang diambil dari lokasi berjarak 40 kilometer dari PLTN tersebut.
Profesor Keigo Endo dari Universitas Gunma kepada NHK menyebutkan, kadar iodin-131 tersebut mencapai 430 kali lipat dari kondisi normal di tanah Jepang. Sementara kadar cesium-137 mencapai 47 kali lipat kondisi normal.
Endo menyebutkan, orang yang tinggal di area itu dalam jangka satu tahun akan mendapatkan paparan radioaktif empat kali lipat ambang batas normal sesuai standar nasional.
Meski demikian, Pemerintah Jepang hingga Rabu belum menambah radius zona berbahaya di sekitar PLTN. Pemerintah masih menetapkan radius 20 km sebagai zona bahaya di mana warga harus dievakuasi dan menganjurkan warga pada radius 30 km tidak keluar rumah dan menutup jendela rapat-rapat guna mengurangi paparan radiasi.
Rabu sore, asap hitam keluar dari reaktor unit 3 yang membuat otoritas kembali mengevakuasi semua pekerja di sekitar reaktor. ”Kami belum tahu apa penyebab asap itu,” kata Hidehiko Nishiyama dari Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang.
Sementara itu Antaranews.com menyatakan Otoritas Keamanan Nuklir dan Radiasi Finlandia dalam sebuah pernyataannya pada Rabu mengatakan bahwa jejak partikel radioaktif dari kecelakaan nuklir Jepang telah terdeteksi di Finlandia.
Namun otoritas keselamatan nuklir itu menekankan bahwa kontaminasi tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Menurut pernyataan tersebut, sejumlah kecil isotop yodium radioaktif, yang secara konsisten dilepaskan ke udara oleh reaktor rusak di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima di Jepang, telah terdeteksi di sampel udara di ibu kota Finlandia, Helsinki, dan kota besar paling utara di negara itu, Rovaniemi.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengaku prihatin dengan penanganan insiden nuklir di Fukushima dan menyayangkan Pemerintah Jepang yang tak memberikan data lengkap. IAEA mengaku tak mendapatkan data suhu kolam penampung bahan bakar bekas di reaktor unit 1, 3, dan 4. ”Kami terus mendeteksi radiasi keluar dari lokasi (PLTN), tetapi masih ada pertanyaan, dari mana tepatnya radiasi itu berasal?” ujar pejabat IAEA, James Lyons.
Amerika Serikat dan Hongkong telah melarang impor beberapa bahan makanan, seperti susu, sayur-mayur, dan buah-buahan, dari beberapa prefektur di sekitar PLTN tersebut. Kementerian Kesehatan Jepang telah menemukan kadar radioaktivitas melebihi ambang batas pada air, susu, dan 11 jenis sayuran yang ditanam di Fukushima, termasuk brokoli, kubis, dan daun peterseli.
Antisipasi Indonesia
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan akan memperketat pengawasan bahan pangan impor dari Jepang. Jika ditemukan kontaminasi, produk tersebut akan langsung disita dan diserahkan kepada Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).
Selain itu yang juga perlu diketahui masyarakat Indonesia seperti dikutip dari situs BATAN menyebutkan dari segi jarak antara lokasi kejadian di Fukushima, Jepang dengan tempat terdekat ke Indoensia yaitu Sulawesi Utara adalah sekitar 4850 km atau Jakarta sekitar 6000 km maka dengan menggunakan persamaan dispersi atmosfir sederhana dapat dikatakan dampak radioaktif dari Fukushima tersebut hampir tidak ada.
Apalagi dengan aliran udara yang harus melewati daerah tropis yang relatif lebih panas dan bertekanan lebih tinggi dibanding dengan daerah sub tropis yang menyebabkan sulitnya awan radiaktif mencapai Indonesia. Demikian juga arah angin yang umumnya menuju utara atau Timur membuat lepasan radioaktif menjauh dari arah Indonesia membuat pelepasan bahan radioaktif sampai ke Indonesia semakin sulit.
Umumnya dispersi pelepasan bahan radioaktif di udara dibatasi hanya pada jarak 1000 km dari sumber emisi sehingga dampaknya diperhitungkan untuk zona local (<100 km) dan regional (<1000 km) [Markadya, 1999]. Hanya sedikit bahan radioaktif seperti Tritium (H-3), Carbon-14 dan Krypton-85 yang mungkin terdispersi melalui atmosfir dan laut global.
Upaya penanggulangan (protective action) bagi penduduk dekat dengan Fuskushima telah diawali dengan mencari tempat perlindungan (sheltering) sementara kemudian diikuti dengan evakuasi dari jarak 3 km, 10 km, 20 km dan saat ini mencapai 30 km. Langkah ini adalah untuk menghindarkan penduduk dari dampak segera radioaktif berdosis tinggi.
Dalam waktu bersamaan juga kepada masyarakat disekitar Fukushima diberikan Tablet Iod untuk menangkap unsur Yodium yang masuk melalui sistem pernafasan sehingga terhindar dari kanker gondok. Bagaimana antisipasi penanggulangan dampak radiologi di Indonesia?
Walaupun kemungkinan terkena paparan langsung dari pelepasan radioaktif Fukushima sangat kecil sekali, namun langkah antisipatif harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui langkah evaluasi radioaktivitas lingkungan.
Langkah evaluasi terhadap lingkungan dilakukan dengan melakukan perkiraan dosis secara teoritik dan pengukuran (IAEA 1997). Kemudian hasil pengukuran ini dibandingkan terhadap dosis tingkat interfensi operational (Operational Intervention Level, OIL).
Evaluasi radioaktivitas lingkungan dilakukan untuk memonitor dosis yang sudah sampai ke lingkungan sehingga dapat diketahui laju dosis ambang di sekitar lokasi pantauan, konsentrasi radionuklida di udara, peta penyebaran unsur 131I dan 137Cs dan secara khusus Tritium (H-3), Carbon-14 dan Krypton-85, campuran isotop yang terdeposisi dan konsentrasi radionuklida pada contoh makanan. Lokasi pengukuran yang disarankan untuk dilakukan diwilayah-wilayah Indonesia yang relatif dekat dengan sumber pelepasan yaitu Fukushima Sulawesi Utara, Kalimantan Utara dan Irian Utara. ***